Tank Harimau, Wujud Nyata Kerja Sama Industri Pertahanan Indonesia - Turki

Muhamad Nur Aripin Setiawan
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
15 April 2022 18:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Nur Aripin Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tank Harimau (Kaplan MT) hasil kerja sama industri pertahanan Indonesia - Turki/Dokumen hasil editing pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tank Harimau (Kaplan MT) hasil kerja sama industri pertahanan Indonesia - Turki/Dokumen hasil editing pribadi
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini Indonesia dan Turki meresmikan “Kaplan MT (Harimau)” sebuah medium tank sebagai kendaraan tempur terbaru yang merupakan hasil kerja sama industri pertahanan yang dilakukan Indonesia dan Turki yang dimulai pada tahun 2010.
ADVERTISEMENT

Spesifikasi Tank Harimau

Medium Tank bernama lengkap Harimau Medium Tank Kanon 105 mm atau oleh negara Turki disebut dengan Kaplan MT merupakan kendaraan tempur terbaru hasil kerja sama antara Kementerian Pertahanan RI dengan SSB (Savunma Sanayii Baskanligi) atau Kementerian Pertahanan Turki. Tank ini secara resmi dikategorikan sebagai MMWT (Modern Medium Weight Tank) yang dilengkapi fitur serta memiliki teknologi canggih.
Dilansir dari situs resmi PT Pindad dan FNSS, diketahui spesifikasi dari tank Harimau diantaranya yaitu tank ini diperuntukan untuk tiga prajurit (Driver, Commander, dan Gunner) dilengkapi two-man turret dengan kaliber 105 mm, bom asap dan senapan mesin Coaxial berkaliber 7,62 mm dengan kemampuan proteksi terhadap ledakan level STANAG 4 yang memungkinkan tank Harimau dapat bertahan dari serangan peluru dengan kaliber 14,5 x 114mm, serangan artileri berkaliber 155mm dan tahan terhadap ranjau dengan hulu ledak 10 kg.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tank Harimau diyakini memiliki kemampuan mobilitas tinggi di mana tank ini disebutkan memiliki kecepatan maksimal hingga 70 km/h di jalanan biasa, disertai juga kemampuan berjalan di kemiringan 30 derajat dan masih banyak fitur-fitur lainnya.

Perjalanan Panjang Proyek Pengembangan Tank Harimau

Dalam pengembangannya, Tank Harimau ini melalui proses yang cukup panjang. Diawali dari penandatangan MoU mengenai kesepakatan kerja sama industri pertahanan antara Indonesia dan Turki pada 29 Juni 2010 di Ankara, Turki, kemudian dilanjutkan pada 5 April 2011 di Jakarta dengan agenda penandatangan protokol 6 program kerja sama industri pertahanan yang mana salah satu program yang disepakati adalah program Medium Tank.
Program ini dimulai bertepatan dengan perhelatan Indo Defence Expo dan Forum pada tahun 2014 setelah melakukan penunjukan terhadap BUMN dari masing-masing negara yakni PT Pindad (Indonesia) dan FNSS (Turki) guna menindaklanjuti pengembangan proyek medium tank Harimau.
ADVERTISEMENT
Selama proses pengembangan yang dilakukan oleh PT Pindad dan FNSS, tank Harimau ini melewati 3 tahapan yang diantaranya pada tahap pertama dilakukan perancangan dan pembuatan desain yang mana desainnya pertama kali diperlihatkan kepada publik pada tahun 2016 dalam kegiatan pameran Indo Defence Expo dan Forum.
Selanjutnya pada tahap kedua, pengembangan tank Harimau memasuki tahap pembuatan prototype dan salah satu unit prototype nya diperkenalkan pada tahun 2017 dalam kegiatan International Defense Industry Fair yang ke-13 dan juga pada peringatan HUT TNI ke-72. Dan akhirnya pada tahap ketiga, pengembangan tank Harimau ini memasuki tahap produksi setelah sebelumnya dinyatakan lulus sertifikasi pada 2018, yang mana untuk mendapatkan sertifikasi tersebut tank Harimau ini harus terlebih dahulu melewati serangkaian tes dan proses uji coba.
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun 2019, FNSS menandatangani kontrak produksi bersama untuk total 18 unit kendaraan tempur tank Harimau dan kemudian melakukan penyempurnaan desain pada 2020. Selanjutnya, pada 2021 FNSS memberikan dukungan teknis produksi dan pasokan suku cadang tank Harimau yang proses produksi selanjutnya akan dilaksanakan di Indonesia oleh PT Pindad. Hingga akhirnya pada 16 Maret 2022, menurut keterangan KBRI Ankara, FNSS berhasil menyelesaikan produksi tahap pertama tank Kaplan MT (Harimau) sebanyak 10 unit.

Faktor Pendorong Kerja Sama Industri Pertahanan Indonesia dengan Turki

1) Kondisi alutsista TNI yang sudah tidak memadai

Indonesia sejatinya pernah menyandang status sebagai negara dengan kekuatan militer yang mumpuni, terutama pada dekade 1960-an di mana kecanggihan alutsista Indonesia melampaui alutsista negara-negara Asia Tenggara lainnya, hal ini dikarenakan Indonesia telah mengoperasikan KRI Irian 201 yang merupakan kapal perang kelas penjelajah dan canggih pada masa nya serta bersamaan dengan itu Indonesia juga memiliki kapal selam kelas Whiskey sebanyak 12 unit.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berbanding terbalik dengan saat ini, kurangnya pengembangan dan pembaharuan alutsista membuat alutsista TNI tidak sekuat dulu, hal ini ditunjukan dengan banyaknya alutsista yang rusak bahkan sudah tidak bisa digunakan karena kondisinya yang sudah usang.

2) Mengurangi ketergantungan militer terhadap negara lain

Pada tahun 1995 hingga 2005, Indonesia terkena embargo militer oleh Amerika Serikat dan Inggris karena dianggap telah melakukan pelanggaran HAM berat di Timor Timur pada tahun 1991. Adanya embargo ini telah melemahkan pertahanan Indonesia di mana Indonesia tidak bisa menggunakan sebagian alutsista karena diberhentikannya pasokan suku cadang bahkan Indonesia juga dilarang menggunakan alutsista pabrikan Amerika Serikat dan sekutunya.

3) Program MEF (Minimum Essential Forces)

Berangkat dari dua faktor sebelumnya, pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dicanangkan suatu program percepatan modernisasi alutsista negara Indonesia yang pada akhirnya melahirkan UU No. 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan dan program MEF (Minimum Essential Force).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, sejak saat itu aspek seperti pemberdayaan industri dalam negeri baik melalui BUMN ataupun swasta mulai diperhatikan. Sedangkan program MEF sendiri merupakan rencana strategis Indonesia yang bertujuan agar Indonesia mencapai kapasitas kekuatan minimal pada tahun 2024, yang mana salah satu wujud nyata dari program ini adalah proyek kerja sama tank Harimau antara Indonesia dan Turki.
Proyek pengembangan tank Harimau sebagai perwujudan dari kerja sama industri pertahanan antara Indonesia dan Turki ini sangat penting bagi kedua negara, selain dapat mempererat hubungan kekerabatan, dengan dilakukannya modernisasi alutsista dan pengembangan industri pertahanan maka akan meningkatkan akumulasi power atau kekuatan militer begitu juga aspek keamanan kedua negara.
Selain itu, adanya aktivitas pengembangan industri pertahanan ini dapat membawa keuntungan dalam sektor ekonomi, yang mana kegiatan pengembangan industri ini akan menyerap sekaligus meningkatkan kualitas tenaga kerja serta terbukanya kesempatan ekspor alutsista.
ADVERTISEMENT
Terakhir, yang tidak kalah penting yaitu dengan suatu negara memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan memproduksi alutsista ini menunjukan bahwa negara tersebut memiliki keunggulan teknologi dibandingkan negara lain akan berdampak pada prestise negara yang mana dapat mengangkat status dan posisi negara pada tingkatan struktur sosial yang lebih tinggi.