Buku Besar Raksasa di Langit

Mochamad James Falahuddin
Praktisi Teknologi Informasi, berpengalaman 20 tahun di dunia IT dan Telco. Certified Chief Information Security Officer (CCISO) dan Certified Blockchain Professional (CBP) . Juga menjadi Direktur Eksekutif Indonesia Blockchain Society
Konten dari Pengguna
3 September 2019 8:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochamad James Falahuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

( Summary buku "Blockchain for Everyone" #2 )

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satu zaman dengan Leonardo Da Vinci di abad ke 16, hiduplah seorang biarawan dari ordo Fransiskan bernama Luca Pacioli, yang juga seorang jenius matematika. Bersama Da Vinci, Luca Pacioli mengembangkan metode pengajaran aljabar yang mudah dan gampang dicerna. Tapi warisan terbesar dari Luca Pacioli terhadap umat manusia adalah penemuan sistem akuntansi.
ADVERTISEMENT
Pacioli adalah penemu metode pencatatan "double entry", kredit di satu kolom dan debit di kolom sebelahnya, yang menjadi dasar akuntansi hingga saat ini. Dengan model double entry ini, terlihat jelas siapa yang mengambil dan siapa yang memberikan uang.
Dia juga menemukan konsep "Accounting Ledger" atau kita kenal dengan istilah "Buku Besar" . Bagi Pacioli pencatatan yang seimbang ( balanced ) dalam "buku besar" adalah kewajiban moral. Dan buku besar yang "bersih" adalah cerminan dari jiwa yang "bersih". Menurut dia, jika "uang adalah sumber dari segala kejahatan" , maka "sistem akuntansi yang benar adalah sumber dari segala kebaikan". Setiap angka / nilai harus ditempatkan sesuai peruntukannya.
Selama ini pencatatan dan pengelolaan buku besar cenderung tersentralisasi. Dalam arti biasanya yang memiliki catatan lengkap keluar masuknya uang itu hanya seseorang saja, akuntan misalnya, atau satu institusi, bank misalnya. Bahkan bank selalu memposisikan diri sebagai "pihak paling terpercaya", biasanya selalu ada statement "jika ada perbedaan antara pencatatan di buku tabungan dengan sistem yang ada di bank, maka yang benar adalah catatan pada sistem di bank".
ADVERTISEMENT
Hal ini tidak jadi masalah selama yang mengelola pencatatan tersebut dapat dipercaya. Namun faktanya, akuntan juga manusia yang tidak luput dari kesalahan atau kemampuan berbuat jahat. Berbagai krisis dan skandal finansial , seperti kasus Enron / Worldcomm atau rontoknya ekonomi global di tahun 2008, berawal dari pencatatan keuangan yang manipulatif dan tidak transparan. Di negara kita pun belum lama skandal akuntansi menimpa satu BUMN, yang melakukan akrobat akuntansi demi bisa mencatat laba dalam laporan tahunannya. Ditambah lagi kejadian "kecelakaan" di sebuah Bank BUMN yang menyebabkan dalam sementara waktu saldo tabungan sebagian nasabahnya bertambah, berkurang dan bahkan menjadi nol.
Selama ini kita sangat bergantung pada akuntan dan auditor untuk memberikan pencatatan keuangan yang jujur, cuma masalahnya adalah siapa yang mengaudit sang auditor ? Memang ada lembaga pengawas, tapi mereka hanya bisa beraksi sesudah kerusakan terjadi, tidak sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Blockchain hadir sebagai jawaban dari masalah itu semua.
Dengan blockchain, buku besar yang selama ini tersentralisasi di tangan akuntan atau bank, disalin secara identik dalam jumlah banyak dan disebarkan secara terbuka di dalam jaringannya. Sehingga semua pihak yang berkepentingan bisa melihat apa saja transaksi yang terjadi di dalam buku besar itu. Satu perbedaan mendasar dari sistem blockchain adalah dalam hal penambahan entry di buku besar itu.
Dalam buku besar tradisional , penambahan entry terhadap buku besar dilakukan oleh seseoran yang diberi mandat / kepercayaan. Sementara di dalam blockchain setiap pemilik salinan buku besar bisa "mengusulkan" penambahan entry, namun untuk bisa dituliskan di dalam buku besar itu harus melalui mekanisme konsensus yang melibatkan seluruh pemilik salinan, apakah transaksi itu bisa diterima atau tidak untuk dicatat. Jika konsensus memenuhi kuorum, 50% + 1 misalnya, baru entry tersebut dimasukkan untuk menjadi catatan permanen yang tidak bisa diubah lagi.
ADVERTISEMENT
Dengan mekanisme seperti itu, dimana pencatatan transaksi secara identik tersebar di sejumlah besar user yang terhubung melalui internet, maka kita bisa membayangkan blockchain ini seperti "Buku Besar Raksasa" yang ada di langit.
( seri sebelumnya)
( seri berikutnya )