Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rahasia Kelam di Balik Sejarah Operasi Plastik di Korea Selatan
11 Juni 2022 23:38 WIB
Tulisan dari Mochamad Rifqy Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui bahwa Korea Selatan di zaman modern ini identik dengan operasi plastik. Hal itu didukung dengan dijadikan Korea Selatan sebagai ibu kota operasi plastik dunia. Sudah dari dulu minat tinggi Korea Selatan dengan operasi plastik sudah ada sejak zaman dulu.
Dalam sejarah dari tahun 1910-1945 Korea dikuasai oleh Jepang. Meskipun setelah tahun 1945 dan Perang Dunia II berakhir tetap saja meninggalkan rasa takut dan trauma yang dialami oleh orang Korea. Di dalam buku Korea Old and New A History karya Carter J.Ecker menyebutkan bahwa tidak ada satu aspek di Korea yang terpengaruh oleh pemerintahan Jepang.
ADVERTISEMENT
Disamping itu, Korea dikuasai oleh Amerika Serikat dengan terbaginya Semenanjung Korea menjadi dua, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Adanya perpindahan kekuasaan dari Jepang ke Amerika Serikat membuat Korea mencari identitas nasional terutama dalam hal kecantikan.
Menurut NCBI operasi plastik di Korea terjadi pada tahun 1950-an saat Perang Korea sedang berlangsung. Dokter David Ralph Millard sebagai dokter bedah dari Amerika Serikat dikirim ke Korea Selatan yang bertujuan mengkampanyekan bahwa orang-orang dari Amerika Serikat adalah orang yang baik. Namun, strategi tersebut dilakukan hanya sebagai propaganda semata. Pada saat itu, terdapat penerjemah Korea wanita yang menikah dengan tentara Amerika. Penerjemah tersebut meminta Dokter Millar untuk mengoperasi kelopak matanya agar lebih bulat.
Hal tersebut dilakukan karena mata sipit dari Korea dianggap tidak memiliki ekspresi dan penuh intrik dalam arti orang yang licik dimana diam-diam dibelakang merencanakan sesuatu. Dari situlah operasi kelopak mata ganda menjadi populer karena terlihat lebih ekspresif dan kebarat-baratan. Dengan kata lain, orang-orang Korea menolak standar kecantikan yang sudah ada sejak zaman dulu.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, operasi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan identitas nasional dimana terpisah dari mantan penjajahan. Pada saat ini, operasi yang dilakukan tidak hanya operasi kelopak mata dan hidung, tetapi operasi rahang atau V-Line. Padahal secara historis, wajah bulat yang dimiliki wanita Korea melambangkan kesuburan. Bentuk wajah dan dagu yang bulat menjadi standar kecantikan wanita zaman dulu. Namun, bentuk rahang yang tirus menjadi bentuk wajah idaman bagi setiap wanita di Korea.
Masuknya penjajahan Amerika Serikat membuat unsur barat berkembang di Korea. Sehingga standar kecantikan wanita Korea mengacu pada standar kecantikan dari barat. Seperti mata dibuat menjadi lebih bulat dan hidung dibuat menjadi lebih lancip. Namun, mereka tidak merubah secara kompleks bentuk tubuh yang mereka miliki. Sehingga Korea memiliki standarisasi kecantikan yang khas dimana tidak terlalu kebarat-baratan. Oleh karena itu, penjajahan, invasi, kependudukan menciptakan rasa trauma yang membekas.
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya zaman, operasi plastik menjadi sangat berkembang di Korea Selatan. Hal itu didukung dengan adanya dua ribu lebih dokter operasi plastik sampai membuat banyak turis datang ke Korea Selatan hanya untuk operasi plastik. Dari tahun 2009-2012 pendapatan Korea Selatan naik menjadi tiga kali lipat.
Zaman modern ini alasan operasi plastik yang dilakukan Korea Selatan tidak lagi untuk lepas dari trauma penjajahan, tetapi sudah menjadi tren untuk meningkatkan kualitas diri semata. Operasi plastik dilakukan oleh orang-orang Korea sekitar umur 19-29 tahun. Bahkan para orang tua di Korea Selatan menjadikan operasi plastik sebagai hadiah kelulusan bagi anaknya.
Adanya operasi plastik dilakukan hanya untuk mencari pekerjaan karena populasi manusia sekarang semakin banyak sehingga sulitnya mencari pekerjaan. Para HRD mencari karyawan dengan cara melihat foto di CV yang terlihat cantik dan tampan. Hal itu didukung oleh stigma orang Korea dimana jika fisik yang dimiliki terlihat lebih menarik maka orang tersebut memiliki keberuntungan dalam mencari kerja.
ADVERTISEMENT