Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Fenomena Penggemar Anabul: Antara Kasih Sayang dan Tren Sosial
27 Februari 2025 15:01 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari Mochammad Afdhal Virgieawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, kecintaan terhadap anak bulu atau anabul—sebutan untuk hewan peliharaan seperti kucing dan anjing—semakin meningkat. Media sosial dipenuhi oleh video kucing yang menggemaskan, anjing yang setia, hingga berbagai cerita haru tentang penyelamatan hewan liar. Fenomena ini bukan sekadar tren, tetapi juga mencerminkan perubahan sosial dalam cara manusia berinteraksi dengan hewan.
ADVERTISEMENT
Dari Teman Setia hingga Bagian dari Keluarga
Bagi banyak orang, anabul bukan sekadar peliharaan, tetapi bagian dari keluarga. Mereka dirawat dengan penuh kasih sayang, diberikan makanan terbaik, hingga mendapat perhatian layaknya anak sendiri. Bahkan, tak sedikit pemilik yang rela mengeluarkan biaya besar untuk kesehatan dan kenyamanan anabul mereka, mulai dari asuransi hewan, perawatan di pet spa, hingga konsultasi dengan dokter hewan terbaik.
Perubahan ini bisa dikaitkan dengan meningkatnya kesadaran tentang kesejahteraan hewan (animal welfare). Jika dulu hewan lebih banyak dimanfaatkan untuk pekerjaan atau sekadar hiburan, kini mereka dianggap sebagai makhluk hidup yang memiliki perasaan dan hak untuk diperlakukan dengan baik.
Dampak Media Sosial: Antara Edukasi dan Tren Sesaat
ADVERTISEMENT
Media sosial berperan besar dalam mengangkat popularitas anabul. Akun-akun yang berisi konten tentang kehidupan kucing dan anjing mendapat jutaan pengikut. Bahkan, ada anabul yang menjadi influencer dengan penghasilan tinggi dari sponsor dan endorsement.
Namun, ada sisi lain yang perlu diperhatikan. Popularitas ini terkadang mendorong sebagian orang untuk memiliki anabul hanya karena ikut-ikutan tren, bukan karena kesiapan merawat mereka dalam jangka panjang. Tidak sedikit kasus pemilik yang menelantarkan hewan setelah bosan atau merasa kesulitan dalam perawatannya.
Antara Adopsi dan Bisnis Pet Shop
Meningkatnya jumlah pecinta anabul juga membuka peluang bisnis, mulai dari pet shop, makanan premium, hingga jasa penitipan dan grooming. Namun, hal ini juga memunculkan dilema: masih banyak anabul yang terlantar di jalanan dan membutuhkan rumah. Kampanye adopsi hewan semakin digalakkan sebagai alternatif bagi mereka yang ingin memiliki peliharaan tanpa harus membeli dari peternak (pet shop).
ADVERTISEMENT
Kecintaan terhadap anabul bukan sekadar tren, tetapi juga refleksi dari bagaimana manusia semakin menghargai makhluk hidup lain. Namun, menjadi penggemar anabul juga harus disertai dengan tanggung jawab. Jika ingin memelihara, pastikan siap secara fisik, mental, dan finansial. Karena bagi seekor anabul, pemiliknya bukan hanya sekadar majikan, tetapi juga dunia mereka.