news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Merdeka Hanya untuk Mereka yang Berkuasa

Mochammad Afdhal Virgieawan
Mochammad Afdhal Virgieawan adalah mahasiswa Jurnalistik Universitas Pakuan yang memiliki minat besar di dunia media. Hobi fotografi, videografi, dan traveling menjadi caranya mengabadikan kehidupan dan menceritakan kisah dari Perpekstif unik.
3 Maret 2025 16:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochammad Afdhal Virgieawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto : Merdeka hanya untuk mereka yang berkuasa. (Irgie/Ai)
zoom-in-whitePerbesar
foto : Merdeka hanya untuk mereka yang berkuasa. (Irgie/Ai)
ADVERTISEMENT
Setiap tahun, Indonesia merayakan hari kemerdekaan dengan gegap gempita. Bendera berkibar, pidato-pidato berkumandang, dan parade digelar di berbagai kota. Namun, di balik seremonial yang megah, muncul pertanyaan mendasar: apakah kemerdekaan ini benar-benar milik semua rakyat, atau hanya segelintir elit yang berkuasa?
ADVERTISEMENT
Kemerdekaan seharusnya berarti kebebasan, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat. Namun, realitas di lapangan menunjukkan sebaliknya. Kaum elite menikmati fasilitas, akses, dan kekuasaan yang menguntungkan mereka, sementara rakyat kecil masih berkutat dengan kemiskinan, ketidakpastian kerja, serta sulitnya mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas.
Lihat saja kebijakan ekonomi yang sering kali hanya menguntungkan pemilik modal. Ketika harga pangan melonjak, rakyat kecil harus berjuang lebih keras untuk sekadar makan. Ketika tanah-tanah rakyat digusur demi pembangunan, mereka kehilangan tempat tinggal, sementara segelintir orang semakin kaya. Ketika buruh menuntut upah layak, mereka dihadapkan pada ancaman PHK atau dikerdilkan haknya dengan regulasi yang tidak berpihak.
Di sektor hukum, ketimpangan semakin kentara. Koruptor kelas kakap bisa tersenyum saat mendapat vonis ringan, sementara rakyat kecil yang mencuri untuk bertahan hidup justru dihukum berat. Aparat yang seharusnya melindungi malah lebih sering melayani kepentingan mereka yang berkuasa.
ADVERTISEMENT
Lalu, di mana makna kemerdekaan bagi mereka yang masih tertindas? Apakah merdeka hanya sebatas simbol dan jargon yang diperdengarkan setiap 17 Agustus? Ataukah kita harus mengakui bahwa di negeri ini, kebebasan sejati hanya bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki kuasa dan uang?
Jika kemerdekaan sejati ingin diwujudkan, maka kesetaraan harus menjadi agenda utama. Rakyat harus memiliki hak yang sama dalam mengakses pendidikan, pekerjaan layak, dan layanan kesehatan. Keadilan hukum tidak boleh tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Negara harus hadir bukan hanya untuk mereka yang kaya dan berkuasa, tetapi juga bagi mereka yang lemah dan terpinggirkan.
Karena jika tidak, maka perayaan kemerdekaan hanyalah pesta kosong yang kehilangan makna, sementara rakyat terus berjuang dalam penjajahan gaya baru—oleh bangsanya sendiri.
ADVERTISEMENT