Disrupsi Teknologi Membantu Masyarakat diwaktu “WFH” Akibat Wabah COVID-19

Mochammad Mukti Ali
Dr. Mochammad Mukti Ali, Professor dibidang Strategi Manajemen dan Pemasaran pada Global Academy of Finance and Management (GAFM) merupakan lulusan Doktor lPB
Konten dari Pengguna
27 April 2020 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochammad Mukti Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak merebaknya wabah pandemi COVID-19 di Indonesia, salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dibeberapa bidang salah satunya adalah pembatasan ditempat bekerja. Pembatasan ini bertujuan untuk mencegah penyebaran wabah pandemi COVID-19 dilingkungan tempat kerja. Istilah yang sudah tidak asing akhir-akhir ini dikalangan para karyawan atau pekerja adalah Work From Home alias WFH.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian perusahaan internasional atau global, bekerja dari rumah atau WFH sudah tidak asing lagi. Beberapa perusahaan multinasional di Indonesia sudah melakukan penerapan WFH dari dulu dikarenakan adanya perbedaan waktu antara kantor pusat, head quarter dan kantor cabang di masing-masing negara, meskipun tidak setiap hari dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu. Salah satu perusahaan itu adalah General Electric, yang menerapkan WFH pada waktu-waktu tertentu dengan menggunakan Teleconference maupun VideoCall.
Di era disrupsi teknologi, dengan berkembangnya teknologi informatika maka sangat tidak mengherankan bahwa semua kegiatan akan bergantung terhadap teknologi. Banyak perusahaan-perusahaan yang sudah mentransformasikan kegiatan bisnisnya dengan menggunakan teknologi, baik sebagian kegiatan maupun keseluruhannya.
Di Indonesia, perkembangan teknologi informasi dalam 5 tahun belakangan ini sangat luarbiasa pesatnya. Disrupsi teknologi telah merubah paradigma masyarakat dalam konteks kehidupan. Dibidang transportasi, Taksi yang menjadi domain dari pemain besar seperti BlueBird akhirnya terdisrupsi dengan adanya taksi online yaitu Grab dan Uber. Begitu juga dengan ojek tradisional yang tergusur dengan adanya ojek online Gojek, Grabbike dan lainnya. Bidang pendidikan juga tidak luput terkena disrupsi teknologi, khususnya untuk kegiatan pembelajaran yang sudah menggunakan e-learning system.
ADVERTISEMENT
Disrupsi teknologi juga merambah sektor perbankan, retail, makanan, pendidikan dan dunia industri. Masyarakat di Indonesia secara perlahan-lahan mulai membiasakan diri dengan teknologi, meskipun pada awalnya sangat terpaksa menggunakannya terutama pada generasi babybomer dan generasi X yang masih belum semua terbiasa menggunakan teknologi informasi. Tidak sedikit yang merasa ketakutan akan hilangnya pekerjaan karena akan digantikan dengan teknologi.
Kondisi pandemi wabah COVID-19 kali ini justru membuktikan bahwa disrupsi teknologi sangat membantu masyarakat agar tetap dapat melakukan aktifitas kegiatan seperti kondisi normal. Bedanya, semua menggunakan teknologi informasi dan masyarakat harus bersyukur apa yang telah terjadi 5 tahun belakangan ini dengan adanya disrupsi teknologi.
Tidak bisa saya bayangkan jika tidak terjadi disrupsi teknologi yang begitu cepat dan masif pada kondisi pandemi wabah COVID-19 seperti saat ini. Dengan diberlakukannya PSBB untuk mengurangi dan mencegah penyebaran wabah COVID-19, apa yang bisa kita lakukan tanpa disrupsi teknologi yang telah kita alami 5 tahun terakhir belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Dibidang pendidikan, sudah pasti para siswa tidak bisa berinteraksi langsung secara virtual jika tidak terjadi disrupsi dibidang pembelajaran dengan e-learning system secara online. Perkantoran yang diliburkan akibat kebijakan PSBB, karyawan dengan sangat terpaksa bekerja dirumah dan tidak bisa melakukan kegiatan secara normal jika disrupsi teknologi tidak terjadi, terutama untuk melakukan rapat dengan atasan, kolega maupun costumer. Begitu juga dengan pembelian makanan siap saji dan berbagai aktifitas lainnya seperti pada saat kondisi normal.
Patut disyukuri dengan adanya pandemi wabah COVID-19 saat ini, akan mendorong semua lapisan masyarakat Indonesia untuk membiasakan diri dan melatih dalam menggunakan teknologi khususnya teknologi informasi untuk menghadapi Industry 5.0 dan society 5.0 dengan dimulainya generasi terbaru jaringan internet 5G disemua aktifitas bidang kegiatan yang akan berjalan menggunakan teknologi informasi baik Artificial Intelligent, Augmented Reality, Virtual Reality, dan era Autonomous atau mengurus kebutuhan sendiri yang lebih tepat dengan meminjam istilah “New Normal”. Jadi, disrupsi teknologi pada akhirnya sangat membantu masyarakat dalam melakukan aktifitas kegiatan dimasa sulit akibat pandemi wabah COVID-19 seperti saat ini.
ADVERTISEMENT