3 Program 100 Hari untuk Kabinet Indonesia Maju

Moddie Alvianto Wicaksono
Menulis suka-suka
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2019 15:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moddie Alvianto Wicaksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi 100 Hari Kerja Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 100 Hari Kerja Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
Pasca-pelantikan Kabinet Indonesia Maju, berbagai macam meme hadir di media sosial. Mulai dari Nadiem Makarim yang diperkirakan akan memberlakukan Go-Pay untuk pembayaran SPP hingga para PNS Kementerian Pariwisata tak akan bisa bermain Zuma Deluxe karena Wishnutama terpilih sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Jokowi juga mendengungkan tujuh perintah kepada Kabinet Indonesia Maju yang di antaranya adalah jangan korupsi, bekerja keras dan cerdas, serta semuanya harus bekerja. Ya iya lah, Pak. Kalau enggak kerja, nanti dikira bersemedi, Pak.
Trending di media sosial pun silih berganti. Prabowo, Menteri Agama, Nadiem Makarim, hingga Wishnutama. Nama dua orang terakhir memang lumayan lama bertahan di trending, terutama Twitter. Selain karena masih muda, istri mereka ikut diperbincangkan. Ya, apalagi kalau bukan karena keduanya cantik. Ya iya lah, netizen. Kalau ganteng mah laki-laki, netizen.
Kira-kira apa saja program kerja yang akan dilakukan para menteri Kabinet Indonesia Maju, terutama untuk nama-nama yang baru? Saya punya tiga saran untuk tiga menteri. Andaikan dibaca dan ternyata diimplementasikan, mohon saya dimensyen yak.
ADVERTISEMENT
Ruang Sambat
Sambat adalah koentji bagi kehidupan masyarakat ber-flower. Tanpa sambat, manusia tak bisa eksis di media sosial. Dengan sambat, manusia bisa narsis di media sosial. Lalu, menteri apa yang layak menyediakan ruang sambat?
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kalau sambat menjadi sesuatu yang wajib, kenapa tidak dibuat saja ruang sambat? Jadi begini. Pengembangan ekonomi kreatif membutuhkan manusia yang bekerja tidak hanya aktif melainkan juga efektif. Ruang sambat adalah sebentuk ekonomi kreatif.
Coba model ekonomi kreatif dibentuk menjadi semacam rekreas(i)ambat. Pergi ke manapun, apa pun tujuannya, yang penting sambat, otomatis akan memberikan nilai positif bagi Indonesia. Daripada kalian dikira sambat di media sosial dan malah kena UU ITE, lebih baik dibuat jadwal tempatnya, dan ditentukan di hari apa jadwal sambatnya.
ADVERTISEMENT
Contoh hari Minggu di Pekanbaru.
Doh, asap ga padam-padam, nih. Ra mashoook.”
Di mana letak nilai ekonominya? Nanti 100 hari kerja jalan dulu, baru dibuat UU Sambat. Dan diyakinkan bahwa sambat menghasilkan pajak positif. Toh, juga pajak untuk kepentingan negara. Hehe.
Tik-Tok sebagai Mata Pelajaran
Nama Nadiem Makarim sangat dibicarakan oleh banyak pihak. Elemen masyarakat pun antusias ketika beliau terpilih sebagai Mendikbud. Bayangannya adalah, apa pun yang berhubungan dengan sekolah akan dibuat aplikasi.
Contoh: GO-SPP untuk pembayaran SPP. GO-Presensi untuk pengaturan masuk dan keluar baik guru maupun murid. GO-Blog yang digunakan oleh murid sebagai sarana mengumpulkan PR.
Padahal sejatinya ada yang lebih penting daripada itu semua. Apakah itu? Penggunaan Tik-Tok sebagai mata pelajaran khusus. Jika Jokowi pernah mengusulkan meme sebagai mata kuliah, kenapa tidak Tik-Tok sebagai mata pelajaran sekolah?
ADVERTISEMENT
Jika kamu bilang ini saran konyol, percayalah, kamu masih termasuk generasi milenial, Y, atau bahkan baby boomers. Padahal ini adalah era generasi Z. Yang hampir semuanya berbasis visual. Maka, tak heran apabila para pejabat berlomba-lomba untuk menggunakan aplikasi terkini. Contoh nyata adalah Jusuf Kalla bermain Tik-Tok bersama cucunya! Kamu tak salah baca.
Jadi begini. Seorang guru datang tidak membawa peralatan alat tulis. Cukup membawa gawai. Bermain Tik Tok sembari menghafalkan nama-nama pahlawan Indonesia, atau Pancasila. Siapa tahu, kalau sukses, sekalian saja menghafalkan UUD 1945 yang segambreng.
Goba(g)ck Sodor
Pernah mendengar dua kata di atas? Apakah yang kamu bayangkan? Sebuah permainan dengan keahlian kaki dan kecepatan tangan? Benar, kamu tidak salah. Lantas mengapa saya perlu mengusulkan hal ini?
ADVERTISEMENT
Ini saya tujukan kepada menteri pertahanan. Prabowo Subianto. Ahli militer sekaligus mantan letnan jenderal. Urusannya jelas. Agar negara tak dikuasai negara lain dan pengelolaan alutsista.
Namun, Prabowo lupa bahwa ada yang lebih urgen daripada soal alutsista. Yaitu, pertahanan cinta.
Masyarakat Indonesia, dengan kata “cinta”, suka sekali mendramatisir sesuatu. Apalagi kalo sudah ditambahkan kata “putus”, menjadi putus cinta, waduh, suka menjadi ambyar. Yang paling berbahaya adalah menjadi stress, depresi, bunuh diri atau menjadi Joker. Repot, sudah.
Kemudian, bagaimana dengan penerapan Goba(g)ck Sodor? Kalo ada yang putus, terapkanlah permainan ini. Goba(g)ck = artinya pergi untuk kembali. Sodor = kemudian tembaklah lagi. Sehingga jadilah pertahanan cinta yang baik. Bertahan dulu baru menyerang.
ADVERTISEMENT
Prabowo tentu tak sendiri menerapkan filosofi tersebut. Dia bisa menunjuk wamen pertahanan jika perlu. Dan saran yang paling baik adalah menunjuk Vicky Prasetyo.
Begitulah saran saya. Ingat, memberi saran artinya sayang kepada pemerintahan Jokowi. Apalagi Jokowi pada periode kedua lebih berorientasi pada hasil daripada proses. Saya yakin, hasilnya bisa sangat baik.
100 hari kerja sangatlah menentukan. Masyarakat akan selalu menanti terobosan apa saja yang dikeluarkan oleh para menterinya. Bisa dinilai baik. Bisa juga dinilai buruk.