Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Teknologi Antisense pada Tomat
30 Maret 2021 11:12 WIB
Tulisan dari Mohammad Imam Sufiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tomat falvr-savr rekayasa genetika
ADVERTISEMENT
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan tanaman yang sensitif terhadap suhu, apabila tomat ditanam di dataran rendah, maka produksinya akan rendah. Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman ini, khususnya pada saat tumbuhnya buah. Apabila tomat ditanam pada suhu yang panas/tinggi, maka buah yang dihasilkan akan sedikit.
Tumbuhan Tomat merupakan salah satu produk holtikultura utama. Seperti produk holtikultura pada umumnya, tomat memiliki shelf-life yang pendek. Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan penanganan yang sulit. Dengan kondisi seperti ini, tomat sulit dipasarkan ke tempat yang jauh. Biaya pengemasan sangat mahal, misalnya menyediakan box yang dilengkapi pendingin. Oleh karena itu, saat ini telah dikembangan metode transgenik untuk menjadikan tomat berdaya tahan lebih lama setelah dipetik.
Tomat yang merah, segar dan lezat serta tahan lama. Ketika memilih yang matang, tomat kebanyakan akan busuk dalam beberapa hari. Tapi tomat Flavr Savr, yang diperkenalkan pada tahun 1994 setelah dilakukan percobaan selama bertahun-tahun, masih tetap matang dan segar selama berminggu-minggu. Tomat Flavr Savr adalah makanan pertama yang direkayasa genetika yang disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA) dan meskipun itu bukan tidak berhasil di pasaran dan tidak lagi tersedia, hal itu menemukan varietas lain yang direkayasa genetik; termasuk tomat di pasaran saat ini. Makanan ini dikembangkan menggunakan teknologi antisense, di mana gen yang mengkodekan untuk sifat tertentu akan dihapus dari sel tanaman, digunakan untuk menghasilkan salinannya, dan ditransfer kembali ke sel asli menggunakan Agrobacter sebagai organisme vektor.
ADVERTISEMENT
Tomat matang biasanya menghasilkan enzim poligalakturonase (atau PG), zat kimia yang mencerna pektin di dinding tanaman. Pencernaan ini menyebabkan pembusukan normal yang merupakan bagian dari siklus alami tanaman. Gen yang mengkode PG diidentifikasi, dihilangkan dari sel-sel tanaman, dan digunakan untuk menghasilkan salinan pelengkap dari dirinya sendiri. Dengan menggunakan Agrobacter sebagai organisme vektor, sebuah gen baru dapat ditransformasikan ke dalam sel tomat. Di dalam sel, gen mengkode molekul mRNA (molekul antisense) yang bersatu dan menonaktifkan molekul mRNA normal sehingga tidak ada PG yang dihasilkan, tidak ada pektin yang dicerna, dan pembusukan alami akan melambat (Thieman, 2013).
Dengan adanya teknologi antisense pada tomat akan memberikan manfaat karena perlambatan pembusukan tomat, akan memberikan dampak lebih lama untuk laju pertumbuhan pada jamur akibatnya pembusukan akan tertunda. Dengan adanya teknologi antisense ada beberapa keunggulan dari teknologi antisense pada tomat diantaranya yaitu :
ADVERTISEMENT
 menghambat pelunakan buah (pada tomat),
 tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.
 meningkatkan nilai gizi tanaman, danmeningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.
 Pada zaman sekarang, sayuran dan buah-buahan tidak hanya dipasarkan untuk pasar lokal, tetapi dimaksudkan juga untuk pengiriman jarak jauh seperti pasar nasional dan internasional.
Teknologi antisense pada tomat akan memberikan manfaat yang besar pada industri pertanian dan nilai ekonomi yang lebih dibandingkan dengan tomat pada biasanya yang tidak memiliki daya tahan terhadap serangan jamur dan pembusukan alami. Sehingga faktor-faktor dari cepat busuknya tomat dapat segera digantikan dengan teknik antisense.
ADVERTISEMENT
REFRENSI
Herman, M. 1997. Insect resistant via genetic engineering. In Darussamin, Kompiang, I.P., and Moeljopawiro, S. (Eds.). Proceedings Second Conference on Agricultural Biotechnology. Jakarta, 13-15 June 1995: Current status of agricultural biotechnology in Indonesia, Research Development and Priorities, Agency for Agricultural Reserach and Development, Ministry of Agriculture. p. 217-226: diakses tanggal 17 Maret 2013.
James, C. 2002a. Global review of commercialized transgenic crops: 2001 Feature Bt Cotton. ISAAA Brief No. 26. ISAAA, Ithaca, New York, diakses tanggal 17 Maret 2013.
Thieman and Palladino. 2013. Introduction to Biotechnology. San Francisco: Benjamin Cumming.
Yuwono, Triwibowo. 2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta