Konten dari Pengguna

Krisis Identitas Di era Gen Z

Khalil
Mahasiswa S1 Ilmu Tasawuf UIN Jakarta Amorpati" Pemimpin Cinta"
3 Februari 2025 11:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khalil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Friedrich Nietzsche dan Moh. Khalil. Nietzche sebagai latar belakang pemikiran  khalil Sumber: www.devianart
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Friedrich Nietzsche dan Moh. Khalil. Nietzche sebagai latar belakang pemikiran khalil Sumber: www.devianart
ADVERTISEMENT
Identitas dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah jati diri. Identitas adalah tanda bahwa setiap orang memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dari orang lain. Itulah identitas.
ADVERTISEMENT
Permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh Gen Z saat ini adalah pengaburan atau krisis identitas yang disebabkan oleh kemalasan, ketidaksadaran, dan kebiasaan membanggakan orang lain.
Kemalasan adalah sesuatu yang perlu disingkirkan. Rasa malas atau lesu adalah "pembunuh sadis" bagi jati diri. Kebanyakan Gen Z saat ini terlalu malas berpikir, sehingga mereka menjadi orang lain, bukan dirinya sendiri. Menjadi diri sendiri berarti memiliki pemikiran sendiri sehingga pemikiran tersebut menjadi identitas dirinya.
Membanggakan pemikiran orang lain adalah hal yang tidak baik, apalagi sampai melupakan diri sendiri. Mereka lupa bahwa mereka belum berpikir, sehingga tidak memiliki identitas untuk dikenali. Seseorang bisa dikatakan memiliki identitas ketika mereka memiliki pemikiran. Tanpa pemikiran, seseorang akan menjadi "orang lain" dan akhirnya "terbunuh".
ADVERTISEMENT
Gen Z saat ini kebanyakan mengandalkan ponsel, bukan mengandalkan otaknya untuk berpikir. Ketika otak tidak dilatih untuk berpikir, maka jaringan otak tersebut akan mati dengan sendirinya. Gen Z membanggakan ChatGPT, dan secara tidak langsung mereka telah membunuh jati diri mereka sendiri.
Kebanyakan Gen Z menganggap bahwa berpikir tidak harus menghasilkan sesuatu yang baru. Mereka lupa bahwa hal baru adalah jati diri mereka. Dalam buku Nietzsche – Ecce Homo, terdapat sebuah kutipan:
“Aku adalah begini begitu. Di atas segalanya, jangan buramkan diriku terhadap sesuatu yang bukan diriku.”
Berdasarkan kutipan ini, jati diri adalah sesuatu yang berharga, bukan sekadar ikut arus. Sayangnya, Gen Z saat ini hanya menjadi pengikut arus, bukan pelawan arus. Miris sekali.
ADVERTISEMENT