Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Problematika Pendidikan di Indonesia: Antara Kurikulum dan Sistem Pendidikan
10 Maret 2025 16:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Khalil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Pendidikan bukanlah suatu hal yang tidak patut mendapat perhatian dalam sebuah negara. Pendidikan yang baik akan menjadikan negara ini disegani dan banyak dicari oleh orang karena pentingnya pendidikan. Sebuah negara akan maju apabila sistem pendidikannya baik. Sebaliknya, negara akan hancur apabila pendidikannya carut-marut, terutama jika dipimpin oleh orang yang tidak mumpuni dalam bidang keilmuan.
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas lebih jauh, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu pendidikan. Dari sekian banyak pendapat para tokoh, saya berpendapat bahwa pendidikan adalah cara untuk mencerdaskan dan memperdalam pemikiran. Itulah poin utama pendidikan. Jika dikaitkan dengan moral, pendidikan merupakan cara agar seseorang mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses atau metode untuk mencerdaskan manusia serta memperdalam pemikiran mereka.
Pendidikan di Indonesia
Jika kita melihat kondisi saat ini, pendidikan di Indonesia bisa dikatakan belum optimal. Dalam skala perbandingan dengan Eropa, kualitas pendidikan kita hanya mencapai 70-80% dari 100%.
Dari segi kurikulum, pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pembelajaran anak-anak. Mengapa demikian? Jika kita meninjau buku pelajaran, misalnya mata pelajaran sejarah di jenjang SMP dan SMA, materinya hampir sama, yakni membahas tentang kemerdekaan atau kerajaan. Seharusnya, materi yang bersifat fondasi seperti ini sudah diajarkan pada jenjang SD. Pada tingkat SMP dan SMA, sebaiknya diberikan materi yang lebih luas, seperti sejarah pemikiran atau filsafat, yang dapat merangsang perkembangan intelektual siswa. Di Eropa, misalnya, siswa SMP dan SMA sudah terbiasa berdiskusi secara kritis dan saling beradu argumen. Hal inilah yang menjadi salah satu masalah dalam pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari segi metode pembelajaran, sistem pendidikan di Indonesia cenderung bersifat otoriter. Guru mengajarkan ilmu kepada murid tanpa adanya kesempatan bagi murid untuk memberikan masukan. Jika ada yang mencoba melawan atau mempertanyakan, mereka justru dihukum. Akibatnya, murid menganggap bahwa guru selalu lebih tahu, sementara mereka sendiri tidak memiliki kapasitas untuk berpikir secara mandiri. Sistem seperti ini dikenal sebagai education banking, di mana pengetahuan diibaratkan seperti saldo yang ditransfer dari guru ke murid tanpa interaksi dua arah.
Sistem ini masih melekat dipedesaan bahkan di kotapun masih ada yang menerapkan sistem ini. Kurikulum di Indonesia saat bisa dibilang sangat tidak lengkap, seperti buku PKN, Sejarah dan sebagaimana. Jika ingin menjadikan seseorang berfikir kritis tentu kejadian masa lalu kita harus kasih tahu kepada murid agar murid bisa melakukan penilaian. Bahkan dalam buku pelajaran PKN SMP kelas dua disitu disebutkan bahwa Pancasila adalah ideologi. Inilah yang tidak bisa ditolerir, karena hal ini bisa membodohi siswa. Sejarah Indonesia di SMA kebanyakan hanya berbicara soal tokoh-tokoh, tapi tidak detail. Sutan Sjahrir dan Tan Malaka nyaris tidak disebutkan dimata pelajaran SMA. Padahal kita tahu saat ini bahwa Sutan Sjahrir dan Tan Malaka adalah bapak revolusi oengetahuan Indonesia. Oleh karena masalah ini kurikulum SMA harus diubah agar mereka cerdas.
ADVERTISEMENT
Mengenai sejarah seharusnya adalah pelajaran paling tebal dari pada pelajaran lain, karena sejarah adalah fondasi awal bagi siswa untuk mengetahui bangsanya secara gamblang tanpa sentimen satupun. Kebanyakan buka sejarah yang ada saat ini adalah sejarah kemauannya sendiri, seharusnya sejarah itu baik yang menang ataupun kalah harus ditulis, bukan perihal yang menang saja. Menelanjangi sejarah adalah adalah hal utama dan tujuan dari jasmerah Soekarno.
Sistem ini perlu dihapuskan dan diubah jika Indonesia ingin maju. Metode pembelajaran semacam ini tidak hanya menghasilkan murid-murid yang pasif, tetapi juga menanamkan rasa takut untuk menyampaikan ide. Sebaliknya, negara-negara maju sudah menerapkan sistem pendidikan yang lebih terbuka dan interaktif.
Dari berbagai permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab utama stagnasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia adalah pola pendidikan yang membatasi kreativitas dan kebebasan berpikir siswa. Jika sistem ini tidak diperbaiki, maka Indonesia akan terus kesulitan dalam menemukan inovasi dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Reverensi: Paulo Freire, Observasi terutama di daerah-daerah luar Jakarta. Perjuangan kita, Aksi Massa, dan dibawah bendera revolusi, Bumi Manusia