Konten dari Pengguna

SURAT KEPADA SUATU MASA

Moh Mahfud
explor www.kumparan.com
20 Maret 2018 12:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moh Mahfud tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dengan kekuatan pikiran, seseorang manusia mulai mengalami hidup dengan cara yang berbeda. Ia mulai berfikir, merasakan, berkeinginan, dan mencintai dengan cara yang berbeda. Jika ini terjadi, ia memiliki hubungan lain dengan dirinya sendiri secara internal. Kehidupannya di dalam sendiri akan berubah (Maurice Nicholl)
ADVERTISEMENT
Berangkat dari kampung halaman, kampung kecil bernama Doku, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, menuju Kalimantan Selatan. Tepatnya tahun 2012 setelah selesai mondok disalah satu pondok pesantren di Madura. Saya tidak punya apa-apa kecuali niat waktu itu. Lingkungan asing saya hadapi, saya tak mengerti bahasa Banjar, apalagi seorang teman yang bisa diajak ngobrol. Sekali lagi, waktu itu saya cuma punya niat. Niat melanjutkan kuliah di kota Banjarmasin.
orang-orang kampung mencomooh, memandang apa yang saya pilih "Anak petani kuliah, percuma. Buang-buang waktu saja" Kata tetanggaku. Seakan kata-kata itu adalah bekal dalam perjalananku. Akhirnya saya pun berangkat dengan mengunakan kapal laut, memakai ala sasntri, peci, sarung dan pakai baju bekas waktu masih mondok. Setelah 24 jam berada di tengah laut. Akhirnya saya sampai di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, saya mulai kuliah tanpa mengenal dan bisa berbahasa Banjar. Semester yang berat, saya harus menjual pentol keliling kota untuk bertahan hidup atau sekada bayar spp kampus. Mau minta kiriman rasanya gak tega melihat orang di kampung halaman saya yang pas pasan. Mau tidak mau saya harus berusaha, bergerak semampu saya. Berjual pentol itu saya jalani 1,5 tahun. 1 tahun awal saya juga berusaha belajar bahasa Banjar dengan masif. Niat saya agar saya mudah beradaptasi dan membangun relasi. Masa yang awalnya cukup hebat mengganggu niat bulatku yang awal.
Semester 4 saya diangkat jadi Pimpinan Umum selama dua periode salah satu organisasi pers mahasiswa di tingkat Universitas. Bagaimana bisa saya membagi waktu, mencari duit, mengemban tanggungjawab organisasi, dan meluangkan waktu diskusi dengan temen-temen. Tapi hal itu tak jadi masalah. Sekali pun tiap datang bayaran uang semesteran saya harus cari pinjaman sana-sini, ya terkadang jual muka ke dosen, dekan, wakil rektor dan kawan saya untuk mencari pinjeman, Intinya saya bisa kuliah dan dipandang bisa oleh mahasiswa yang lain.
ADVERTISEMENT
sudah sering saya menjadi pengangguran, baik sewaktu masih kuliah maupun setelah habis mata kuliah serta molornya mengerjakan tugas akhir hingga sekarang. tapi saya selalu bersangka baik bahwa esok akan selalu lebih baik. Semester 9 adalah semester dimana saya benar-benar frustasi, skripsi belum selesai, sedangkan pekerjaan cuma nulis di blog tiap hari dan itu pun sungguh bosan.
hingga seorang sahabat di organisasiku menawari pekerjaan dan akhirnya saya kerja jadi Staf Pengelola Data Humas dan Protokol Sekda Prov. Kalimantan Selatan. Saya sungguh menyakini apa yang saya perjuangkan dulu itu benar. Sekali pun perjalanan itu beneran pahit, nyeri di ingat. disaat saya terpuruk saya ingat kata Maurice Nicholl, bahasa yang membius saya untuk terus berusaha tanpa jerih dan payah.
ADVERTISEMENT