Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Refleksi Kesehatan Mental Remaja Melihat Tantangan dan Solusi
22 Februari 2024 9:08 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Moh Wafri Matorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sehat bukan hanya tentang fisik yang prima, tetapi juga kesehatan mental yang seimbang. Bagi setiap orang, menjalani kehidupan dengan keseimbangan ini adalah harapan yang sangat diinginkan, terlepas dari kalangan usia mana pun. Namun, kesehatan mental, terutama pada remaja, telah menjadi sebuah tantangan yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.
ADVERTISEMENT
Penelitian global menunjukkan bahwa kasus depresi pada remaja tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, tetapi merupakan hasil dari berbagai faktor kompleks. Kualitas kehidupan rumah tangga, hubungan dengan teman sebaya, serta masalah sosial ekonomi dapat berkontribusi pada terjadinya gangguan kesehatan mental. Kekerasan, terutama kekerasan seksual dan intimidasi, juga menjadi faktor risiko yang sering kali dihadapi oleh remaja. Belum lagi, stigma, diskriminasi, dan kurangnya akses terhadap dukungan dan layanan berkualitas semakin memperparah kondisi ini.
Organisasi Kesehatan Dunia telah mengingatkan bahwa kesehatan mental bukan lagi sekadar masalah individu, tetapi telah menjadi beban kesehatan dunia secara keseluruhan. Di Indonesia, angka kasus bunuh diri yang mencapai 10.000 kasus per tahun menunjukkan eskalasi serius dari masalah ini. Dengan demikian, perlunya upaya kolektif untuk mengatasi tantangan ini menjadi semakin mendesak.
ADVERTISEMENT
Namun, saat kita sibuk memperhatikan potensi bonus demografi dan pertumbuhan ekonomi, seringkali kita lupa bahwa kesejahteraan masa depan tidak hanya ditentukan oleh parameter ekonomi semata. Karena jika penempatan ekonomi sebagai tujuan setiap orang tanpa desain sosial yang baik untuk mencapai itu hanya akan berakhir dengan kasus korupsi, Salah satu poin penting yang terlupakan adalah dampak dari desain pendidikan yang belum optimal. Sistem pendidikan yang terfokus pada peningkatan skill yang dianggap relevan dengan pasar kerja, tanpa memperhatikan aspek kesejahteraan mental individu, hanya akan menambah beban pada masa depan.
Pendidikan haruslah menjadi wahana untuk membentuk individu yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga sehat secara mental dan emosional. Namun, kenyataannya, desain pendidikan yang saat ini diterapkan cenderung memperkuat mentalitas kerja yang hanya mengutamakan keuntungan finansial. Akibatnya, tekanan mental pada generasi muda semakin meningkat, terutama dengan adanya peningkatan jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan pasar kerja.
ADVERTISEMENT
Phenomena seperti praktik perjudian yang semakin marak, kasus bunuh diri remaja akibat masalah keuangan, dan penggunaan pinjaman online oleh kalangan remaja semakin menguatkan urgensi untuk menangani masalah ini secara holistik. Upaya pencegahan terhadap kekerasan seksual pada perempuan pun harus disertai dengan langkah-langkah untuk menekan akar masalahnya.
Dalam menangani masalah kesehatan mental remaja, langkah-langkah preventif tentu sangat penting. Namun, upaya ini haruslah diimbangi dengan penanganan pada akar masalah yang mendasarinya. Pendidikan yang holistik, dukungan sosial yang lebih baik, serta akses yang lebih mudah terhadap layanan kesehatan mental berkualitas merupakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental bagi generasi muda.
Kesehatan mental remaja bukanlah tanggung jawab individu atau keluarga saja, tetapi merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. Dengan kesadaran dan tindakan yang bersama-sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
ADVERTISEMENT