Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Review Film: Venom Let There Be Carnage
19 November 2021 1:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Mohamad Miradi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Horror, mungkin bisa jadi kata yang tepat bagi para sutradara ketika menggarap sebuah sekual film, terutama film adaptasi novel, komik atau sejenisnya. Film Venom: Let There Be Carnage merupakan salah satu sekuel yang ditunggu oleh beberapa penggemar film yang juga fans komik marvel.
ADVERTISEMENT
Sony Pictures selaku pemilik hak film Venom, menunjuk Andy Serkis sebagai sutradara film Venom kali ini, aktor yang dikenal dalam peran Golum di film Lord of The Rings, Planet of The Apes dan sederet peran lainnya.
Keputusan mengganti sutradara sepertinya menjadi salah satu daya tarik buat saya untuk menonton selain karena Venom merupakan karakter Anti-hero yang juga musuh abadi Spider-Man. namun, apakah sekuel ini akan menjadi akhir dari franchise film Venom?
Plot diawali dengan menceritakan background sang antagonis (yang sepertinya mulai banyak digunakan beberapa film) Cletus Kasady a.k.a. Carnage (diperankan oleh Woody Harelson) dan pasangan hidupnya Francis Barisson a.k.a. Shriek di tahun 1996.
Hubungan cinta mereka harus kandas di tengah jalan karena Francis dipaksa pindah ke fasilitas lain dari St. Estes menuju Ravencroft Institute, hal ini dikarenakan kekuatan manipulasi suaranya semakin besar.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan Francis yang kesal karena dipisahkan dengan Cletus memberontak dan menyerang Mulligan (detektif di film sebelumnya) yang saat itu masih menjadi polisi dan mengakibatkan Mulligan kehilangan pendengaran sehingga menembak Francis.
Adegan awal ini dirasa menjadi pembuka yang tepat, chemistry antara duo maut Carnage dan Shriek memang sejatinya akan menjadi masalah besar nantinya di film ini.
Bagaimana dengan Eddie Brock atau Venom?. kita tahu Venom dianggap sudah mati (terutama oleh mantan tunangan Eddie) oleh pihak berwajib di film pertama, sang protagonis kini diawasi oleh FBI dan kehilangan pekerjaannya sebagai jurnalis serta harus berusaha kembali menata hidupnya disela-sela "mengasuh" alien dari luar angkasa.
Namun, masalah baru muncul ketika bromance antara Venom dan Eddie perlahan mulai retak, mulai dari rasa laparnya Venom ingin memakan otak manusia hingga merasa terkurung di apartemen yang membosankan.
ADVERTISEMENT
Ancungan jempol khusus untuk Tom Hardy yang melakoni 2 peran Eddie dan juga Venom, dialog, argumentasi, hingga tingkah konyol keduanya yang membuat saya tertawa cukup keras, menjadi salah satu highlight dalam film ini.
Sepertinya Andy Serkis memberikan porsi khusus untuk hubungan kedua karakter ini, meski condong terlalu ke komedi, padahal Venom adalah karakter yang cukup liar dan buas sejatinya.
Eddie, yang juga merupakan jurnalis independen, diminta oleh detektif Mulligan untuk mewawancarai Cletus di penjara demi penyelidikan, sang pembunuh berantai pun memberikan petunjuk kepada Eddie yang akhirnya berhasil menemukan petunjuk dan lokasi korban karena kolaborasinya dengan Venom.
Romansa dan kerjasama antara Symbiote dan manusia menemui konflik puncaknya, setelah pertemuan kedua dengan Cletus yang tidak sukses serta hampir mengungkapkan jati diri Venom, keduanya berkelahi, memporakporandakan apartemen dan berujung perpisahan seperti di sinetron.
Dalam komiknya, lahirnya Carnage sebagai salah satu musuh bengis Spider-Man memang sejatinya muncul pertama kali di Ravencroft, berbeda dengan versi komik, di film, Carnage justru muncul perdana di penjara San Quentin, dimana Cletus bersiap menghadapi hukuman mati yang dipercepat.
ADVERTISEMENT
memasuki babak akhir, Carnage pun lahir dan menyebabkan keributan di penjara, perlu diakui, meski saya sudah melihat bentuk Carnage,tapi, suara teriakannya ketika muncul dibalik kegelapan membuat saya kaget dan hats off untuk sound effect yang cukup detail dari awal film. begitu pula scoring apik yang catchy dan easy listening.
Bagaimana dengan visual efek? representasi Carnage menjadi salah satu yang saya tunggu dan hasilnya cukup oke. akan lebih oke lagi ketika rating filmnya dibuat untuk dewasa, karena kegilaan Cletus ditambah liarnya Carnage tentu akan memberikan gambaran betapa sadisnya supervillain ini.
KESIMPULAN
Venom: Let There Be Carnage score:
Story & plot: 7/10
Visual efek: 8/10
Scoring: 8,5/10
Venom: Let There Be Carnage menjadi debut Andy Serkis dalam menyutradarai film adaptasi komik, beban berat dipundaknya karena film terdahulunya meski secara kritik tidak mendapatkan suara positif namun secara komersil, film ini laku!
ADVERTISEMENT
jangan lupa juga, film ini merupakan salah satu proyek besar Sony Pictures yang ingin membuat cinematic universe-nya, dimana film Spider-Man kedepan dan juga Morbius tentunya akan terkoneksi erat layaknya MCU garapan Marvel Studios.
buat kamu yang memang menyukai film alur cerita linier tanpa harus tersiksa dengan adegan flashback, komedi slapstick dengan bumbu action yang pas. film ini sangat cocok untuk menemani akhir pekanmu minggu ini.
Selain terhibur (karena udah lama gak nonton bioskop), secara pribadi saya sangat amazed dengan akting Tom Hardy, sangat sulit untuk berperan dan menjiwai 2 karakter utama. Bahkan bisa dibilang jarang sekali aktor yang mendapatkan peran ganda dalam 1 film, salut!.
namun, supporting role dalam film ini dan juga antagonisnya sedikit kurang tereksplor maksimal, terutama banyak batasan yang disebabkan hanya memiliki rating PG-13 dan terkesan benar-benar sebagai pendukung.
ADVERTISEMENT
Beberapa easter egg juga muncul di film ini, terutama post credit scene yang tidak mau Anda lewatkan tentunya. satu lagi, ini mungkin merupakan film kedua yang lagu di akhir filmnya sangat saya nikmati