Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Mengulas Penyuntingan pada Teks Cerita Rakyat Berbasis Pendidikan Karakter Anak
24 November 2022 17:51 WIB
Tulisan dari Shalza Julita Kurnia Mega Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada banyak cerita yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat salah satunya dongeng, fabel, legenda, cerita rakyat, dan lain-lain. di Indonesia cerita rakyat dianggap sebagai budaya dan sejarah suatu peristiwa, di dalam cerita rakyat terdapat nilai-nilai moral yang digunakan untuk media pembelajaran. Dalam Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara (KCRN) dengan fokus penyuntingan penyederhanaan bahasa dan pemadatan isi cerita dengan berpedoman pada pendidikan karakter agar cerita rakyat tersebut dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk tingkat SD/MI.
ADVERTISEMENT
Terdapat 38 cerita di dalam buku KCRN, lima cerita tersebut merupakan cerita fabel atau cerita tokoh berupa hewan. Dalam buku KCRN terdapat beberapa cerita yang melakukan proses penyuntingan dari segi tema dan penyederhanaan cerita. Bertujuan agar lebih mudah memahami serta tidak terlalu panjang agar pembaca tidak merasa jenuh saat membaca. Dari segi penggambaran cerita, menghilangkan atau meminimalisir adegan kekerasan dan penggambaran akhlak tidak terpuji agar tidak terserap oleh pembaca, hal tersebut tidak patut di contoh.
Buku yang berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara (KCRN) merupakan buku bacaan bagi anak-anak tingkat SD/MI sederajat, maka dari itu berikut ulasan lebih baik tentang kumpulan-kumpulan cerita rakyat bagi anak sebagai media pembelajaran.
Telah disebutkan bahwa terdapat lima cerita fabel yang tidak termasuk ke dalam proses penyuntingan pada buku KCRN yaitu cerita fabel yang berjudul Kancil Mencuri Timun, Kancil Menipu Para Buaya, Kancil Menipu Harimau, Kisah Kera dan Ayam, dan Si Rusa dan Si Pulomang. Cerita tersebut tema dan jalan cerita sudah sesuai bagi pendidikan karakter untuk tingkat SD/MI.
ADVERTISEMENT
Setelah dilakukan analisis, dari 38 cerita rakyat, lima cerita termasuk cerita fabel yang tidak melalui proses penyuntingan. Pada kesempatan kali ini hanya 10 cerita yang menjadi topik untuk dilakukan penyuntingan cerita anak berbasis pendidikan karakter.
Penyuntingan dilakukan tidak hanya melihat dari segi bahasa dan isi cerita yang menyesuaikan dengan kemampuan siswa SD/MI, namun penyuntingan juga akan menanamkan pada penanaman karakter yang dibutuhkan oleh siswa SD/MI sebagai bentuk pembelajaran. Berikut aspek-aspek cerita rakyat nusantara sebagai media pembelajaran.
1. Putri Niwerigading: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa, penekanan karakter positif.
2. Asal Mula Danau Toba: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa, penekanan karakter positif, menghilangkan unsur percintaan pria dan wanita dewasa, dan menghilangkan adegan kekerasan.
ADVERTISEMENT
3. Si Malin Kundang: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa, penekanan karakter positif, dan meminimalisir adegan anak durhaka.
4. Si Pahit Lidah: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa, penekanan karakter positif, menghilangkan adegan kekerasan dan perkataan kasar.
5. Timun Emas: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa dan penekanan karakter positif.
6. Batu Menangis: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa, penekanan karakter positif, dan menghilangkan perkataan kasar.
7. Raja yang Baik Hati: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa, dan penekanan karakter positif.
8. Putri Tandampalik: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa, penekanan karakter positif, dan menghilangkan unsur percintaan orang dewasa.
9. Sigar Laki dan Limbat: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa dan penekanan karakter positif.
10. Buaya Ajaib: pemadatan cerita, penyederhanaan bahasa dan penekanan karakter positif.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan dari 10 cerita rakyat nusantara tersebut perlu dilakukan penyuntingan pada aspek pemadatan cerita dan penyederhanaan bahasa, tujuan tersebut agar pembaca tidak bosan saat membaca dan bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh anak-anak.
Sementara penekanan karakter positif bertujuan agar anak bisa mengambil hikmah dan mencontoh hal yang baik atau positif untuk kehidupan. Hal-hal negatif yang tidak patut untuk di tiru berupa berkata kasar dan adegan kekerasan, hal tersebut harus dihilangkan agar penerus generasi bangsa nanti akan tumbuh berkembang dengan baik.
Sementara unsur percintaan dalam cerita rakyat nusantara memang tidak baik untuk dilihat oleh anak-anak apalagi untuk media pembelajaran bagi pendidikan karakter. Apabila dikelompokan, buku yang berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara (KCRN) dapat menjadi tiga kelompok.
ADVERTISEMENT
- Memiliki tema cerita yang cukup baik untuk disampaikan kepada anak-anak, hanya di dalam alur ceritanya terdapat beberapa sifat tercela dan tindakan tidak terpuji. Selain itu terdapat tindakan kekerasan mengisahkan adegan pembunuhan serta hal-hal mistis dan rumit. Hal-hal tersebut akan sulit untuk dijelaskan dan dipahami oleh anak tingkat SD/MI, kisah tersebut dapat ditemukan dalam cerita rakyat nusantara yang berjudul Putri Tujuh, Asal Mula Danau Batur, dan Si Pitung Jagoan Betawi.
- Memiliki tema cerita yang cukup baik, namun penyampaian cerita yang cenderung sekilas dan minim nilai karakter menjadikan cerita cukup riskan untuk melalui proses penyuntingan karena akan berpeluang untuk mengubah inti cerita. Kisah seperti ini dapat ditemukan dalam cerita yang berjudul Asal Mula Putri Duyung dan Batu Golog.
ADVERTISEMENT
- Mengandung tema percintaan dewasa yang tidak pantas untuk disampaikan kepada anak tingkat SD/MI. Alur cerita terdapat adegan kekerasan, penggambaran sifat-sifat tercela dan tidak terpuji. Kisah seperti ini dapat ditemukan dalam cerita rakyat yang berjudul Sangkuriang Sakti, Nyi Roro Kidul, dan Roro Jongrang.
Dalam penyuntingan tidak hanya kesalahan berbahasa saja yang perlu melalui proses penyuntingan, namun hal-hal seperti tema dan alur cerita pun dapat melalui proses penyuntingan, contohnya dalam buku yang berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara (KCRN).
Tujuan dilakukan penyuntingan agar cerita tersebut bisa menumbuhkan karakter yang baik bagi anak tingkat SD/MI dan menjauhkan hal-hal yang bersifat tidak terpuji bagi anak. Pemadatan cerita dan penyederhanaan bahasa pun berpengaruh dalam penyampaian cerita, karena dengan begitu anak akan cepat atau lambat memahami sebuah cerita.
ADVERTISEMENT
Sumber: Dewi, S. E. K., Suryani, Dewi, T. R., Septikasari, R., & Pertiwi, R. P. (2022). Penyuntingan Teks Cerita Rakyat Nusantara Berbasis Pendidikan Karakter untuk Media Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar. Ibtida’, 3(1), 72–86. https://doi.org/10.37850/ibtida.v3i1.277