Konten dari Pengguna

Meneropong Prospek Pengembangan Wisata Ramah Muslim di Indonesia

Mohammad Nur Rianto Al Arif
Al Arif merupakan Profesor di UIN Syarif Hidayatullah dan Peneliti Senior pada CSEAS Indonesia. Beliau merupakan Sekjen DPP Asosiasi Dosen Indonesia, serta ketua PD Muhammadiyah Jakarta Timur. Serta aktif di beberapa organisasi profesi lainnya.
14 November 2023 6:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad Nur Rianto Al Arif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu pantai di Manado, Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pantai di Manado, Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
Indonesia, dengan kekayaan budaya, alam, dan keramahan penduduknya telah menjadi salah satu destinasi wisata utama di Asia. Selain menawarkan keindahan alam dan keragaman budaya yang luar biasa, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan wisata ramah muslim. Indonesia pada tahun 2022 ditetapkan sebagai peringkat kedua dalam wisata halal dunia berdasarkan standar Global Muslim Travel Index (GMTI). Lembaga pemeringkat Mastercard-Crescent memberikan skor 70 bersama dengan Malaysia yang berada di ranking teratas. Laporan GMTI menganalisis berdasarkan 4 kriteria penilaian strategis, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Jumlah wisatawan muslim diproyeksikan akan terus tumbuh setiap tahunnya untuk berkunjung ke Indonesia. Peluang jumlah wisatawan muslim yang diproyeksikan akan terus tumbuh tersebut ditindaklanjuti dengan pengembangan 10 destinasi halal prioritas nasional di tahun 2018 yaitu Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur (Malang Raya), Lombok, dan Sulawesi Selatan (Makasar dan sekitarnya).
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan mendiskusikan potensi pengembangan wisata ramah muslim pada wilayah-wilayah Muslim minoritas. Terminologi yang akan digunakan dalam tulisan ini bukanlah wisata halal melainkan wisata ramah muslim, karena terminologi wisata halal atau wisata syariah memberikan kesan akan mensyariahkan destinasi-destinasi wisata yang ada. Apabila kita merujuk pada perkembangan global, justru negara-negara yang notabenenya bukan mayoritas penduduk Muslim telah pula mengembangkan wisata ramah muslim seperti Jepang, Thailand, dan Korea Selatan. Oleh karenanya tulisan ini akan mencoba menawarkan ide pengembangan wisata ramah muslim pada beberapa provinsi di Indonesia dimana muslim merupakan minoritas.
Indonesia memiliki potensi wisata ramah muslim yang signifikan. Hal ini ditunjang dengan kekayaan alam yang luar biasa, Indonesia memiliki alam yang menakjubkan. Keindahan alam ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, termasuk wisatawan muslim yang mencari pengalaman alam yang indah dan menenangkan. Selain itu, budaya Indonesia yang beragam menawarkan banyak kesempatan bagi wisatawan untuk merasakan keragaman budaya. Kemudian dengan lebih dari 87% populasi Indonesia yang beragama Islam, negara ini memiliki pangsa pasar besar untuk mengembangkan destinasi wisata ramah muslim. Wisatawan muslim mencari pengalaman yang sesuai dengan keyakinan dan kebutuhan agama mereka, seperti makanan halal, fasilitas shalat, dan akomodasi yang memadai. Wisatawan muslim saat ini semakin cermat dalam memilih destinasi wisata yang menyediakan fasilitas dan layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Makam Tuanku Imam Bonjol
Potensi pengembangan wisata ramah muslim pada wilayah-wilayah muslim minoritas menjadi suatu diskusi yang menarik. Penulis bersama tim saat ini sedang melakukan kajian untuk mengukur potensi pengembangan destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Utara. Hasil kajian sementara menunjukkan bahwa 76,4% Masyarakat Sulawesi Utara setuju menjadikan Provinsi Sulawesi Utara sebagai salah satu destinasi wisata ramah muslim. Kemudian, 83,85% responden Masyarakat di luar Sulawesi Utara memiliki preferensi untuk berkunjung apabila Sulawesi Utara ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata ramah muslim. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pengembangan wisata ramah muslim tidak hanya dapat dilakukan pada 10 destinasi wisata halal prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah, melainkan dapat pula dikembangkan pada provinsi-provinsi muslim minoritas.
ADVERTISEMENT
Dalam pengembangan destinasi wisata ramah muslim ini terdapat beberapa peluang yang dapat dieksplorasi. Salah satu peluang utama ialah pengembangan akomodasi ramah muslim. Hotel dan Villa yang memenuhi kebutuhan wisatawan muslim seperti fasilitas shalat, makanan halal, dan privasi untuk keluarga dapat menjadi daya tarik utama. Kemudian, wisata kuliner adalah bagian integral dari pengalaman wisata. Pemerintah setempat perlu memberikan informasi restoran, warung makan, dan kafe yang menyajikan makanan halal bagi wisatawan muslim. Selain itu, teknologi pun dapat digunakan untuk memudahkan wisatawan muslim dalam menemukan fasilitas dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, termasuk penyediaan paket-paket wisata yang fokus pada wisatawan muslim.
Terdapat beberapa tantangan yang mungkin akan dihadapi pada pengembangan destinasi wisata ramah muslim ini. Tantangan terbesar mungkin terkait dengan perubahan dalam regulasi dan kebijakan yang dapat memengaruhi wisata ramah muslim. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, tahun 2024 merupakan tahun politik, berkenaan dengan hal ini apabila kita serius ingin mengembangkan destinasi wisata ramah muslim atau bahkan menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata ramah muslim di dunia maka kita harus memilih calon pemimpin yang memasukkan di dalam programnya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dan pusat industri halal global.
ADVERTISEMENT
Tantangan berikutnya ialah masih adanya kesenjangan dalam pemahaman tentang kebutuhan wisatawan muslim di kalangan pelaku industri pariwisata. Pendidikan dan pelatihan yang lebih baik diperlukan untuk meningkatkan pemahaman ini. Selain itu, beberapa daerah masih belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung wisatawan ramah muslim, seperti fasilitas Shalat dan informasi makanan halal. Hal lain yang perlu diperhatikan pula ialah pengembangan wisata ramah muslim harus memperhatikan nilai dan budaya lokal agar tidak mengganggu harmoni sosial dan budaya di destinasi wisata tersebut.
Dalam mengembangkan destinasi wisata ramah muslim terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan. Pertama, pemerintah dan pemangku kepentingan harus bekerja sama dalam mempromosikan destinasi wisata ramah muslim secara aktif. Penggunaan berbagai channel media sosial dapat dilakukan, termasuk dalam membuat konten-konten promosi yang menarik. Kedua, investasi dalam akomodasi halal, restoran halal, dan fasilitas ibadah akan memperkuat daya tarik destinasi wisata ramah muslim di Indonesia. Ketiga, Pendidikan dan pelatihan bagi para pelaku industri pariwisata perlu ditingkatkan, sehingga mereka dapat memahami kebutuhan khusus bagi wisatawan muslim dan dapat memberikan layanan yang berkualitas. Keempat, Kerja sama dengan Lembaga sertifikasi halal dan organisasi terkait lainnya dapat membantu dalam pengembangan wisata ramah muslim. Terakhir, memastikan pengembangan wisata yang berkelanjutan dalam mempertahankan daya tarik destinasi wisata ramah muslim di masa depan.
ADVERTISEMENT
Pemerintahan baru yang akan terpilih di tahun 2024 diharapkan memiliki keberpihakan dalam mengembangkan destinasi wisata ramah muslim, karena industri wisata ramah muslim menyumbang lebih dari 10% dari produk domestik bruto. Selain itu, pengembangan industri ini akan mampu memberikan kontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baru. Dukungan setiap pemangku kepentingan dalam mengembangkan destinasi wisata ramah muslim tidak hanya di wilayah muslim mayoritas saja, melainkan dapat pula dikembangkan pada wilayah-wilayah muslim minoritas. Apabila hal ini serius untuk dilakukan, maka kita akan dapat menjadikan Indonesia Unggul sehingga visi Indonesia 2045 dapat terwujud.
Penulis: Mohammad Nur Rianto Al Arif (Ketua Bidang Riset dan Pengembangan DPP Asosiasi Dosen Ekonomi Syariah/ ADESY)