Konten dari Pengguna

Menyerah (Terkadang) Menjadi Solusi yang Tepat

Mohammad Fattahul Alim
Mahasiswa Akuntansi 2020 Universitas Negeri Semarang
11 Desember 2021 8:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad Fattahul Alim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
Setiap orang pasti mengalami berbagai rintangan hidup yang cukup berat dan melelahkan. Terkadang jika ada yang sudah tidak sanggup lagi untuk terus bertahan, bisa membuat dirinya seakan ingin menyerah dan putus asa dalam meraih tujuan tertentu. Bahkan tidak jarang sampai berpikiran untuk mengakhiri hidup karena tidak kuat menghadapi cobaan yang datang bertubi-tubi. Hal ini tentunya menghancurkan realisasi suatu tujuan yang telah dirancang sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Rasa kesal dan menyerah merupakan bagian dari nafsu manusia yang harus bisa dan segera dilawan. Nafsu tersebut hanya bisa dikendalikan oleh dirinya masing-masing ditambah pengaruh lingkungan sekitar yang positif seperti dorongan semangat dan motivasi untuk terus berjuang. Namun, kita juga harus mengerti bahwa menyerah bukanlah pilihan yang tepat, tetapi juga tidak selamanya merupakan hal yang buruk. Terkadang rasa ingin menyerah sangat dibutuhkan, jika tujuan yang ingin diraih banyak menimbulkan keburukan (mudharat) dibandingkan manfaatnya, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya.
Menyerah dapat kita jadikan sebuah pertimbangan apabila kita telah menyadari bahwa tujuan yang hendak kita gapai cukup sulit tercapai. Ketika seseorang menemukan diri mereka berada dalam situasi yang tidak memungkinkan tujuannya terwujud, respons yang paling adaptif adalah melepaskan diri dari tujuan tersebut (Wrosch dan Miller). Maksud dari pernyataan tersebut ialah jika kita terus berjuang dan berusaha terhadap tujuan yang kita harapkan yang mana pada akhirnya tidak bisa diraih, sikap kita hanya bisa mengikhlaskan kesempatan tersebut. Sehingga kita tidak terlalu berambisi dalam meraihnya yang justru berpotensi memunculkan dampak yang negatif bagi diri kita. Pengalaman kegagalan tersebut dapat kita jadikan sebagai pijakan kedepannya untuk bisa merebut tujuan yang sama kembali.
ADVERTISEMENT
Contohnya, Joko merupakan mahasiswa akuntansi UNNES yang telah mendaftar untuk ikut lomba Esai Akuntansi Nasional di Universitas Diponegoro. Ia datang sebagai perwakilan dari UNNES dan berambisi menjadi juara 1. Akan tetapi, dua hari sebelum perlombaan, ia menderita sakit tifus yang menyebabkannya harus dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Akibatnya, ia tidak bisa mengikuti perlombaan tersebut. Jika ia tetap bersikeras ikut lomba tersebut dalam keadaan yang masih sakit, bisa jadi hal tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan dirinya sendiri. Untuk itu, ia harus merelakan kesempatan tersebut dan harapan menjadi juara lomba akhirnya menjadi pupus (opportunity cost = ilmu ekonomi).
Menyerah terhadap sebuah keadaan bukan berarti menurunkan standar kemampuan dan psikis diri kita. Sikap ini justru dapat kita manfaatkan dalam mempersiapkan segala hal agar lebih baik ke depannya sebelum kita merengkuh tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam hal menghargai waktu dan tenaga untuk kesehatan jasmani kita. Kesempatan menjadi sukses bukan hanya dari satu jalan saja, tetapi bisa terbuka lebar dari mana saja asalkan kita mau membuka mata terhadap peluang dan berusaha dengan ekstra lebih keras.
ADVERTISEMENT
Menyerah bukan berarti kita berhenti berjuang dan berusaha dalam menggapai sebuah bintang. Mengubah arah tujuan mungkin bisa menjadi peluang kita untuk sukses kedepannya. Terkadang motivasi untuk jangan menyerah mungkin belum bisa diterapkan sesuai dengan keadaan yang kita sesungguhnya. Diibaratkan seperti buah simalakama, “Maju kena, mundur juga kena”. Sebagai contoh, sebagian dari mahasiswa dari Fakultas Ekonomi mengetahui apa yang pernah di alami oleh Fuji Film. Fuji Film adalah sebuah perusahaan fotografi film yang terkenal di eranya sekitar abad ke-20. Tetapi, memasuki era abad ke-21 bersamaan berkembang pesatnya kamera digital sehingga membuat Fuji Film kelabakan dalam menghadapi situasi tersebut. Ia akhirnya beralih menjadi sebuah perusahan obat kosmetik dan kesehatan guna menghindari kebangkrutan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut secara teoretis sangat tidak masuk akal karena Fuji Film dulunya merupakan suatu perusahaan pembuatan fotografi film. Ternyata, Fuji Film dalam mendapatkan sebuah fotografi film terbaik sangat berhubungan dengan konsep sel-sel kulit manusia yang juga ada pada pembuatan fotografi filmnya. Hingga akhirnya, ia berhasil menciptakan sebuah produk kosmetik yang bernama Astaflit yang hingga saat ini menjadi produk kosmetik ternama di dunia.
Dari peristiwa yang dialami oleh Fuji Film, menunjukkan bahwa kesuksesan bukan berasal dari satu jalan saja, tetapi bisa datang darimana saja yang terpenting adanya usaha seoptimal mungkin dibarengi doa dan tawakal. Menyerah terhadap satu tujuan kemudian berpindah pada tujuan yang lain bisa membuka kesempatan kita untuk meraih kesuksesan. Proses inilah yang akan menjadikan kita lebih bijak lagi dalam memahami keadaan dan peluang.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang mahasiswa tidak sepatutnya kita mudah menyerah begitu saja ketika tujuan atau mimpi yang diinginkan tidak terwujud. Masih terdapat banyak jalan dan juga kesempatan untuk kita meraih kesuksesan kedepannya. Dalam menggapai sebuah tujuan atau impian, yang terpenting kita mempunyai 4 pedoman yaitu DUIT (Doa, Usaha, Impian dan Tawakal).