Sikap Ta'dzim sebagai Bentuk Adab Pelajar terhadap Guru

Mohammad Fattahul Alim
Mahasiswa Akuntansi 2020 Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
8 Desember 2021 16:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad Fattahul Alim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekelompok santri terlihat sedang duduk bersama dan bercanda riang satu sama lain. Sumber : Dokumentasi
zoom-in-whitePerbesar
Sekelompok santri terlihat sedang duduk bersama dan bercanda riang satu sama lain. Sumber : Dokumentasi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada era society 5.0 ini, ilmu pengetahuan merupakan modal terpenting bagi manusia untuk hidup mulia dan sejahtera di dunia. Terdapat berbagai sebutan atau julukan bagi setiap penuntut ilmu berdasarkan jenis ilmu dan tingkatannya. Pada pendidikan umum, dikenal dua sebutan penuntut ilmu yakni siswa dan mahasiswa. Sedangkan pada pendidikan agama, juga dikenal dua sebutan yakni santri dan mahasantri. Tetapi secara normatif, orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu disebut sebagai pelajar.
ADVERTISEMENT
Setiap pelajar memiliki karakteristik, sifat, sikap, dan gaya belajar yang berbeda satu sama lainnya. Tidak mengherankan jika setiap pelajar memiliki tujuan dan motivasi belajarnya tersendiri. Tujuan utama yang diharapkan seorang pelajar ialah menjadi orang yang pintar, alim, dan ahli di bidangnya masing-masing. Tetapi, apakah kepintaran seorang pelajar dapat menjamin kemuliaan, kebermanfaatan, dan keberkahan atas ilmunya tersebut bagi hidupnya sendiri maupun kemaslahatan umat manusia?
Di dalam dunia pondok pesantren, adab santri kepada kiai dan guru menjadi pembelajaran utama yang harus dipelajari sebelum berlanjut belajar disiplin ilmu agama yang lainnya. Kitab Ta'limul Muta'allim menjadi kitab rujukan utama bagi santri untuk belajar ilmu adab dan mekanisme menuntut ilmu yang baik dan insyaAllah mendatangkan kebermanfaatan. Di samping itu, santri juga belajar ilmu adab dengan referensi kitab yang lainnnya.
ADVERTISEMENT
Ilmu adab ini sangat penting bagi pelajar agar mereka senantiasa bersikap sopan santun, ta'dzim (memuliakan), dan berakhlak mulia kepada siapa pun termasuk gurunya. Kondisi ini cukup berbeda di lingkungan pendidikan formal yang pada umumnya tidak sedikit pelajar terlihat kurang beradab dan sopan santun terhadap gurunya sendiri. Hal ini bisa terjadi karena di samping tidak adanya pelajaran adab untuk mendidik siswa, juga terdapat pengaruh media sosial yang negatif terhadap perilaku mereka yang cenderung menyimpang dari nilai-nilai luhur etika bangsa Indonesia.
Baik orang pintar, orang alim, maupun orang cerdas berpotensi besar akan hidup mulia dan sejahtera di dunia. Hampir sebagian besar bidang pekerjaan yang memiliki tingkat kesukaran dan kemampuan analisis pikiran yang tinggi akan membutuhkan seorang yang ahli dan kompeten di bidangnya. Orang tersebut tentunya memiliki kriteria di antaranya seperti mempunyai riwayat pendidikan yang tinggi dan profesional atau mumpuni.
ADVERTISEMENT
Kepintaran seseorang belum dapat menjamin keberkahan hidupnya jika di dalam hati, perkataan, dan perilakunya belum menunjukkan sikap ta'dzim atau memuliakan gurunya. Ketiadaan sikap ta’dzim atau memuliakan guru bisa menyebabkan seseorang yang pintar sekalipun akan merasa dirinya lebih pintar dan hebat dibandingkan gurunya sendiri. Sikap ta’dzim seorang pelajar sangat penting bagi dirinya karena sebagai bentuk penghormatan dan mengagungkan gurunya yang telah mentransfer ilmunya.
Seperti dawuh Syaikhona K.H. Maimoen Zubair “Wong bener ora piter iku luwih apik tinimbang wong pinter tapi ora bener (Orang yang beradab tapi tidak pintar itu lebih baik daripada orang pintar tapi tidak beradab).” Dari perkataan beliau menegaskan bahwa adab sangatlah diutamakan dan dijunjung tinggi dibandingkan dengan kepintaran.
ADVERTISEMENT
Pengimplementasian sikap ta’dzim terhadap guru di antaranya, seperti memuliakan guru dan keluarganya, ber-akhlakul karimah, tidak membantah perkataan guru selagi tidak menyimpang dari syariat, mematuhi peraturan guru, dan lain sebagainya. Dengan memiliki sikap ta’dzim terhadap guru ketika sedang menuntut ilmu, diharapkan ilmu yang diperoleh bisa memberikan kefaedahan, kemanfaatan, dan keberkahan baik bagi dirinya murid sendiri maupun orang lain, baik di dunia maupun di akhirat kelak.