Konten dari Pengguna

Berebut Approval Rating Jokowi

Mohammad Hidayaturrahman
Dosen Universitas Wiraraja, Direktur CIR
17 Februari 2024 13:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad Hidayaturrahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Ibu Negara Iriana (kiri) memasukkan surat suara ke dalam kotak pada Pemilu 2024 di tempat pemungutan suara (TPS) 10 Kelurahan Gambir, kompleks Kantor Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta, Rabu (14/2/2024). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Ibu Negara Iriana (kiri) memasukkan surat suara ke dalam kotak pada Pemilu 2024 di tempat pemungutan suara (TPS) 10 Kelurahan Gambir, kompleks Kantor Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta, Rabu (14/2/2024). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai presiden yang saat ini sedang menjabat selama hampir 10 tahun, tentu saja pamor atau tuah Joko Widodo (Jokowi) sangat diperhitungkan. Terlebih lagi bila mengacu kepada hasil survei yang dirilis oleh banyak lembaga, menyebut tingkat kepuasan rakyat terhadap pemerintahan yang dipimpin Jokowi sangat tinggi, hampir mencapai 80 persen.
ADVERTISEMENT
Wajar bila sejumlah partai politik berupaya untuk merebut pamor atau tuah Jokowi tersebut. Setidaknya ada dua partai politik yang berupaya mengidentikkan diri dengan Jokowi, yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Amanat Nasional (PAN). PSI yang mendapuk putera Jokowi, Kaesang Pangarep sebagai ketua umumnya, telah memasang baliho dan spanduk di seluruh Indonesia bertuliskan “PSI Partai Jokowi,” berikut gambar Kaesang bersama Jokowi.
Begitu pula dengan PAN yang memasang baliho besar di berbagai titik dan wilayah di Indonesia dengan tulisan “Jokowi Keluarga PAN, PAN Keluarga Jokowi,” berikut foto Jokowi bersama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Sebaliknya, ada juga partai politik yang selama ini dikenal sebagai partainya Jokowi, yaitu PDI Perjuangan, tidak terlihat memasang baliho maupun spanduk yang ada gambar atau tulisan yang menggambarkan keberadaan Jokowi di partai berlogo banteng tersebut.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan Partai Gerindra, partai politik yang berada di koalisi pemerintah, yang ketua umumnya, Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai Capres berpasangan dengan Gibran, putera Jokowi, tidak mencantumkan foto Jokowi pada baliho resmi yang dipasang oleh Partai Gerindra.
Partai Gerindra hanya memasang logo partai bersama pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, minus foto Jokowi. Terlebih lagi Partai Golkar, partai yang berada di koalisi pemerintah, percaya diri melakukan kampanye di alat peraga, tanpa foto Jokowi. Kalaupun ada baliho partai Golkar yang memasang foto Jokowi sangat sedikit jumlahnya.
Apakah tingginya kepuasan rakyat terhadap pemerintahan Jokowi dapat menjadi pamor atau tuah elektoral, sehingga diperebutkan oleh sejumlah partai politik? Perlu dicek melalui elektabilitas partai politik yang berkontestasi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
ADVERTISEMENT
Survei oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis pada akhir Desember 2023 menunjukkan bahwa elektabilitas partai politik nomor tiga terbesar diraih oleh PDI Perjuangan sebesar 16,4 persen, Partai Gerindra 14,6 persen, dan Partai Golkar 11,9 persen.
Malah elektabilitas Partai Golkar ditempel ketat oleh PKS sebesar 11,8 persen. Ketiga partai peraih suara tertingi, yaitu PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar merupakan tiga partai yang berada dalam koalisi pemerintah Jokowi, namun tidak mencantumkan foto Jokowi di alat peraga kampanye mereka.
Lalu bagaimana dengan PSI dan PAN? Dari survei CSIS tersebut, PSI hanya memperoleh suara sebesar 1,3 persen, dan PAN memperoleh suara sebesar 5,2 persen. Apakah perolehan suara PSI dan PAN meningkat dari Pemilu 2019 lalu? Ternyata tidak.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil perhitungan Pemilu 2019, suara PSI sebesar 1,89 persen, sementara berdasarkan survei CSIS tersebut, suara PSI hanya 1,3 persen. Bagaimana dengan PAN? Hal serupa juga terjadi. Pada Pemilu tahun 2019 PAN meraih suara sebesar 6,84 persen.
Namun berdasarkan survei CSIS tersebut, PAN hanya memperoleh suara sebesar 5,2 persen. Suara PSI dan PAN menurun dari tahun 2019. Hipotesisnya adalah peletakan foto Jokowi pada alat peraga kampanye PSI dan PAN tidak meningkatkan perolehan suara kedua partai tersebut. Padahal kedua partai tersebut telah menyatakan secara jelas, sebagai partainya Jokowi dan partai keluarga Jokowi.

Pamor Jokowi di Pilpres

Pertanyaannya bagaimana dengan pamor Jokowi pada pemilihan presiden tahun 2024? Approval rating Jokowi juga diperebutkan oleh calon presiden. Prabowo Subianto menyatakan dirinya telah meminta izin kepada Presiden Jokowi supaya Gibran putera Jokowi menjadi calon wakilnya (Kompas.com, 23 Oktober 2023).
ADVERTISEMENT
Akhirnya Prabowo-Gibran resmi menjadi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia. Lalu bagaimana elektabilitas Prabowo-Gibran yang sudah direstui dan didukung oleh Jokowi? Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis pada awal Januari 2024 mengungkap bahwa elektabilitas pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebesar 43,7 persen.
Kehadiran Gibran sebagai calon wakil presiden ternyata tidak mampu mendongkrak perolehan suara Prabowo Subianto yang berhasil meraih suara sebesar 44,50 persen pada pemilihan presiden tahun 2019. Malah perolehan suara Prabowo di tahun 2019 masih lebih besar bila dibandingkan dengan perolehan suara Prabowo-Gibran pada pilpres 2024.
Sementara Jokowi pada pemilihan presiden tahun 2019 meraih suara sebesar 55 persen lebih. Kemudian tingkat kepuasan rakyat terhadap pemerintahan yang dipimpin oleh Jokowi (approval rating) sebesar 78,6 persen. Hal tersebut terungkap dalam survei LSI Denny JA yang dirilis pada akhir November 2023, selisih sekira satu bulan dengan survei elektabilitas Prabowo-Gibran, pada Desember 2023. Pamor Jokowi dalam bentuk approval rating tidak bisa terkonversi pada perolehan suara Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Jokowi di tengah masyarakat beberapa waktu terakhir, yang membagikan bantuan sosial (bansos) secara langsung memunculkan reaksi banyak kalangan, karena dianggap dapat mempengaruhi pemilih untuk memenangkan pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Gibran. Terlebih lagi sebelumnya Jokowi menyatakan secara terbuka bahwa presiden boleh melakukan kampanye dan berpihak pada kontestan tertentu di pemilihan presiden 2024.
Hal tersebut sepertinya relevan. Selama ini Jokowi telah sering melakukan hal yang sama, terutama dengan semakin besarnya dana bantuan sosial yang menjelang pelaksanaan pemilihan. Faktor Jokowi yang membagikan bansos dikhawatirkan oleh pasangan calon presiden lainnya.
Menurut survei Lembaga Kajian Studi Pembangunan (LKSP) yang dirilis pada 7 Februari 2024, penerima bantuan sosial sebanyak 27,92 terpengaruh untuk memilih calon presiden dan partai politik. Hal tersebut terbukti dengan hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah Lembaga survei, Prabowo Gibran unggul 56 persen dari dua pasangan kandidat lainnya.
ADVERTISEMENT
Pamor/tuah Jokowi sebagai presiden yang mendukung pasangan Prabowo-Gibran terbukti, terutama dengan kehadirannya ke tengah masyarakat sambil membawa bantuan sosial. Namun untuk partai politik, tampaknya pamor/tuah Jokowi tidak berlaku.