Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Masih Relevankah Terjemahan Pedagogis untuk Pembelajaran Bahasa Asing?
9 Maret 2025 11:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Mohammad Ali Yafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam pemerolehan bahasa kedua, metode penerjemahan pedagogis (pedagogical translation) semakin menjadi sorotan. Konsep ini tidak hanya menyentuh aspek linguistik, tetapi juga membantu siswa memahami budaya yang terkandung dalam bahasa yang mereka pelajari. Penggunaan terjemahan dari bahasa pertama ke bahasa kedua telah terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap pemahaman bahasa asing, terutama di negara seperti Indonesia, di mana bahasa Inggris memiliki posisi sebagai bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Secara historis, terjemahan telah lama digunakan dalam pengajaran bahasa, terutama dalam Grammar Translation Method (GTM), yang menekankan pada terjemahan harfiah dan analisis tata bahasa. Namun, meskipun metode ini membantu dalam penguasaan aspek-aspek tertentu, seperti kosa kata dan struktur kalimat, pengajaran berbasis komunikasi (communicative approach) lebih dikenal efektif untuk mengembangkan keterampilan berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, penelitian terbaru menunjukkan bahwa terjemahan pedagogis masih dapat dijadikan sebagai alat yang berguna bila diterapkan secara strategis (Gunawan, 2020).
Salah satu keuntungan utama dari terjemahan pedagogis adalah kemampuannya untuk membantu siswa memahami perbedaan dan kesamaan antara bahasa ibu dan bahasa target secara sistematis. Proses ini tidak hanya membantu siswa menguasai kosa kata baru, tetapi juga memahami struktur sintaksis dan nuansa semantik bahasa target. Misalnya, terjemahan dapat memfasilitasi pemahaman terhadap ungkapan idiomatik dan norma sosial (Huang, 2023). Dengan demikian, selain manfaat linguistik, penggunaan terjemahan juga membantu memperkenalkan siswa pada konteks budaya yang lebih luas, yang tak kalah penting dalam komunikasi lintas budaya.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun banyak manfaatnya, metode ini bukan tanpa tantangan. Salah satunya adalah potensi ketergantungan pada bahasa ibu yang dapat menghambat kemampuan berpikir dan berkomunikasi secara spontan dalam bahasa kedua. Jika digunakan secara berlebihan, metode terjemahan ini bisa membuat siswa lebih sering berfikir dalam bahasa ibu, yang pada gilirannya mengurangi kelancaran berkomunikasi dalam bahasa target. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan terjemahan yang terlalu sering dapat menghambat pengembangan keterampilan berbicara yang lancar (Huang, 2023). Oleh karena itu, penting bagi pengajar untuk menyeimbangkan penggunaan terjemahan dengan teknik lain yang mendorong siswa untuk berpikir langsung dalam bahasa kedua.
Di Indonesia, integrasi terjemahan dalam pembelajaran bahasa Inggris telah diterima dengan baik. Banyak pengajar menggunakan metode ini untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan pemahaman bahasa, baik itu dalam membaca, menulis, maupun berbicara. Namun, tantangan lain yang perlu diatasi adalah kurangnya pelatihan yang memadai bagi para pengajar untuk menerapkan metode ini secara efektif. Penggunaan metode terjemahan yang tidak terstruktur dapat mengurangi efektifitas dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, pelatihan yang lebih intensif bagi pengajar mengenai cara menerapkan terjemahan dalam kurikulum dapat membantu meningkatkan kualitas pengajaran bahasa (Mohamed dkk, 2021).
ADVERTISEMENT
Selain itu, integrasi teknologi dan audiovisual dalam terjemahan pedagogis menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa. Penggunaan media ini dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih kontekstual dan menarik, serta membantu siswa memahami makna dan nuansa dalam bahasa yang dipelajari (Fang, 2024).
Dengan demikian, terjemahan pedagogis, ketika diterapkan dengan bijak, dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam pembelajaran bahasa kedua. Meskipun tantangan seperti ketergantungan pada bahasa pertama dan kurangnya pelatihan bagi pengajar perlu diatasi, metode ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan kompetensi linguistik dan keterampilan lintas budaya siswa. Untuk itu, pengajar dan pengembang kurikulum perlu merancang strategi yang tepat, menyeimbangkan penggunaan terjemahan dengan metode lain, serta memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif dan komprehensif. Dengan pendekatan yang terstruktur, terjemahan pedagogis bisa menjadi jembatan yang kokoh antara bahasa dan budaya dalam pembelajaran bahasa kedua.
ADVERTISEMENT