Konten dari Pengguna

Menyoal Kepemimpinan Pendidikan di Indonesia

Mohammad Ali Yafi
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta - Peneliti di Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial, Universitas Muhammadiyah Surakarta - Mahasiswa Doktor Ilmu Pendidikan Bahasa, Univeritas Negeri Semarang
25 November 2024 12:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad Ali Yafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Doc. izusek/gettyimages
zoom-in-whitePerbesar
Doc. izusek/gettyimages
ADVERTISEMENT
Dalam sistem pendidikan Indonesia, peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangatlah vital. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab terhadap operasional harian, tetapi juga menjadi penggerak utama reformasi pendidikan di tingkat lokal. Sayangnya, berbagai studi, menunjukkan bahwa kepemimpinan sekolah di Indonesia masih menghadapi tantangan besar yang menghambat kemajuan pendidikan kita.
ADVERTISEMENT
Terdapat tiga masalah utama seperti yang ditunjukkan oleh Gaol (2021) dalam studinya yaitu lemahnya kapasitas kepala sekolah untuk memimpin dan mengelola sekolah, rendahnya kajian-kajian yang dipublikasikan pada arena ini, dan ketidaktepatan mekanisme seleksi.
Terkait dengan lemahnya kapasitas kepala sekolah, dalam banyak kasus, kepala sekolah belum dibekali keterampilan yang memadai untuk mengelola sumber daya secara strategis atau memimpin komunitas sekolah menuju peningkatan kualitas pendidikan. Pelatihan kepemimpinan yang tersedia sering kali kurang relevan dengan kebutuhan nyata di lapangan. Alih-alih dapat meningkatkan kapasitas kepala sekolah, hal ini justru menciptakan kesenjangan besar antara harapan terhadap kepala sekolah dan kemampuan mereka dalam menjalankan tugas yang diamanahkan.
Kemudian, rendahnya jumlah publikasi penelitian yang mengkaji kepemimpinan dalam pendidikan juga memperburuk keadaan. Sumintono (2024) menyebut artikel penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan pendidikan jumlahnya relatif kecil. Gaol (2021) menyatakan bahwa kurangnya publikasi penelitian yang memadai di bidang ini dapat menyebabkan lemahnya pemahaman kepala sekolah tentang bagaimana seharusnya mereka bekerja di sekolah.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, proses seleksi kepala sekolah di Indonesia juga menjadi sorotan. Dalam banyak kasus, mekanisme seleksi ini tidak sepenuhnya berbasis meritokrasi. Praktik nepotisme atau pengaruh politis sering kali mengaburkan tujuan untuk memilih pemimpin yang benar-benar kompeten dan profesional (Sumintono dkk, 2015). Hal ini berpotensi menciptakan ketidakefisienan dalam manajemen sekolah yang pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan.
Dalam konteks ini, diperlukan langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kondisi kepemimpinan sekolah di Indonesia. Salah satu prioritas utama adalah meningkatkan kualitas pelatihan kepala sekolah. Program pelatihan harus dirancang untuk membekali kepala sekolah dengan keterampilan manajerial dan kepemimpinan yang relevan serta berbasis kebutuhan lokal yang oleh Sumintono (2015) disebut leaders of change. Selain itu, reformasi proses seleksi kepala sekolah juga mendesak untuk memastikan hanya kandidat yang kompeten dan berintegritas yang menduduki posisi strategis ini.
ADVERTISEMENT
Pendekatan yang sensitif terhadap budaya juga harus menjadi perhatian. Kepemimpinan sekolah di Indonesia harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal seperti gotong royong dengan prinsip manajemen modern. Dengan demikian, kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan yang harmonis sekaligus mendorong inovasi dan partisipasi semua pihak di komunitas sekolah.
Pada akhirnya, kepemimpinan sekolah yang efektif adalah kunci keberhasilan pendidikan di Indonesia. Harapan akan sistem pendidikan yang bermutu dan lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman akan terus hidup apabila tantangan untuk memperkuat kapasitas kepala sekolah dapat teratasi. Kepala sekolah yang tangguh dan visioner adalah investasi untuk masa depan generasi bangsa.