Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Setelah Libur Semester, Makin Semangat atau Justru Malas?
3 September 2024 7:09 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Mohammad Ali Yafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di beberapa perguruan tinggi, proses belajar-mengajar baru saja di mulai. Untuk mahasiswa baru, memulai pembelajaran di tingkat perguruan tinggi mungkin merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan dan exciting. Hal ini karena mereka memulai perjalanan baru yang benar-benar berbeda dari apa yang telah mereka alami sebelumnya. Namun, bagi mahasiswa semester lanjut dan civitas akademika lain, memulai semester baru setelah libur Panjang bukan sesuatu yang mudah.
ADVERTISEMENT
Momen-momen awal semester ini akan menjadi penuh tantangan bagi mahasiswa, dosen, dan bahkan juga tenaga kependidikan. Fenomena rasa malas memulai sesuatu ini tidak hanya berdampak pada produktivitas tetapi juga pada capaian akademik. Bagi mahasiswa, kendala yang sering muncul adalah kesulitan beradaptasi dengan rutinitas baru setelah terbiasa dengan kebebasan waktu selama liburan. Misalnya, banyak mahasiswa yang kesulitan bangun pagi untuk kuliah karena terbiasa tidur larut malam saat liburan. Mereka juga sering menunda-nunda tugas kuliah karena merasa belum sepenuhnya pulih dari suasana liburan, seperti mengerjakan tugas di detik-detik terakhir atau datang terlambat ke kelas. Hal ini menyebabkan mereka sulit mencapai performa belajar yang optimal di awal semester.
Selain itu, prokrastinasi menjadi tantangan utama bagi mahasiswa yang terbiasa dengan ritme santai selama liburan. Misalnya, mahasiswa yang biasanya belajar sehari sebelum ujian merasa lebih nyaman melanjutkan kebiasaan tersebut karena menganggap awal semester masih “belum serius”. Motivasi yang menurun juga sering terjadi karena mahasiswa merasa tertekan dengan beban kuliah yang tiba-tiba datang setelah sekian lama menikmati waktu luang, seperti sulit fokus saat belajar karena pikiran masih tertuju pada aktivitas liburan yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Dosen juga menghadapi masalah serupa. Meskipun dosen tidak benar-benar libur, banyak di antara mereka yang merasa sulit kembali ke ritme kerja setelah liburan, terutama dalam hal mempersiapkan materi ajar yang baru dan menarik. Contohnya, dosen yang terbiasa memberikan tugas sederhana sebelum libur mungkin harus menyesuaikan kembali standar pengajaran dengan tugas-tugas yang lebih menantang di awal semester. Dosen juga sering merasa tertekan dengan beban administratif, seperti harus segera menyelesaikan input nilai dan menyiapkan silabus baru yang memerlukan waktu dan konsentrasi tinggi. Selain itu, motivasi untuk mengajar juga bisa menurun karena dosen merasa belum sepenuhnya siap dengan strategi pengajaran yang efektif.
Sama seperti dosen, bagi staf atau tenaga kependidikan, awal semester biasanya identik dengan peningkatan volume kerja. Misalnya, mereka harus menangani proses registrasi mahasiswa yang sering kali kacau karena kesalahan data atau mahasiswa yang belum paham prosedur. Staf juga harus mengelola penjadwalan kelas yang rumit dan kadang harus menghadapi keluhan dari mahasiswa atau dosen terkait jadwal yang bentrok. Minimnya koordinasi antar staf sering kali memperburuk situasi, seperti kurangnya informasi terkait perubahan jadwal kuliah yang mendadak atau masalah teknis dalam pengelolaan sistem informasi akademik.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi fenomena ini, beberapa langkah konkret dapat dilakukan oleh masing-masing pihak. Bagi mahasiswa, langkah pertama adalah membuat jadwal harian yang realistis. Misalnya, menetapkan jam tidur yang konsisten dan menentukan waktu khusus untuk belajar, seperti belajar selama dua jam setiap sore hari di perpustakaan untuk menghindari distraksi. Membuat daftar tugas harian yang disertai target waktu juga membantu mahasiswa lebih fokus dan terstruktur. Contoh lainnya adalah bergabung dengan kelompok belajar yang dapat menjadi motivasi tambahan dan tempat untuk saling mengingatkan tentang deadline tugas atau ujian.
Dosen dapat meningkatkan kembali motivasi dengan cara membuat perencanaan pengajaran yang menarik. Contoh konkritnya, dosen bisa menggunakan metode pembelajaran aktif seperti studi kasus, diskusi kelompok, atau simulasi yang melibatkan mahasiswa secara langsung, sehingga suasana kelas lebih hidup dan tidak monoton. Selain itu, dosen bisa memanfaatkan teknologi seperti Learning Management System (LMS) untuk mengurangi beban administratif, seperti mengunggah materi ajar dan tugas secara terstruktur sehingga mahasiswa dapat mengaksesnya dengan mudah tanpa harus berulang kali bertanya.
ADVERTISEMENT
Bagi tenaga kependidikan, penggunaan teknologi dalam sistem administrasi kampus menjadi solusi penting. Contoh nyatanya adalah mengoptimalkan penggunaan aplikasi atau software manajemen akademik yang terintegrasi, sehingga proses registrasi mahasiswa, pengelolaan jadwal, dan dokumentasi lainnya dapat berjalan lebih efisien. Rapat koordinasi secara rutin antar divisi juga dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang mungkin muncul di lapangan, seperti menyepakati alur komunikasi untuk penanganan keluhan mahasiswa yang lebih cepat dan responsif.
Dengan menghadapi tantangan di awal semester secara proaktif, semua pihak yang terlibat dalam perkuliahan dapat meminimalisir dampak negatif dari rasa malas dan masalah adaptasi. Persiapan yang matang, penggunaan teknologi yang tepat, dan pengelolaan waktu yang efektif adalah langkah-langkah konkret yang dapat membantu dosen, mahasiswa, dan staf kependidikan menjalani semester baru dengan lebih semangat, produktif dan anti-malas.
ADVERTISEMENT