Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Aktivitas Njempol Karyawan IWIP: Lelah tapi Berkah!
4 September 2024 10:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Mohammad Tetra Al Ubaidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Abang, boleh kah ikut sampai Masjid Raya? Lukulamo boleh, Bang? Gate 2 boleh, Abang? Mungkin kalimat itu yang sering diutarakan oleh teman-teman Torang IWIP (IWIP: Indonesia Weda Bay Industrial Park). Aktivitas Njempol ini tidak sedikit dilakukan oleh karyawan IWIP, baik yang berangkat bekerja ataupun di waktu pulang kerja, hal ini dilakukan oleh teman-teman yang tidak memiliki kendaraan untuk bekerja, atau kendaraan mereka yang sedang mengalami kerusakkan.
ADVERTISEMENT
Bermodalkan ibu jari yang dihadapkan ke atas, kami terus mengharap belas kasih dari para pengguna kendaraan bermotor sesama pekerja di PT. IWIP, untuk menyediakan sedikit ruang dari jok motor untuk memuat kami sampai lokasi tertentu. Uang terbatas yang kami simpan harus terbagi untuk biaya makan, tempat tinggal, dan tidak kebagian untuk menaiki oto (dibaca: mobil angkutan umum)
Kemampuan mengangkat jari dengan menyuguhkan wajah melas terbaik, merupakan skills tambahan yang Tuhan beri untuk kami para pekerja yang belum memiliki kendaraan agar segera mendapat tumpangan. Raut wajah lelah dengan lisan penuh doa kebaikan bagi mereka yang iba mengangkut kami hingga tujuan, telah kami siapkan dengan rapi pelbagai planning a hingga z.
Jikalau memang belum ada yang membawa kami secara gratis, setidaknya betis kami telah dikuatkan oleh keadaan untuk berjalan sambil menghibur diri; “sebentar lagi kau dapat tumpangan itu, kau akan duduk di atas jok motor yang indah dan nyaman,” dengan sedikit basa-basi klise kepada pemilik motor agar tak terlihat ngos-ngosan setelah berjalan dan berharap, “Abang sudah lama kerja di IWIP? Bagian apa Bang? Tinggal di mana, Bang? Abang udah sunat? (dibaca: jangan ya, dik, ya!)
ADVERTISEMENT
Tetapi, melalui aktivitas njempol ini, kita akan bertemu banyak teman baru yang secara random kita temui dan minta bantuan kepadanya, setidaknya informasi yang akan kita dapatkan adalah, dia kerja di IWIP bagian apa, sudah berapa lama ia di IWIP, ia tinggal di mana, dan setidaknya informasi penting yang kita dapatkan bahwa; “karyawan IWIP banyak yang baik,” mereka berkenan memberikan tumpangan kepada orang yang tidak mereka kenal sebelumnya.
Pejempol biasa menghabiskan waktu bervariatif dalam mengangkat ibu jari, itu semua mengacu pada banyak faktor. Salah satunya; cuaca yang akan menentukan segalanya, arus lalu lintas, postur tubuh dan berat badan yang kita miliki.
Cuaca, cuaca menjadi salah satu faktor seseorang akan memberikan tumpangan kepada kita, ketika cuaca sedang cerah (tidak hujan), maka peluang untuk kita mendapatkan tumpangan akan lebih besar, ketimbang di saat hujan, karena banyak pengendara yang enggan untuk minggir dan mengangkut pejempol di pinggir jalan ketika hujan turun, terlebih jika hujan memang sedang deras dari awal, mereka tidak perlu berteduh untuk mengenakan mantel.
ADVERTISEMENT
Selain itu, faktor lalu lintas yang renggang memungkinkan seseorang memiliki mood yang sedang baik, lantaran perjalanan mereka tidak akan terhambat di hari itu, hal ini juga membuka peluang pejempol mendapatkan tumpangan lebih cepat.
Faktor lain adalah postur tubuh kita, bagi yang memiliki tubuh dengan lebar tidak proporsional dan tinggi badan yang ugal-ugalan, maka akan dipastikan para pemilik kendaraan roda dua akan berpikir dua kali untuk membantu kita, pasalnya mereka mempertaruhkan ban beserta velg yang mereka miliki.
Peluang kalian untuk mendapatkan tumpangan sedikit lebih kecil bila dibandingkan dengan pejempol dengan badan yang ideal, bahkan cenderung kecil, jika tubuhmu ideal dan tinggi badan kalian di atas 180 cm, tentu akan menyiksa ban motor yang lupa ditambah angin oleh pemiliknya, akan secara tiba-tiba muncul beribu alasan bagi mereka untuk menolak raut wajah melas dari para pejempol.
ADVERTISEMENT
Kita dituntut untuk bisa menampilkan kelebihan kita kepada calon penolong, agar mereka yakin bahwa terdapat manfaat dalam mengangkut karyawan lokal ini. Karena tidak sedikit dari para pejempol harus merelakan sedikit tenaganya untuk berjalan, hingga tempat tinggal mereka lantaran di hari itu tidak mendapatkan tumpangan. Setidaknya pejempol dituntut untuk menjadi lebih sehat dengan mobilisasi yang baik di hari itu dengan bonus bertambahnya kalori yang terbakar.
Melalui aktivitas njempol yang dilakukan oleh karyawan IWIP, kita dapat melihat sebuah interaksi sosial pekerja yang menggambarkan bagaimana solidaritas sosial yang terjadi di antara mereka, pembagian kerja yang tinggi dalam industri nikel bernama Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), ternyata tidak begitu menurunkan kesadaran kolektif antar karyawan.
ADVERTISEMENT
Individualisme mereka terkalahkan oleh rasa kemanusiaan antar perantau, mereka yang membantu orang lain dengan memberikan tumpangan kendaraan tidak terikat oleh harapan mendapatkan imbalan ataupun menjadikannya sebagai komoditas yang memberikan keuntungan di masa mendatang, sekadar perasaan iba bagi para pejuang cuan di tanah rantau untuk keluarga masing-masing.
Live Update