Konten dari Pengguna

Sebuah Strategi dalam Menaklukkan Pemira Kampus: Lu Punya Kapital, Lu Berkuasa!

Mohammad Tetra Al Ubaidah
Alumnus Sarjana Sosiologi UMM dan Founder @laki2progresif
19 Agustus 2023 12:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohammad Tetra Al Ubaidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar. Ilustrasi pertarungan pemira kampus (sumber: unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar. Ilustrasi pertarungan pemira kampus (sumber: unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Siapa yang jagoan paslonnya kalah ketika mengikuti Pemilihan Umum Raya (Pemira) di kampus? Apakah itu kalian? Kalau iya, ayo kumpul di sini. Tulisan ini akan membantu kalian dalam mengevaluasi strategi partai agar mendapatkan suara mahasiswa secara maksimal, serta berhasil merayu komunitas, organisasi, hingga pasangan tercinta untuk memberi dukungan penuh kepada kalian, dan merangkul berbagai bantuan lainnya.
ADVERTISEMENT
Jika sampai sekarang kalian masih menghibur diri bahwa kekalahan dalam Pemira kampus adalah sesuatu yang murni dari takdir Tuhan, maka sebaiknya kalian segera kembali ke jalan yang benar, jangan diulangi lagi fren! Hehe…
Bukannya saya tidak percaya akan takdir dari Tuhan, tetapi kemenangan bakal calon di tingkat kampus, fakultas, dan jurusan/prodi dapat diprediksi dengan mengukur strategi dan penempatan modal juga habitus yang dimiliki. Walaupun setelah itu, kita memohon dan menyandarkannya kepada Tuhan.
Pemilihan Umum Raya (Pemira) merupakan salah satu ladang bagi mahasiswa untuk mengambil bagian dalam pesta demokrasi di perguruan tinggi. Mahasiswa dapat andil dan merasakan langsung pelbagai gelombang perpolitikan di kampus.
Seru bukan? Pasti seru dong. Apalagi bagi mereka yang berhasil memperoleh suara terbanyak, pasti akan lebih mengasyikkan. Sedangkan untuk mereka yang kalah, yo kecut bolo.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, mereka sudah mengeluarkan waktu, tenaga, hingga biaya yang tak sedikit bagi kantong mahasiswa, dimulai dari menentukan bakal calon yang diusung, pendaftaran dan verifikasi, pembentukan timses, konsolidasi timses, menyusun strategi kampanye, mengeluarkan biaya untuk membuat banner atau poster kampanye, debat paslon, hingga pelaksanaan Pemira beserta tetek bengek lainnya.
Maka dari itu, langkah-langkah yang diambil harus terukur. Agar hasil yang diperoleh tidak berasal dari persiapan yang tak matang. Mari kita menilik bersama sebuah pemikiran yang dikembangkan oleh Pierre Bourdieu.
Teorinya membahas berbagai konsep penting yang menjembatani dualisme antara agen dan struktur, di antaranya mengenai habitus, arena, modal atau kapital, hingga pilihan selera dan kekerasan simbolik. Bourdieu berpendapat bahwa setiap individu hidup dalam berbagai arena pertarungan, mereka akan berhadapan dengan aktor lain untuk saling menaklukkan dan mempengaruhi.
ADVERTISEMENT
Masing-masing dari mereka akan saling berusaha mendominasi yang lain, kemenangannya akan dipengaruhi oleh modal yang dimiliki serta strategi dalam menempatkan modal dan habitus. Ketika modal yang dimiliki lebih besar daripada aktor lain, maka aktor tersebut selangkah lebih maju untuk meraih kedudukan dalam satu arena tertentu.
Filsuf Prancis tersebut membagi modal ke dalam empat bagian, yakni modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal simbolik. Modal ekonomi merupakan sumberdaya dan sarana finansial yang dimiliki aktor, modal ini menjadi yang paling mudah untuk ditukarkan dengan modal-modal yang lain.
Adapun modal sosial merupakan relasi yang dimiliki oleh aktor. Dilanjutkan dengan modal budaya, yakni berbagai kekayaan simbolis yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, hingga kompetensi yang dimiliki aktor.
ADVERTISEMENT
Dan yang terakhir yaitu modal simbolik, berupa pengakuan sosial terhadap aktor, modal ini yang paling banyak dicari dalam setiap arena, termasuk arena Pemira di kampus.
Sumber: unsplash.com
Masih belum puas? Baik, kita jabarkan satu-satu. Jika partai kalian memiliki dana yang besar, maka hal ini akan memudahkan kalian dalam mendapatkan massa, membuat berbagai strategi kampanye, baik yang berjalan secara langsung di kampus dengan menyebarkan pamflet dan banner, maupun strategi kampanye yang renyah dan segar di dalam jaringan.
Bahkan, politik uang pun dapat dijalankan bagi mereka yang memilih strategi politik nan kotor. Hal itu yang dimaksud sebagai modal ekonomi. Kemudian modal sosial, bagi sebuah partai yang memiliki massa dengan jumlah yang banyak serta dukungan dari berbagai komunitas, ditambah dengan paslon yang dikenal baik oleh banyak mahasiswa, organisasi, dan dosen.
ADVERTISEMENT
Maka, bisa dipastikan bahwa mereka memiliki modal sosial yang besar. Namun, modal ini harus terus dipelihara oleh partai dan paslon, karena modal ini dapat bertambah dan berkurang dengan waktu yang tak lama.
Selain memelihara modal sosial, sebuah partai memiliki tugas besar dalam memastikan bakal calon yang akan diusung adalah kader terbaik, sehingga dapat menyempurnakan citra yang diharapkan.
Proses branding identitas partai dan paslon dalam pencantuman prestasi, pengalaman, hingga visi dan misi, dan lain sebagainya akan menjadi salah satu yang utama untuk diperhatikan, karena semuanya itu akan menentukan seberapa banyak modal budaya dan modal simbolik yang dimiliki oleh sebuah partai dan paslon.
Sebagai contoh, sebuah partai beserta paslonnya akan menentukan berbagai macam strategi agar mendapatkan citra tertentu. Citra ini bisa bermacam-macam bentuknya. Seperti misalnya partai dan paslon yang mengkampanyekan nilai-nilai Islam nan progresif dan menggunakan identitas partai dan paslon nasionalis.
ADVERTISEMENT
Kemudian, partai dan paslon yang menjanjikan perubahan, organisasi di bawah naungan kampus, keberpihakan pada kelompok minoritas dan kaum marginal, menggunakan branding intelektual, branding pengalaman tertentu dan jam terbang yang tinggi, membawa semangat keadilan dan kesetaraan, hingga penampilan paslon yang good looking; dan lain sebagainya.
Kecerdasan membaca arena pertarungan dan strategi dalam menempatkan keempat modal yang sejalan dengan kebutuhan, keinginan, serta habitus dan pilihan selera dari mayoritas pemilik suara (para mahasiswa) akan menguntungkan partai dan paslon.
Konsep dan pemikiran Bourdieu ini dapat kalian gunakan sebagai salah satu alat dalam mendeskripsikan serta memprediksi suatu realitas, termasuk bagi kemenangan dan kekalahan paslon di arena Pemilihan Umum Raya (Pemira). Jadi, seberapa matang strategi kalian dalam menempatkan modal dan habitus pada Pemira tahun ini?
ADVERTISEMENT