Konten dari Pengguna

Perbedaan Budaya Sarapan di Jerman dan Indonesia

Masdit (Moinblog)  Food Content Creator  Currently living in Germany
Food Content Creator, a cook and Food Technology Student. Currently living in Germany.
20 Februari 2019 20:41 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Masdit (Moinblog) Food Content Creator Currently living in Germany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perbedaan Budaya Sarapan di Jerman dan Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun Masdit tinggal di Jerman enggak lantas merubah lidah Masdit jadi lebih memilih sarapan nasi uduk daripada roti gandum. Sarapan ala Indonesia pastinya tetap jadi pilihan utama dibanding sarapan ala Jerman. Walaupun makin ke sini Masdit ngerasa sarapan Indonesia itu porsinya bunyak juga ya buat dimakan di pagi hari.
ADVERTISEMENT
“Lho tapi bukannya orang Jerman makannya justru lebih banyak dibandingkan sama orang Indonesia Masdit?” betul banget! Tapi soal sarapan beda lagi ceritanya. Kali ini Masdit akan berbagi pengalaman tentang perbedaan sarapan orang Jerman dan Indonesia.
Hari Minggu pagi kemarin seperti Minggu pagi pada biasanya. Jam 7 pagi Masdit berangkat ke tempat kerja buat part time Mingguan di sebuah restoran. Minggu pagi adalah waktunya melakukan Mise en Place (atau bahasa Indonesia-nya menyiapkan bahan makanan, beberes dapur dan lain-lain sebelum restoran/dapur siap memasak makanan atau melakukan service) untuk weekdays.
Enggak seperti hari kerja, hari Minggu di Jerman jalanan itu sepi banget! Yang buka paling beberapa bakery yang jual roti dan kopi untuk sarapan. Kalau di Jakarta biasanya yang bukan jam segini warung nasi uduk atau gerobak Kang bubur nih. Hehehe
ADVERTISEMENT
Sampai di kitchen biar selalu berenergi sebelum kerja, Chef kepala akan ngajak buat sarapan bareng. Kali ini karena penasaran Masdit pingin tau lebih lanjut dari ahlinya dan sekalian sharing. Kenapa sih orang Jerman lebih suka makan roti gandum hitam dan Müsli (oatmeal yang dicampur dengan manisan buah) dibanding dengan nasi atau mie misalnya.
Masdit memulai dengan cerita soal budaya sarapan orang Indonesia. Mungkin Masdit kurang tahu di daerah lain, tapi selama tinggal di Jakarta kayaknya jenis sarapan utama yang gampang ditemui di pinggir jalan adalah: warung nasi uduk, lontong sayur, dan tukang bubur. Di mana karbohidratnya didominasi oleh nasi dan semuanya disajikan hangat. Roti mungkin bukan menjadi pilihan utama. Karena selain enggak ngenyangin karena menurut sebagian orang: “Belum makan nasi artinya cuman ngemil”. Harga makanan berbahan dasar beras jauh lebih murah dibandingkan roti.
ADVERTISEMENT
"Oh tenyata beda ya dengan Jerman yang makanan utamanya adalah roti. Tapi rotinya pun bukan sembarang roti,” kata Chef Masdit. Hal ini menurut beliau ternyata karena letak geografis Jerman. Dibandingkan dengan negara tetangganya, Prancis, varian roti di Jerman jauh lebih sedikit. Pengaruh cuaca, jumlah pantai yang lebih sedikit, sinar matahari yang sedikit karena musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang menyebabkan tanah pertanian Jerman menjadi kurang begitu subur.
Oleh karena itu jenis tanaman yang bisa diproduksipun menjadi terbatas. Gandum hitam, soba/buckwheat, gandum putih menjadi komoditas utama pertanian Jerman. Buat menanam padi? Duh lupain aja deh, keburu terkubur salju nanti ladangnya.
Schwarzbrot (Roti hitam) khas Jerman
Makanya roti jerman teksturnya lebih keras karena kebanyakan terbuat dari gandum hitam. Ada juga yang dari gandum putih dan khas Jerman banget, namanya Brötchen (roti kecil). Buat yang gak terbiasa bakal aneh sih rasanya, karena selain keras biasanya di sekitar roti juga diberi kacang-kacangan seperti biji bunga matahari dan biji wijen.
ADVERTISEMENT
Tentunya beda banget dengan roti negara tetangganya, Prancis, di mana rotinya kebanyakan lebih empuk, seperti: Baguette, brioche, dan croissant. Tapi positifnya adalah roti ini ngenyangin banget! Jumlah lemaknya pun lebih sedikit dibandingkan nasi. Kalau 100 gram nasi mengandung 2 gram lemak, maka 100 gram roti gadum hanya mengandung 1 gram lemak. Dan lebih sehat juga karena mengandung protein lebih banyak. Tapi tetep, yang lebih sehat belum tentu lebih enak. Hehe.
Tipikal isi roti untuk sarapan di Jerman. Keju dan sosis yang diiris tipis/mortadella
Nah biasanya untuk isi dalam rotinya orang Jerman menggunakan Marmalade (selai buah), Wurst (sosis), dan Käse (keju). Sosisnya pun banyak banget macamnya. Di Jerman sendiri ada lebih dari 1500++ jenis sosis dan yang buat sarapan ini bukan sosis panjang yang buat hotdog atau di-grilled itu ya. Sosis buat sarapan ini biasanya dipotong tipis-tipis. Saking sukanya orang Jerman sama sosis Masdit jadi ingat satu ungkapan dalam bahasa Jerman: "Es is mir Würst" yang artinya "seperti sosis“ tapi makna sebenarnya adalah "it´s okay for me". Nah lho jauh banget kan?
ADVERTISEMENT
Oiya, ada juga sosis yang terbuat dari hati babi/sapi yang direbus dan diblender kemudian diberi bumbu rempah.Cara makannya dioles semacam selai di atas roti. Selain itu ada juga scrambled egg yang dimakan bareng dengan roti panggang. Itu dari versi tradisionalnya.
Untuk yang versi lebih modern yang pasti ada di meja makan adalah Müsli. Müsli ini bisa dibilang serealnya orang Jerman. Isinya adalah gandum (kalau di Indonesia oatmeal), buah-buahan kering dan kacang-kacangan. Untuk versi yang lebih modern biasanya ditambah juga dengan cokelat. Untuk cara makannya bisa pakai plain yoghurt ataupun susu hangat. Ini salah satu favorit Masdit sih, praktis banget sebelum berangkat kuliah.
Müsli coklat (yang lebih modern) dan yoghurt
Untuk minuman, kopi merupakan minuman super wajib yang harus ada di meja sarapan, jus jeruk dan teh bisa jadi pilihan lain. Beliau juga bilang makanan eksotis sepeti nasi, mie, piza dan lain-lain baru mulai masuk sekitar tahun 70-an setelah perang dunia ke-2. Waktu itu terjadi "ledakan" turis mancanegara dan seiring itu juga mulai masuklah jenis-jenis sarapan baru ke Jerman.
ADVERTISEMENT
Didominasi oleh sarapan ala Perancis dan Turki. Influence dari perang dunia ke-2 ini juga memberi pengaruh di cara memasak makanan di Jerman. Di Jerman Timur terpengaruh gaya masakan ala Rusia, Jerman barat masih menganut gaya memasak tradisional, sedangkan di utara dan selatan lebih ke American style dan banyak masakan Amerika yang dianut menjadi makanan Jerman salah satunya adalah pancake. Bedanya pancake untuk sarapan versi Jerman tidak memakai baking powder dan dimakan bersama bubur apel (Apfelmuß).
Pfannkuchen mit Apfelmuß (Pancake dengan bubur apel)
Itulah tadi cerita-cerita sharing Masdit bersama chef tempat Masdit kerja soal sarapan di Jerman dan Indonesia. Menurut kami perbedaan paling mencolok adalah cara menyiapkan makanannya. Di Indonesia sebagian besar sarapan disajikan selagi hangat. Sedangakan di Jerman semua lauknya sebagian besar disajikan dingin.
ADVERTISEMENT
Kami pun beranjak dari tempat duduk kami sambil menghabiskan kopi terahir dicangkir kami. Saatnya bekerja! Sampai jumpa dicerita-cerita berikutnya. Yang mau tanya-tanya boleh juga lho komentar di bawah.