Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gila Bola!
23 Desember 2024 11:57 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Inosensius Enryco Mokos tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, aku mempunyai minat yang besar terhadap olahraga sepak bola. Aku selalu punya keinginan yang kuat untuk terus bermain bola. Mungkin minat ini bersumber dari ayahku yang juga adalah seorang yang gila bola. Hampir setiap malam ayahku selalu menjadi patung di depan televisi, untuk menonton setiap pertandingan sepak bola yang ditayangkan. Kadang-kadang ia sampai terlelap di atas kursi. Klub sepak bola yang paling ia sukai adalah Real Madrid. Bagi dia, Real Madrid adalah klub sepak bola yang hebat karena selalu menampilkan permainan yang indah dan atraktif. Aku juga sependapat seperti ayahku dan aku juga sangat suka menonton pertandingan Real Madrid. Karena saking gila terhadap sepak bola ia juga selalu mengajarkan aku bermain sepak bola, bagaimana trik-trik yang bagus agar dapat bermain dengan cantik ala Real Madrid dan bagaimana selebrasi yang harus aku lakukan ketika aku mencetak gol. Aku selalu memperhatikan segala perbuatannya padaku, meskipun demikian aku tahu bahwa ayahku tidak mahir dalam bermain sepak bola. Namun karena ia adalah orang tuaku, aku yakin apa yang disampaikan pasti suatu saat nanti akan berguna.
ADVERTISEMENT
Ayahku selalu mengingatkanku untuk selalu berlatih sepak bola. Ia selalu menyemangatiku dan mendukungku untuk terus berlatih sepak bola sampai aku mahir dan menjadi pemain hebat. Ia punya sebuah mimpi bahwa ia ingin aku menjadi seorang pemain sepak bola yang hebat. Aku juga selalu ingin membuat dia bangga karena bagiku ia adalah sosok yang sangat berarti. Mungkin tanpa dukungan darinya aku sudah lama berhenti bermain sepak bola. Ia selalu ada dibelakangku, mendukungku dengan kata-kata bijaknya.
Setiap malam ketika kami berdua duduk bersama di depan teras rumah kami dan bercerita sambil ditemani kopi hangat dan keindahan malam dengan kemilau bintang-bintang, ia selalu bertanya kepadaku,
“Nak, bagaimana dengan latihan sepak bola mu, apakah ada kemajuan?”
ADVERTISEMENT
“Ada ayah. Namun aku belum puas dengan kemampuanku saat ini.”
“Terus berlatih nak. Ingatlah bahwa kita harus bersakit-sakit dahulu baru bersenang- senang kemudian.”
“Iya ayah. Terimakasih atas dukungan darimu.”
Aku tahu bahwa ia ingin agar aku jangan menyerah sebelum menjadi pemain hebat. Tentu ia tahu bahwa jalan untuk menjadi pemain hebat itu sulit dan penuh liku. Maka ia selalu menyemangati aku dengan kata-kata bijak bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Aku berjanji dalam diriku bahwa aku akan mewujudkan impian ayahku.
Mungkin harapan dari ayahku sedikit terealisasi karena aku memang menjadi pemain hebat di kampungku. Aku menjadi pemain andalan untuk kampungku ketika berlaga di liga antar kampung. Setiap tahun, biasanya aku pasti menjadi top skor dan pemain terbaik dalam liga antar kampung. Karena aku mahir dalam bermain sepak bola maka aku diprediksi akan menjadi pemain hebat suatu hari nanti oleh orang-orang di kampungku.
ADVERTISEMENT
Klub sepak bola kampungku selalu mengadakan latihan setiap sore. Sere ini aku berlatih bersama klub sepak bola kampungku. Aku begitu keras berlatih dan hal itu membuatku begitu letih dan capek. Ketika sampai dirumah aku langsung merebahkan diriku di atas tempat tidur dan terlelap.
____________________________
“Selamat malam para pemirsa. Malam ini kita akan menyaksikan pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Real Madrid. Sebentar lagi kick off babak pertama akan segera dimulai. Para pemain dari kedua kesebelasan telah memasuki area lapangan Gelora Bung Karno. Real Madrid baru saja merekrut satu pemain baru dari Indonesia. Pemain itu bernomor punggung 91 atas nama Tadeus Lombardus”.
Aku merasa sangat bangga karena diriku, ya diriku adalah satu-satunya orang Indonesia yang dapat bermain bagi Real Madrid, klub hebat dan kaya yang berasal dari Spanyol. Aku tak tahu mengapa mereka merekrut diriku, yang ku tahu hanya bahwa aku pasti bermain bagus sehingga mereka terpingkal-pingkal dengan kemampuanku. Sekarang aku telah menjadi pemain Real Madrid. Akhirnya aku berhasil mewujudkan impian ayahku. Sekarang aku telah menjadi pemain hebat.
ADVERTISEMENT
Malam ini aku bersama timku akan bertanding melawan negara sendiri Indonesia. aku terpilih menjadi salah satu pemain yang akan bertanding melawan Indonesia. Aku diplot sebagai penyerang sayap kiri menggantikan posisinya Bale. Dalam hati aku berkata,
“Aku harus mencetak gol dalam pertandingan kali ini agar aku bisa memikat pelatih sehingga aku dapat terus masuk dalam starting lineup. Aku pasti bisa. Tuhan bantulah diriku”.
Dengan semangat yang membara, aku mengawali kick off babak pertama. Indonesia menguasai bola dan mereka mulai membangun serangan lewat sayap kanan. Bola sekarang berada di kaki Andik. Ia berlari ke depan, mengoper bola kepada Atep dan Atep berlari menyisir sayap kiri. Ia berlari begitu cepat. Namun sayang ia berhasil dihadang oleh bek kiri Real Madrid, Marcelo. Marcelo langsung mengoper bola itu kepada Toni Kroos yang berdiri bebas di tengah lapangan. Aku berlari menyisir sayap kiri sambil mengangkat tangan tanda diriku meminta agar bolanya diberikan kepadaku. Toni Kroos melakukan umpan panjang dan bola itu tepat berada di kakiku. Aku mulai mengoceh satu persatu bek Indonesia. Sekarang aku berlari sendirian dan kiper Indonesia mulai berlari menghampiriku. Ia mulai mendekat dan aku mengambil ancang-ancang untuk menendang. Aku menchip bola dan kiper Indonesia kaget dengan chip bola dari diriku. Ia pun mulai berlari kembali ke belakang dan mengejar bola.
ADVERTISEMENT
“Sial,” bentakku dalam hati.
Ternyata chip bola dariku terlalu kuat sehingga bola membentur mistar gawang dan kiper berhasil menangkap bolanya kembali. Aku benar-benar telah menyiakan satu peluang emas.
“Ah sial sekali.”
Aku begitu menyesal karena peluang emas yang kumiliki terbuang begitu saja.
Cristiano Ronaldo datang menghampiriku dan menepuk bahuku dan berkata,
“Masih ada kesempatan lain. Jangan terlalu kecewa. Engkau pasti bisa.”
Kata-kata Ronaldo sungguh menjadi motivasi bagiku untuk terus berjuang mencetak gol. Namun aku heran, mengapa Cristiano Ronaldo begitu fasih berbicara bahasa Indonesia. Ah, mungkinkah? Aku menjadi bingung, tetapi aku langsung tersadar kembali bahwa kami sedang bertanding. Aku tak menghiraukan kembali masalah itu, intinya kami bisa berkomunikasi dengan baik agar kami dapat membangun rasa kerja sama yang baik.
ADVERTISEMENT
Pertandingan kembali dilanjutkan. Jual beli serangan antara kedua tim dipertontonkan dalam pertandingan ini. Namun sayang, sepanjang perjalanan babak pertama belum ada gol yang tercipta. Indonesia begitu rapat menjaga pertahanan mereka sehingga kami agak kesulitan untuk menerobos masuk ke jantung pertahanan mereka. Babak pertama akhirnya usai.
Dalam perjalanan ke ruang ganti, aku bertanya-tanya mengapa Indonesia kali ini bermain begitu bagus sehingga kami sangat sulit menembus jantung pertahanan mereka. Indonesia kali ini memang bermain begitu bagus. Aku terus bertanya-tanya, namun semua itu hilang ketika Cristiano Ronaldo dan Modric datang menghampiriku dan mereka mulai bercerita bersamaku. Modric berkata kepadaku,
“Peluang Mu di awal-awal babak pertama tadi sungguh peluang yang sangat bagus. Aku pikir peluang itu bisa membuahkan gol. Tetapi mungkin kita masih belum beruntung.”
ADVERTISEMENT
“Benar sekali. Mungkin Indonesia kali ini sangat beruntung sehingga jala mereka masih perawan sampai babak pertama selesai,” tambah Ronaldo.
“Aku sangat menyesal membuang peluangku tadi. Jika saja aku lebih akurat mungkin kita sudah bisa memimpin dengan satu gol. Aku tak akan mengulanginya lagi,” balasku kepada mereka.
Kami hanyut dalam perbincangan dan tanpa sadar kami sudah berada di ruang ganti. Pelatih kembali memberi masukan berarti bagi kami agar di babak kedua kami dapat bermain dengan lebih maksimal.
“Pemirsa sekalian, babak kedua akan segera dimulai. Para pemain kembali berarak ke lapangan. Tadeus sepertinya tidak sabar lagi untuk memulai babak kedua. Ia mungkin ingin sekali membobol gawang Indonesia.”
Kick off babak kedua dimulai. Ronaldo mengoper bola kepadaku. Aku mulai menari dengan bola dan aku berhasil mengecoh dua pemain lawan. Bola dikembalikan kepada Ronaldo dan aku berlari ke depan. Ia kembali mengoper bola padaku dan aku langsung menyambar bola itu dengan tendangan keras. Bola meluncur begitu deras ke sudut kanan dan masuk.
ADVERTISEMENT
“Golllllllllllll,” teriak para penonton.
Aku berlari ke arah penonton dan melakukan selebrasi seperti yang diajarkan oleh ayahku.
“Yeah aku berhasil.”
Semua pemain dari tim ku berlari menghampiriku dan mengucap selamat karena aku telah menciptakan sebuah gol indah. Aku benar-benar bangga telah mencetak gol. Aku akan mencetak lagi gol sehingga aku akan tetap bermain untuk Real Madrid.
Pertandingan kembali dilanjutkan, kini Indonesia yang mulai menyerang, namun serangan mereka kandas di kaki bek anyar Real Madrid, Sergio Ramos. Ramos kini memegang bola dan ia mengoper kepada Modric. Modric berlari kemudian mengoper kepada Benzema. Aku langsung mengangkat tangan dan Benzema mengoper bola kepadaku. Aku berlari begitu cepat, mengecoh bek kanan Indonesia dan berhasil. Aku terus berlari, masuk ke kotak penalti. Aku bersiap menendang dan ternyata aku terjatuh. Memang, aku merasa terjatuh. Mungkin aku ditekel oleh lawanku. Namun, kaki tidak terasa sakit. Malahan kepalaku yang terasa sangat sakit. Sakit sekali.
ADVERTISEMENT
Aku mulai membuka mataku. Terasa berat sekali membuka mataku. Ternyata aku baru sadar. Aku sadar sekarang bahwa aku sedang berada di atas lantai. Aku sadar bahwa aku baru saja terjatuh dari tempat tidur.
“Sial.”
Aku sekarang sadar bahwa aku dan Real Madrid ternyata hanya sebuah mimpi. Aku begitu kecewa mengapa kejadian yang kualami bersama Real Madrid kala bertarung dengan Indonesia hanya mimpi. Aku tertawa. Aku tertawa mengingat kembali mimpiku. Aku Pun bingung mengapa aku bisa bermimpi bermain untuk Real Madrid. Kulihat jam dinding di kamarku. Jam 2 pagi. Perutku terasa lapar. Akhirnya aku ke dapur dan mencari makanan.
“Sungguh mimpi yang indah. Andai saja aku benar-benar bisa bermain untuk Real Madrid. Ayah pasti sangat bahagia”.
ADVERTISEMENT
Ternyata aku memang ditakdirkan untuk menjadi pemain kampung. Selamanya. Mungkin. Tetapi aku kembali mengingat kata-kata Ronaldo dalam mimpi bahwa suatu saat nanti aku pasti bisa menjadi pemain hebat. Ya, suatu hari nanti. Aku pasti bisa!