Aktif Kembali dengan Diving di Gili Matra

Mone Iye Cornelia Marschiavelli
Pranata Humas Madya di Badan Informasi Geospasial
Konten dari Pengguna
25 April 2022 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mone Iye Cornelia Marschiavelli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Badan Informasi Geospasial (BIG) mempunyai penyelam-penyelam andal yang dapat membantu terlaksananya tugas pemetaan sumber daya alam khususnya laut. Bagaimana kisahnya?

ADVERTISEMENT
Sekitar 2005, saat Badan Informasi Geospasial (BIG) masih bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), terdapat unit kerja bernama Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL). Seiring dengan berjalannya waktu, unit kerja tersebut melebur dengan Pusat Survei Sumber Daya Alam Darat (PSSDAD) dan bertransformasi menjadi Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT).
ADVERTISEMENT
Pada waktu itu, PSSDAL banyak melakukan kegiatan pemetaan sumber daya alam laut, seperti mangrove, lamun, terumbu karang, dan biota yang ada didalamnya. Kegiatan survei terumbu karang dilakukan dengan metode scuba diving. Mulanya kegiatan survei ini mengandalkan bantuan personil dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun, kemudian tercetus ide untuk melakukan peningkatan kompetensi sejumlah personil PSSDAL untuk mengikuti pelatihan menyelam guna mendapatkan sertifikasi selam.
Pelatihan dilakukan sekitar lima minggu, mulai dari belajar teori dasar penyelaman hingga latihan praktik kolam di Senayan. Latihan kemudian berlanjut di perairan terbuka (open water) Kepulauan Seribu. Target pelatihan yaitu agar peserta memiliki kemampuan menyelam dengan sertifikasi resmi dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI).
Kemampuan menyelam tersebut terus diasah. Sekitar satu atau dua tahun kemudian, diadakan kembali pelatihan untuk jenjang advance diver. Para penyelam BIG yang semula memegang sertifikasi A1 untuk kelas open water, dilatih untuk memiliki keterampilan, kemampuan, dan pengalaman selam yang lebih tinggi. Dalam pelatihan kali ini, para peserta juga mendapat materi scientific diving guna melakukan identifikasi jenis terumbu karang dan ikan laut.
ADVERTISEMENT
Untuk menunjang kegiatan survei, juga dilakukan pengadaan alat selam, seperti tabung, kompresor, wetsuit, peralatan dasar seperti masker, snorkel, dan kaki katak (fin).
Sejak 2009 kegiatan selam masih berjalan, tetapi tidak begitu intens. Hal ini dikarenakan kegiatan pemetaan sumber daya alam laut tidak lagi dilakukan oleh BIG. Sesuai dengan Kebijakan Satu Peta, walidata untuk pemetaan ekosistem terumbu karang adalah LIPI.
Namun tampaknya kegiatan selam di BIG ke depan akan kembali aktif. Momennya mencuat dengan berpartisipasinya BIG dalam kegiatan penyusunan neraca sumber daya laut bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Keuangan, dan Badan Pusat Statistik.
Pilot project-nya sudah dilaksanakan pada 2021 di Kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Nusa Tenggara Barat. Terdapat 3 neraca yang diamanatkan dalam Ocean Account sebagai pengembangan untuk memulai perubahan aset sumberdaya alam yang berimplikasi terhadap kegiatan ekonomi, yaitu aset ekosistem, aliran ke ekonomi, dan aliran ke lingkungan. BIG bertanggung jawab untuk menyelesaikan aset ekosistem.
Sekarang ini BIG dihadapkan dengan kegiatan untuk mendukung penyusunan neraca sumber daya laut di berbagai perairan laut Indonesia. Belum lagi ada permintaan tambahan dari Menteri Kelautan dan Perikanan untuk menyusun pemetaan skala nasional di tahun ini yang akan dilakukan melibatkan kolaborasi antar walidata IGT mangrove, terumbu karang, dan lamun. Ini dapat menjadi momentum untuk mengukuhkan keberadaan BIG Diving Club secara lebih formal. BIG Diving Club menjadi wadah yang menyatukan para penyuka olahraga selam di lingkungan BIG, sekaligus dapat menjadi mitra BIG dalam melakukan pemetaan sumber daya alam laut.
ADVERTISEMENT
Kita tunggu saja apakah nanti BIG akan mempunyai klub selam. Simak ceritanya selanjutnya, ya.