Konten dari Pengguna

Derita Anak Broken Home

Monica Dameria Natasya
Mahasiswa dari Politeknik Negeri Jakarta, jurusan jurnalistik dan memiliki cita-cita menjadi reporter
12 Mei 2020 1:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Monica Dameria Natasya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
photo by : freepik
zoom-in-whitePerbesar
photo by : freepik
Setiap orang merasa bahagia memiliki kedua orang tua yang selalu berada di sampingnya. Tetapi, itu tidak terjadi kepada aku. Perasaan sedih dan kesepian menjadi hal yang lumrah aku rasakan.
ADVERTISEMENT
Keluarga adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan setiap orang. Masa depan seorang anak tergantung dari baik atau tidaknya hubungan sebuah keluarga.
Broken home atau keluarga tidak utuh adalah kondisi ketika orang tua memilih untuk berpisah rumah. Hubungan pernikahan akan kandas begitu saja, tetapi ada sebagian yang memilih tidak memutuskan hubungan pernikahan.
Seseorang yang mengalami broken home biasanya akan menjadi lebih pendiam, tetapi ada juga yang melampiaskan dengan hal-hal yang negatif agar mendapatkan kebahagiaan.
Semua perasaan itu bermula semenjak ibu saya memutuskan untuk pergi dari rumah dan tidak kembali. Hubungan pernikahan ibu dan ayah aku memang tidak kandas. Ibuku memilih untuk menghapus semua account di handphone agar tidak ada yang menghubungi lagi. Seolah-olah ibu sudah tidak mau berhubungan dengan ayah dan anak-anak nya.
ADVERTISEMENT
Ketika semua orang dapat merasakan kasih sayang dari kedua orang tua, aku merasa rapuh dengan kondisi seperti ini. Ketika melihat keluarga yang harmonis dan bahagia, rasa iri menyeruak di dalam hatiku.
Sempat terlintas di benakku “Apakah aku dapat menjalani hari-hariku tanpa kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuaku?”. Rasanya aku tidak sanggup untuk menjalani hari-hari ku yang terasa sangat sepi. Aku sangat merindukan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuaku.
Aku merasa cukup berat untuk menerima kenyataan bahwa keluargaku berbeda dengan keluarga yang lainnya. Tidak ada peran fungsional keluarga dalam kehidupan sehari-hari membuat aku menjadi tertutup dan tidak mudah percaya dengan orang karena sering merasa kecewa.
Untuk setiap orang yang mengalami hal seperti ini, percayalah bahwa semua ini adalah proses yang akan menjadikan kita manusia seutuhnya. Masalah ini akan membuat kita menjadi manusia yang kuat dan lebih dewasa. Kita harus semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan jangan mudah berputus asa. (Monica Dameria Natasya / Politeknik Negeri Jakarta)
ADVERTISEMENT