Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Sarekat Islam dan Penyebab Terpecahnya Menjadi Dua Kelompok
17 November 2022 13:49 WIB
Tulisan dari Maurice Mu'afa Dzulhajj tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah Berdirinya SI
Sebelum dikenal dengan Sarekat Islam yang bergerak dalam bidang politik, Sarekat Dagang Islam merupakan sebuah organisasi yang berdiri untuk membantu masyarakat pedagang batik dan lain-lainnya untuk meningkatkan persaingan dagang dengan masyarakat Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Karena pada saat itu para pedagang Tionghoa mendapatkan dorongan pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan produksi yang bahan bakunya dibeli langsung oleh seorang importir dari Eropa dengan harga yang murah sehingga untuk menjual kembali produknya itu, para pedagang Tionghoa bisa menjualnya dengan harga yang murah, sedangkan penjual batik lokal mendapatkan bahan bakunya dari khas perantara yang memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan impor dari Eropa yang membuat harga batik lokal lebih mahal dibandingkan dengan batik hasil pedagang Tionghoa.
Maka untuk menghadapi persaingan di dalam perdagangan batik ini Pada tanggal 16 Oktober 1905, Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di surakarta. Pendirian Sarekat Dagang Islam ini merupakan stimulus terhadap kondisi sosial ekonomi yang menyengsarakan rakyat pribumi terutama dikalangan para pedagang muslim. Ditambah lagi dengan sikap yang sombong dan demonstratif dari orang-orang Tionghoa setelah berhasilnya Revolusi Cina pada tahun 1911, mengakibatkan terjadinya konflik yang memuncak antara keduanya.
ADVERTISEMENT
Namun karena struktur penjajahan yang menyebabkan penindasan dan penderitaan, muncullah rasa patriotisme yang tumbuh dari rasa persamaan nasib di kalangan muslim yang sudah dianggap sama dengan tanah air, maka Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat sampai menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisuryo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak memegang keuangan surat kabar SI, Oetoesan Hindia.
Tjokroaminoto yang belakang sekali dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Umar Said Tjokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam anggota ekonomi, tapi juga dalam anggota lain seperti politik. Dan dapat disimpulkan dari tujuan SI yaitu :
ADVERTISEMENT
● Mengembangkan jiwa dagang.
● Hidup menurut perintah agama.
● Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
● Membantu anggota-anggota yang mengalami kesusahan dalam anggota usaha.
● Memajukan pengajaran dan seluruh usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
faktor penyebab terpecahnya Sarekat Islam menjadi dua Sarekat Islam Merah dan Sarekat Islam Putih faktanya pecahnya sarekat islam bukan semata mata karena ada penetrasi ideologi kelompok komunis sebagaimana selama ini di pahami. Namun ada faktor lain yaitu kelemahan internal Sarekat islam seperti program yang tidak jelas, sistem keanggotaan yang longgar, sikap apologi pemimpin Sarekat Islam dan ketergantungan pada figur.
SI tidak membatasi anggotanya hanya bagi kalangan masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI yaitu membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat mempunyainya unsur politik.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perubahan waktu, Sarekat Islam pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917.
Pengaruh Komunisme
SI yang mengalami perkembangan pesat, mulai disusupi oleh segala sesuatu yang diajarkan sosialisme revolusioner. Segala sesuatu yang diajarkan ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914.
Mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenali sebagai "Blok di dalam", yang sebelumnya gagal untuk memasuki SI karena memiliki dasar dan akar dari Eropa, akhirnya mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berlainan.
ADVERTISEMENT
Dengan usaha yang tidak sewenang-wenang, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini mengakibatkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme.
Adapun faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antara lain:
● Pusat Sarekat Islam sebagai badan koordinasi pusat memiliki kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI berperan sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat bagi memilihkan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen yaitu ketua SI Semarang.
● Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multi partai, mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI) dan sukses meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI Semarang.
ADVERTISEMENT
● Akhir suatu peristiwa dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan melambungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan gampangnya rakyat memihak pada ISDV.
● Akhir suatu peristiwa kemiskinan yang lebih diderita rakyat semenjak Politik Pintu Membuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonial sejak tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaun, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya yaitu penengah di selang kedua kubu tersebut.
Jurang selang SI Merah dan SI Putih lebih melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang mencetuskan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan.
ADVERTISEMENT
Pecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Berkaitan dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang ke 6 -10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis.
Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama SI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan bagi menggerakkan SI Merah bagi menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah beralih nama menjadi "Sarekat Rakyat".
ADVERTISEMENT