Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Bonus Demografi Indonesia: Peluang Emas atau Bom Waktu Ekonomi
23 September 2024 13:58 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Radya Bintang Satria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan publikasi Datain, pada tahun 2016 Presiden Joko Widodo memberikan mandat kepada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk merumuskan Visi Indonesia Emas 2045. Isi pada visi tersebut mengenai gambaran Indonesia di 100 tahun kemerdekaan dan peta jalan untuk mencapai kondisi ideal di tahun 2045.
ADVERTISEMENT
Bonus demografi adalah kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif (biasanya berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (anak-anak dan lansia). Kondisi ini sering dianggap sebagai peluang emas bagi suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena adanya peningkatan jumlah angkatan kerja.
Indonesia telah mengalami fenomena bonus demografi sejak tahun 2015, dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan situs Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia tercatat sebesar 255.587,5 ribu jiwa. Pertumbuhan ini terus berlanjut, dengan angka mencapai 278.696,2 ribu jiwa pada tahun 2023. Peningkatan populasi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada periode 2020-2035.
Bonus demografi yaitu kondisi di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) signifikan dibandingkan dengan penduduk non-produktif (anak-anak dan lansia). Bonus demografi memiliki potensi besar untuk memberikan keuntungan signifikan bagi Indonesia. Dengan persiapan yang matang, fenomena ini dapat mengubah masa depan Indonesia menjadi lebih sejahtera dan maju.
ADVERTISEMENT
Namun, keberhasilan dalam memanfaatkan Bonus Demografi sangat bergantung setidaknya ada empat faktor utama: kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, ketersediaan lapangan kerja, dan konsistensi dalam menurunkan angka kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB).
Bonus demografi yang tengah terjadi saat ini bertepatan dengan kemunculan era digital di Indonesia. Era digital ini ditandai oleh perkembangan teknologi yang secara alami melahirkan generasi digital, yang memiliki pandangan dan perilaku yang berbeda secara signifikan dari generasi sebelumnya, yang dikenal sebagai digital migrant atau pendatang digital.
Merujuk data dari katadata.co.id, pada tahun 2024, Indonesia menempati posisi ke-4 sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi mencapai 278,82 juta jiwa. Posisi ini berada setelah China yang menduduki peringkat ke-2.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pemerintah Indonesia sedang berupaya mencontoh keberhasilan China dalam mengelola bonus demografi.
Salah satu upaya ini tercermin melalui kunjungan Kementerian Ketenagakerjaan (KEMNAKER) ke kantor Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial RRT di Beijing, pada Rabu, 3 Juli 2024.
Bonus demografi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ini adalah peluang emas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namun, di sisi lain, ini juga bisa menjadi bom waktu jika tidak dikelola dengan baik. Untuk dapat meraih dividen demografi, diperlukan perencanaan yang matang dan komprehensif, serta kerja sama dari berbagai pihak.