Konten dari Pengguna

Krisis Literasi: Ketergantungan Siswa pada Website Kunci Jawaban Jadi Dalangnya

Muhammad Radya Bintang Satria
Mahasiswa Universitas Pamulang, Jurusan Prodi Pendidikan Ekonomi
1 Oktober 2023 15:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Radya Bintang Satria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi literasi di perpustakaan UNPAM - Foto : Foto Muhammad Radya Bintang Satria
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi literasi di perpustakaan UNPAM - Foto : Foto Muhammad Radya Bintang Satria
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
ADVERTISEMENT
Rendahnya budaya literasi di Indonesia dapat disebabkan oleh penggunaan gadget di area sekitar sekolah. Saat tidak diberi tugas oleh guru atau sedang diluar jam belajar, para siswa akan sibuk dengan dunia gadgetnya. Atau bahkan saat diberi tugas pun para siswa akan dengan mudah membiasakan diri menyalin jawaban dari google, youtube dan bahkan parahnya lagi website kunci jawaban lainnya.
Seperti diungkap pada kanal ayobandung.com, ditulis oleh Moh. Romadlon (2021) tentang seorang anak kelas 4 SD yang berkata pada ayahnya bahwa sekarang tidak perlu bersusah-susah mencari jawaban dari soal-soal yang diberikan sang guru. "Tidak. Kan ada google. Semua jawaban ada di sana. Saya cuma menyalinnya." Ujar anak SD kelas 4 tersebut pada sang ayah. Sang ayah hanya bisa mengelus dada sebab perilaku tersebut sang anak contoh dari teman-temannya juga yang melakukan hal serupa bahkan hampir sebagian besarnya.
ADVERTISEMENT
Jika harus selalu dibiarkan seperti itu, budaya literasi di Indonesia bukan hanya sangat rendah tapi justru akan hilang. Hal tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas SDM, menciptakan generasi peniru, pribadi yang lemah dan tidak percaya diri, ketergantungan pada gadget, bahkan sampai minimnya pengetahuan. Generasi seperti itu sangat bukan jiwa pemuda indonesia yang terkenal dengan semangat juang dalam tekad untuk memajukan bangsa Indonesia ini.
Sebagai generasi bangsa, seharusnya kita jangan bergantung pada kunci jawaban. Meskipun sekarang di area sekolah ataupun kampus diperbolehkan untuk membawa gadget, namun bukan untuk bahan contekan melainkan untuk hal-hal mendesak saja. Kita belajar dan menempuh jenjang pendidikan adalah untuk meraih ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah apa yang kita pahami dan mampu diamalkan. Jika saat ujian saja kita mencontek pada website dan melupakan literasi belajar yang sangat amat penting, bagaimana ilmu itu akan kita dapatkan? Bahkan jika terus menerus dibiarkan, mungkin gelar sarjana pun akan percuma rasanya.
Ilustrasi perpustakaan UNPAM yang sepi - Foto : Foto Muhammad Radya Bintang Satria