Konten dari Pengguna

Mengenal “Wonder Woman” Versi Indonesia

Erny Wahyuni
diplomat muda, penjelajah, dan pecinta kuliner.
22 Mei 2022 13:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erny Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang pahlawan perempuan Indonesia, kita selalu teringat dengan Cut Nyak Dien, Kartini, Dewi Sartika dan tokoh-tokoh perempuan hebat lainnya. Di dunia kita saat ini, siapakah yang merepresentasikan pejuang perempuan Indonesia masa kini? Sri Mulyani, Susi Pudjiastuti, Retno Marsudi ataukah perempuan-perempuan hebat lainnya?
ADVERTISEMENT
Tak perlu jauh-jauh memandang, mari kita refleksikan diri kita sendiri sebagai perempuan Indonesia. Seberapa kuat dan hebat kita menjalani kehidupan sehari-hari selama pandemik. Kita adalah “Wonder Woman” versi Indonesia.
Bagaimana mungkin? Tentu saja bisa.
Diibaratkan “wonder woman”, kita mempunyai perisai dan kekuatan lainnya seperti kelincahan, kecantikan, kemandirian, keberanian. Perempuan Indonesia mampu bertahan di tengah situasi apapun, termasuk di antaranya menghadapi kesulitan ekonomi maupun kesulitan membagi waktu.
Ketika working from home menyapa, seberapa besar peran perempuan Indonesia?
Bagi perempuan yang telah berkeluarga, pandemik menjadi suatu tantangan tersendiri karena work and life balance berarti harus membagi waktu untuk keluarga, karir dan kehidupan sosial. Bekerja dari rumah memiliki sisi positif maupun negatif. Pandemik Covid-19 mendekatkan yang jauh dan selama ini sibuk dengan aktivitas masing-masing sehingga mampu berkumpul dalam keluarga. Di sisi lain, keleluasan bekerja dimanapun dan kapanpun nampaknya memberikan tekanan tersendiri berupa tidak adanya batas yang jelas untuk jadwal kerja. Atau dapat dikatakan kerja menjadi 24 jam tiada henti.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menyiasatinya?
Perempuan dilahirkan sebagai makhluk serba bisa, bahkan dijuluki sebagai agent of change. Alasan utama adalah kemampuan melakukan pekerjaan di saat bersamaan (multitasking) dan berperan sebagai influencer di lingkungan sekitar. Pada awalnya dapat dipastikan mengalami kesusahan untuk membagi waktu, membagi peran dan ruang yang sama. Di samping itu, dibutuhkan fisik yang prima, kondisi psikis yang sehat, dan kemampuan adaptasi secara cepat.
Saya ingin berbagi informasi pengalaman pribadi sebagai diplomat perempuan dengan satu putra, yang sempat merasakan lockdown selama pandemik Covid-19 di dua negara, yakni Rumania dan Indonesia.
Kondisi pandemik Covid-19 disikapi sangat serius di Eropa, dimana pergerakan masyarakat sangat dibatasi. Seluruh rumah makan dan pusat aktivitas ditutup, bahkan jam malam dan status darurat militer diberlakukan. Perbatasan antar negara ditutup sementara waktu, hanya diperbolehkan perlintasan untuk urusan logistik.
ADVERTISEMENT
Tugas saya di KBRI Bucharest, Rumania, adalah mempromosikan Indonesia. Dalam kondisi pandemik, kegiatan promosi yang selama ini dilakukan secara tatap muka mustahil untuk dilakukan. Selain itu, belum ada panduan dari Jakarta untuk promosi Indonesia dalam situasi tersebut. Hal pertama yang saya lakukan adalah adaptasi dengan teknologi, sehingga tugas saya tetap dapat berjalan optimal. Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan adalah promosi praktik memasak makanan Indonesia secara daring, pelaksanaan kursus bahasa Indonesia secara daring yang ternyata mampu menarik pendaftar dari kota-kota terpencil di Rumania, dialog promosi pariwisata antara para agen perjalananan Rumania dengan agen pariwisata di Bali, dan lain-lain.
Olahraga daring untuk menjaga fisik tetap bugar selama pandemik.
Di samping itu, penggunaan teknologi akan membantu saya dalam mengikuti perkembangan anak saya di sekolah. Banyaknya waktu yang dihabiskan bersama di rumah membuat hubungan kami semakin erat. Seluruh tugas sekolah dapat didampingi dan kami melakukan aktivitas olah raga dalam rumah bersama-sama.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu kemudian kami kembali ke Jakarta di saat Covid-19 varian Delta merebak. Pemberitaan yang menyedihkan beredar dimana-mana, namun demikian sebagai seorang ibu, saya harus sigap dalam menyaring berbagai informasi untuk menjaga mentalitas keluarga. Pandemik Covid-19 juga memberikan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas saya sebagai orang tua melalui berbagai webinar psikologi keluarga.
Kegiatan belajar secara daring memerlukan pendampingan orang tua.
Semua perempuan tangguh dengan caranya masing-masing, dan di masa pandemi ini kita melihat banyak perempuan bekerja keras dan adaptif dengan situasi yang ada untuk menjaga keseimbangan dalam keseharian.
Salut untuk seluruh “wonder woman” versi Indonesia!