'Smart Voice' Menjadi Guru Digital Pelajar di Kalimantan Tengah

Erny Wahyuni
diplomat muda, penjelajah, dan pecinta kuliner.
Konten dari Pengguna
21 Mei 2022 7:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erny Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak pandemik menyapa tahun 2020 lalu, tidak ada yang menduga bahwa hadirnya virus Covid-19 akan merubah kehidupan manusia. Pembatasan sosial dan penggunaan masker merupakan contoh perubahan dalam kegiatan sehari-hari dimana kita semua harus menyesuaikan diri dalam situasi yang tidak disangka.
ADVERTISEMENT
Tidak terkecuali dengan menuntut ilmu pendidikan, yang juga harus menyesuaikan dengan kondisi pandemik. Dapat dibayangkan betapa beratnya ketika memulai pendidikan secara daring. Kehidupan sosial selama ini sangat penting untuk para pelajar dimana mereka dapat berinteraksi dengan kawan maupun memperoleh ilmu dari para guru secara langsung. Covid-19 menjadikan kita supaya lebih kreatif mengatasi tantangan di bidang pendidikan dengan memanfaatkan teknologi.
Pelaksanaan pendidikan secara daring mungkin tidak menjadi masalah yang terlalu berarti untuk para siswa yang bertempat tinggal di perkotaan. Namun, bagaimana dengan para siswa di daerah yang terpencil, dengan segala keterbatasan dan akses? Sayangnya peraturan nasional mensyaratkan tanpa terkecuali bahwa semua kegiatan belajar mengajar secara tatap muka harus dihentikan sementara di sekolah dan siswa diminta melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah.
ADVERTISEMENT
Sementara itu keramaian murid-murid di Kalimantan Tengah turut memudar seiring dengan PJJ dan kebingungan melanda…
Berbagai keterbatasan yakni tidak ada fasilitas laptop, terbatasnya kepemilikan telepon seluler, mahalnya paket internet, sulitnya akses internet, minimnya kondisi perekonomian keluarga di daerah terpencil, merupakan faktor-faktor yang menjadikan kondisi kegiatan belajar mengajar di Telekoi, salah satu desa terpencil di Kalimantan Tengah, jauh dari konsep pembelajaran daring yang ideal. Bahkan untuk mendapatkan sinyal internet, para siswa harus berjalan menuju bukit atau duduk di bawah pohon. Para guru juga mengeluhkan minimnya partisipasi murid untuk mengumpulkan tugas yang diberikan secara daring.
Kondisi tersebut menggugah Ranu Welum Foundation, sebuah organisasi pemberdayaan kaum muda Dayak, untuk berkolaborasi dan berkontribusi dengan para guru SDN Telekoi dalam mengembangkan kreativitas untuk merubah tantangan fasilitas teknologi menjadi suatu kesempatan bagi anak-anak sekolah di pedalaman mengejar cita-cita.
ADVERTISEMENT
Inisiatif sistem pembelajaran dengan menggunakan audio atau lebih dikenal sebagai “smart voice” merupakan sistem pendidikan jemput bola, dimulai melalui tukar pikiran dengan para guru mengenai kendala yang dihadapi, kemudian mendiskusikan materi pembelajaran dan cara-cara supaya pelajaran dapat menarik perhatian murid. Sistem pembelajaran satu arah memang menyebabkan mekanisme tanya jawab tidak ada, sehingga guru diharapkan dapat menjelaskan secara detail mengenai jawaban dari suatu persoalan pelajaran.
Masing-masing guru merekam materi pelajaran dalam ‘voice note’ yang tersedia di telepon seluler, yang kemudian disampaikan kepada kelompok-kelompok belajar para murid. Materi pelajaran yang direkam oleh guru dapat didengarkan dan diulang berkali-kali sampai dengan para murid mengerti. Setiap minggu para guru akan bergiliran meninjau keberhasilan dari metode pengajaran tersebut dengan melakukan kunjungan ke rumah. Rekaman suara tersebut tentunya hemat biaya karena tidak menggunakan kuota internet.
ADVERTISEMENT
“Smart voice” menjadi guru digital di Kalimantan Tengah dapat juga diimplementasikan di daerah-daerah terpencil lainnya di Indonesia. Para orang tua memberikan testimoni bahwa adanya “smart voice” ikut meringankan beban orang tua dalam mendampingi para murid belajar di rumah.
Semangat belajar tidak dapat dipatahkan.
Walaupun kita semua berharap ke depannya pandemik Covid-19 dapat segera ditetapkan menjadi endemik sehingga proses belajar mengajar dapat kembali normal, namun kisah sukses “smart voice” di Kalimantan Tengah menjadi oasis di tengah kesulitan mengaplikasikan metode tepat yang dihadapi oleh guru dan murid. Interaksi belajar mengajar secara normal mungkin belum dapat tergantikan sepenuhnya, dan tugas selanjutnya di dunia pendidikan menanti berupa kepastian bahwa peningkatan pengetahuan, nilai kerja sama murid, serta kompetensi pelajar Indonesia sebagai standar pendidikan dapat diterapkan.
Sumber : Ranu Welum Foundation