Konten dari Pengguna

Makanan Tradisional yang Terancam: Menghadapi Pergeseran oleh Makanan Asing

Mualif Ridwan Firdaus
mahasiswa ilmu komunikasi universitas Pamulang
13 November 2024 12:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mualif Ridwan Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cerorot. (Dok. Shutterstock/ Rahman Lombok)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerorot. (Dok. Shutterstock/ Rahman Lombok)
ADVERTISEMENT
Seiring dengan semakin kuatnya arus globalisasi, makanan tradisional Indonesia kini menghadapi tantangan besar. Makanan khas daerah yang telah diwariskan sejak zaman nenek moyang, yang kaya rasa dan makna budaya, mulai tergeser oleh makanan asing yang lebih praktis dan cepat saji. Makanan seperti burger, pizza, ramen, dan sushi kini semakin mudah ditemukan di restoran maupun kedai pinggir jalan, bahkan lebih populer di kalangan generasi muda yang terpengaruh tren global. Hal ini menyebabkan makanan tradisional yang seharusnya menjadi identitas budaya Indonesia mulai terpinggirkan.
ADVERTISEMENT
Globalisasi dan kemajuan teknologi menjadi faktor utama yang memudahkan masuknya makanan asing ke Indonesia. Akses internet dan media sosial yang semakin luas mempermudah masyarakat menemukan berbagai pilihan kuliner internasional, yang dulu hanya bisa dinikmati di restoran besar. Kini, makanan asing tersedia dengan harga lebih terjangkau dan penyajian yang lebih cepat. Kepraktisan ini, yang sering dianggap lebih "modern," semakin diminati oleh masyarakat yang sibuk dengan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, gaya hidup yang semakin mengutamakan kemudahan dan kecepatan juga mempercepat pergeseran ini. Fast food, yang tidak memerlukan banyak waktu dalam penyajian, menjadi pilihan utama di tengah kehidupan perkotaan yang serba cepat. Sementara itu, makanan tradisional yang membutuhkan waktu lebih lama dalam pengolahan mulai dianggap kurang praktis. Makanan luar negeri pun sering dipandang lebih sesuai dengan citra gaya hidup modern, sementara makanan tradisional dianggap kuno dan kurang variatif. Padahal, makanan tradisional Indonesia memiliki keunikan rasa dan nilai budaya yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Pergeseran ini menimbulkan dampak yang besar, baik bagi budaya maupun kesehatan. Makanan tradisional bukan hanya soal cita rasa, tetapi juga cerminan kearifan lokal yang telah ada sejak lama. Jika tidak dilestarikan, generasi muda berisiko kehilangan keterikatan dengan budaya kuliner mereka. Selain itu, peralihan ke pola makan cepat saji yang lebih praktis dapat berdampak buruk pada kesehatan, mengingat banyak makanan asing mengandung bahan-bahan yang tidak sehat. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk melestarikan makanan tradisional dengan cara memperkenalkan inovasi dalam penyajian dan pengolahan, agar tetap relevan di tengah perkembangan zaman.