Konten dari Pengguna

Karungut Sebagai Bagian Tradisi Lisan di Kalimantan Tengah

Mufida Fitriasari
Mahasiswi Progam Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Palangkaraya
5 Juni 2024 11:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mufida Fitriasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia mayoritas adalah masyarakat yang memiliki tradisi-tradisi berupa warisan oleh nenek moyang. Tradisi tersebut ada yang berupa tradisi lisan dan tradisi yang bentuknya bukan lisan. Tradisi lisan adalah suatu kumpulan segala sesuatu yang diketahui dan sesuatu yang biasa dikerjakan yang disampaikan dengan cara turun-temurun melalui lisan dan telah menjadi kebudayaan masyarakatnya. Tradisi lisan bukanlah kekayaan budaya semata melainkan sebagai identitas bangsa yang bernilai dan sulit ditakar. Oleh karena itu, pemahaman akan tradisi lisan tidak hanya berkisar pemberian suatu ruang agar tradisi tersebut bisa digelar, tetapi secara tekstual dan kontekstual, tradisi lisan tersebut juga harus dipahami. Tujuannya adalah agar nilai yang melekat dalam tradisi lisan tersebut bisa dipahami oleh masyarakat pada era modern.
ADVERTISEMENT
Suku Dayak, yang merupakan suku asli yang berasal dari Kalimantan Tengah, Indonesia, memiliki tradisi lisan yang disebut karungut. Karungut memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat, termasuk sebagai pengungkapan emosi, sarana komunikasi, sarana hiburan, sarana pendidikan, sarana ekonomi, dan pengiring tari. Tradisi ini merupakan bentuk seni pertunjukan yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Karungut memiliki peran penting dalam budaya dan identitas masyarakat Dayak. Hendrik Tarung, seorang pengkaji seni Karungut, mengatakan bahwa Karungut bukan hanya lantunan lagu dalam kebudayaan Dayak. Sebaliknya, Karungut telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Dayak di pulau Kalimantan.
Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi
Sebagai suatu tradisi lisan, Karungut biasanya ditampilkan dengan diiringi kecapi khas Dayak. Bunyi khas yang dikeluarkan kecapi itu menjadi satu di antara banyak faktor yang membuat Karungut menjadi sangat unik. Seiring dengan perkembangan, Karungut dimainkan dengan diiringi alat musik tambahan, seperti gong atau kangkanong, suling, hingga gendang. Dalam perkembangannya, Karungut banyak ditampilkan dalam acara-acara hajatan, seperti upacara perkawinan hingga penyambutan tamu. Bahkan, Karungut sering diperlombakan dalam ajang-ajang yang bertema budaya, bahasa, dan sastra. Dahulu karungut dilantunkan tanpa menggunakan iringan alat musik. Seiring berkembangnya zaman, pelantun tembang karungut mulai menyertakan instrumen pengiring saat mengarungut. Saat ini unsur-unsur musikal Karungut tidak hanya ditimbulkan oleh bunyi-bunyi bahasa saja, tetapi juga ditunjang oleh unsur-unsur bunyi yang ditimbulkan oleh instrumennya. Instrumen pokok atau instrumen dasar yang harus ada dalam sebuah pelantunan Karungut yaitu kacapi (kecapi). Kacapi biasanya dimainkan langsung oleh pelantun Karungut sendiri atau dengan seorang atau lebih pemain kacapi yang lain. Karungut diwariskan oleh nenek moyang secara lisan dalam bentuk lagu namun syairnya dapat disusun sendiri sepanjang tidak menyimpang dari kriteria yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi
Berikut beberapa jenis karungut yang penulis temukan :
Bagi masyarakat Dayak, kesenian “Karungut” bukanlah kesenian sekedar tentang menyanyikan liriknya dengan indah atau sekedar sebagai hiburan, tapi lebih dari itu, Karungut terdiri dari nilai-nilai kebaikan. Nilai-nilai kebaikan tersebut adalah: kerjasama yang harmonis, beretika dan bermoral, kemitraan, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, diri sendiri kepercayaan diri, dll. Karungut menyampaikan pantun tentang kebaikan dan kebijaksanaan tentang kehidupan tentang legenda dan peringatan akan kehidupan manusia dan kehidupan orang Dayak di dalamnya secara khusus. Kesenian “Karungut” ini biasanya dilakukan pada acara-acara resmi, seperti : peringatan peristiwa sejarah, adat upacara, upacara pernikahan, waktu tanam/ panen padi (acara panen), penyambutan tamu, dan di waktu luang seperti yang biasa dinyanyikan lagu secara umum. Karungut juga memiliki fungsi sebagai media hiburan dan sarana berekspresi untuk menyampaikan himbauan, nasihat maupun pesan bagi para pengarungut dan masyarakatnya. Contohnya karungut digunakan oleh para ibu untuk menidurkan anaknya. Pada saat bekerja di ladang, karungut dilantunkan untuk menghibur diri serta mengurangi rasa bosan dan rasa lelah bekerja. Sebagai tradisi lisan, Karungut adalah bagian dari sastra yang memuat bahasa Dayak. Penutur bahasa di luar bahasa Dayak dapat mengenal bahasa Dayak melalui Karungut. Karungut sebagai warisan budaya dari suku Dayak yang memiliki nilai dan eksistensi yang tidak pernah usang, membuatnya menjadi media yang tepat untuk berkespresi. Masyarakat dapat menggunakan Karungut sebagai media untuk belajar, selain fungsi utamanya sebagai media untuk memperoleh hiburan. Karungut adalah kekayaan yang membedakan suku Dayak dengan suku lain di Kalimantan Tengah. Karungut adalah milik kita bersama yang perlu diperjuangkan daya hidupnya.
ADVERTISEMENT