Mengungkap Makna Filosofis Nama Padukuhan Tetes: Sejarah di Tempat KKN UMY 113

Mufidah Aulia Nurulazizah
Mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
9 Februari 2024 20:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mufidah Aulia Nurulazizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Padukuhan Tetes (Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Padukuhan Tetes (Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perjalanan Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 113 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang bertempat di padukuhan Tetes Sidoharjo Samigaluh Kulon Progo menemui cerita menarik dari nama padukuhannya. Nama tersebut bukan sekadar sebutan geografis saja, tetapi juga mencakup filosofi tertentu yang melekat dalam identitasnya.
Foto Bersama Mahasiswa KKN UMY Dengan Warga Padukuhan Tetes (Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi)
Jejak Sejarah Nama "Tetes"
ADVERTISEMENT
Tetes, sebagai nama padukuhan, mengandung sejarah panjang yang merentang dalam budaya lokal. Menggali akar sejarahnya memberikan pemahaman mendalam mengenai perjalanan dan evolusi masyarakat yang menempati wilayah tersebut. Dalam sejarahnya, nama Tetes berasal dari kisah panjang yang berkaitan dengan sumber mata air. Berdasarkan wawancara dilapangan tahun 1989 menjadi awal mula perjalanan panjang nama “Tetes” akhirnya diberikan. Kata Tetes memiliki arti air yang menetes, karena dahulu warga pedukuhan Tetes sulit mendapatkan air, mereka harus berjalan kaki hingga 10 km ke tempat mata air Gandu Kulon Progo. Bukan hanya berjalan kaki, mengantri air dari malam adalah makanan sehari-hari warga padukuhan Tetes, ”Dulu saya gendong anak sambil membawa klenting untuk tempat air dan cucian, karena kalo tidak begitu dirumah tidak ada air,” Ungkap Pujiati warga padukuhan Tetes.
ADVERTISEMENT
Kemudian berjalannya waktu di tahun 2008 hingga 2011 warga padukuhan Tetes mendapat bantuan PAM yang sumber mata airnya ada di Dukuh Nglambur Kulon Progo. Selanjutnya, di Tahun 2017 warga padukuhan Tetes mendapat bantuan dari pemerintah melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dengan sumber mata air di Tuk Mudal yang terletak di Dukuh Sumoroto Kulon Progo, PAMSIMAS inilah yang hingga kini menjadi sumber penghidupan warga padukuhan Tetes.
”Puji Tuhan saat ini masih lancar dan kita bisa menggunakannya dengan baik, ya meskipun sering mati. Memang di Tetes sulit air, tapi kita sudah terbiasa sehingga kita memakainya juga bisa dikatakan ngirit,” tambah Pujiati dalam wawancara
Filosofi yang terkandung dalam nama padukuhan Tetes mengajak kita untuk merenung. Filosofi ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan sekitar, sebuah kebijaksanaan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu saja mengajak kita untuk melihat bahwa KKN bukanlah sekedar tugas akademik, tetapi juga sebagai peluang untuk meresapi dan memahami kearifan lokal. Melibatkan diri dalam masyarakat Tetes memberikan pengalaman berharga untuk memahami serta melestarikan nilai-nilai tradisional.
Mengungkap makna filosofis nama padukuhan Tetes merupakan langkah penting bagi KKN UMY 113 sebagai gerbang awal untuk memahami lebih dalam hubungan antara pendidikan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat lokal. Dengan meresapi kearifan yang terkandung dalam nama tersebut, program KKN tidak hanya menjadi sebuah proyek, tetapi juga bentuk kontribusi nyata terhadap pelestarian budaya dan pembangunan berkelanjutan di padukuhan Tetes.
#KKNUMY113