Konten dari Pengguna

Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Membangun Pendidikan Karakter Bangsa

Dzikra Sifa Mufti
Mahasiswi fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8 Januari 2024 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dzikra Sifa Mufti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Belajara di dalam kelas (sumber: https://pixabay.com/id/photos/)
ADVERTISEMENT
Salah satu tokoh perempuan inspiratif Indonesia, yaitu Najwa Shihab menyatakan “Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan”. Dan Presiden Amerika Serikat ke-26 bernama Theodore Roosevelt pernah berkata "Karakter dalam jangka panjang adalah faktor penentu dalam kehidupan individu dan bangsa".
ADVERTISEMENT
Negara Indonesia memang telah berumur 78 tahun, namun sangat disayangkan sistem dunia pendidikan di negeri ini belum berjalan secara semestinya. Banyak problem-problem berkaitan dengan pendidikan, contohnya masalahnya ialah banyak saudara kita yang tinggal di daerah pedalaman dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak seperti kita yang tinggal di daerah dekat dengan perkotaan. Bisa dibilang kesulitan mereka berawal dari segi kurangnya tenaga pendidikan, fasilitas yang kurang memadai, terputusnya jangkauan dari lajunya perkembangan zaman yang kian modern, dan lain sebaginya yang belum ditindak lanjuti oleh pemerintah.
Ada lagi kasus yang juga berhubungan dengan pendidikan, yakni melamar sebuah pekerjaan. Banyak perusahaan zaman sekarang yang masih mengutamakan salah satu syarat, yaitu pendidikan. Maka semakin tinggi jenjang pendidikan sang pelamar maka semakin tinggi pula peluang mereka bergabung dengan perusahaan tersebut. Walau tidak dapat dipungkiri bahwa mencari pekerjaan tidak mudah seperti yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
Sudah bisa dilihat, bahwa begitu pentingnya sebuah pendidikan. Dan banyak kasus serupa yang beredar luas di luar sana, khususnya tentang pengangguran yang merajalela disebabkan oleh faktor pendidikan. Entah itu karena keterbatasan jenjang pendidikan atau sama sekali tidak memiliki riwayat pendidikan.
“Menurut undang-undang Sindiknas berdasarkan pasal 1 ayat (1) UU nomer 20 tahun 2023, pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran, agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, agar memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang dibutuhkan, baik bagi dirinya, masyarakat, maupun bangsa serta negara” (Husna, Rukiyah, & Missriani, 2023).
Sedangkan karakter merupakan suatu sifat yang mendominasi dalam diri seseorang. Karakter dapat terbangun dari panjangnya suatu pengalaman. Secara umum karakter dimiliki manusia sebab beberapa faktor, seperti keluarga, agama, lingkungan sosial, dan lain sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter ialah “sifat-sifat, kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain” (Anto & Anita, 2019).
ADVERTISEMENT
Di dalam lingkungan masyarakat manusia membutuhkan namanya sebuah pendidikan. Pendidikan menjadi hal yang sangatlah penting untuk diri manusia itu sendiri. Karena bagusnya kualitas progam pendidikan suatu negara maka akan terbentuklah sebuah negara yang peradaban bangsanya yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsanya.
Pada dunia pendidikan, karakter sangat dibutuhkan karena dua unsur ini sangat sulit dipisahkan. “Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal baik dalam kehidupan. sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebijakan dalam kehidupan sehari-hari” (Prof. Dr. H. E. Mulyasa, 2011).
ADVERTISEMENT
Karakter terbagi menjadi dua macam, yaitu yang pertama adalah karakter baik dan yang kedua adalah karakter buruk. Menurut Wibowo (2013:12) “karakter merupakan sifat yang alami dari jiwa manusia yang menjadi ciri khas seseorang dalam bertindak dan berinteraksi baik dikeluarga ataupun dimasyarakat” (Husna, Rukiyah, & Missriani, 2023).
Menurut T. Ramli “pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik (Nur Wijayani, Rietandyah Pramaesti, & Putriyanti, 2023)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyatakan “merencanakan empat nilai karakter utama yang menjadi ujung tombak penerapan karakter di kalangan peserta didik, yakni jujur (dari olah hati), cerdas (dari olah pikiran), tangguh (dari olah raga), dan peduli (dari olah rasa dan karsa) (Dahlan Muchtar, 2019). “Jika nilai-nilai pendidikan karakter dapat tertanam dalam diri pemuda dan pemuda, diharapkan mereka mampu bersaing dengan baik dalam segala bidang. Penerapan pendidikan karakter juga sama halnya dengan membentuk generasi yang handal, membawa bangsa Indonesia lebih maju dan dapat dibanggakan” (Heriyanto, 2021).
ADVERTISEMENT
Pendidikan karakter dengan bahasa Indonesia memiliki hubungan yang begitu erat dalam dunia pendidikan. Selain karena Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran dalam suatu institusi pendidikan, bahasa Indonesia dan pendidikan karakter juga memiliki nilai-nilai kesopanan yang merujuk pada karakter baik. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan diajarkan yang namanya cara berbicara dengan baik dan benar, dari hal itulah kemudian akan muncul cabang-cabang yang merujuk kedalam nilai-nilai yang lainnya, seperti jujur, saling menghargai, saling mengormati, dan lain sebagainya. Karena bahasa merupakan salah satu alat berkomunikasi dengan sesama makhluk hidup. (Nur Wijayani, Rietandyah Pramaesti, & Putriyanti, 2023)
Menurut Depdiknas (2006) “Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Menyadari peran yang demikian, pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu siswa mengenal dirinya sendiri, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menentukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Putri, 2019).
ADVERTISEMENT
Selain itu “pendidikan karakter dan pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki keterkaitan yang erat untuk membantu siswa dapat membantu menemukan personality atau kepribadian diri atau karakter siswa. Nilai-nilai pendidikan karakter ada 18, yaitu religius, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, peduli sosial, kerja keras, peduli lingkungan, kreatif, gemar membaca, mandiri, cinta damai, demokratis, bersahabat, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air. Pembentukan karakter siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilakukan pada saat proses belajar seperti menghargai siswa lain dapat membacakan cerita termasuk ke dalam nilai Pendidikan Karakter, yaitu menghargai presentasi dan sebelum memulai pembelajaran siswa dapat mengulas kembali pembelajaran yang sebelumnya, hal tersebut masuk ke dalam nilai karakter, yaitu gemar membaca (Nur Wijayani, Rietandyah Pramaesti, & Putriyanti, 2023).
ADVERTISEMENT
“Pendidikan bahasa di SD diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan karakter siswa, karena bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua tema dalam setiap mata pelajaran. Melalui pembelajaran bahasa ini diharapkan mampu membantu siswa mengenal dirinya, budaya dan budaya orang lain, sehingga siswa mampu menggunakan bahasa dengan baik, santun bisa menghargai lawan bicaranya ketika berada ditengah masyarakat, sekaligus membentuk karakter anak seperti ramah tamah, lemah lembut, nasionalisme, menghargai orang lain, dan saling menghormati sejak dini” (Harlina, Wardarita Ratu, 2020).
Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) siswa akan diajarkan pada pelajaran bahasa Indonesia tentang literasi. “Bedasarkan hasil itu dapat disimpukan bahwa kegiatan literasi tulis dapat menguatkan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa, khususnya karakter jujur, rasa ingin tahu, disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab” (sueca, 2020). Pada masa ini juga para siswa sedang mencari jati diri mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati jenjang SMP, siswa akan naik kembali ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA). Disini siswa mulai diajarkan sedikit demi sedikit tentang bagaimana cara berpikir kritis. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, siswa akan diajak cara membuat sebuah karya tulis ilmiah dan itu sangat berpengaruh terhadap cara berpikir kritis. “Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia berkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah itu sendiri terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yang dapat diimplementasikan, diantaranya: keberanian, kejujuran, bertanggung jawab, kreatif, rasional, dan tidak egois” (Ade Rani Marlina, 2020).
Masa jenjang perguruan tinggi, mahasiswa akan banyak belajar dalam hal prakter dari pada teori. Setelah SMA mempelajari cara membuat karya ilmiah maka di sinilah mahasiswa mengembangkan pula cara prakteknya, seperti menyimak ilmiah, berbicara ilmiah, membaca ilmiah, dan lain-lain. Apalagi kebanyakan mahasiswa semester satu akan diberikan tugas kelompok ,di mana mahasiswa itu harus bisa saling bekerja sama, jujur, saling tolong menolong agar tugas yang di berikan terselesaikan bersama tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Untuk itu sebagai penerus bangsa yang baik, kita perlu bijak memilah apa yang patut di ambil dan membuang apa yang dapat menjerumuskan pada kerugian untuk diri kita, orang lain, ataupun bangsa kita sendiri dengan bekal pelajaran yang telah kita pelajari, terkhusus pelajaran Bahasa Indonesia. Karena bahasa merupakan kunci utama kita mengetahui dunia begitupun dengan karakter. Dunia yang kita huni ini begitu luas dan beragam macam isinya. Jika kita bisa memperani karakter dengan baik maka orang lain akan membalas dengan hal yang sama kepada kita. Masa depan bangsa Indonesia tergantung dari apa yang dilakukan kita sekarang sebagai para penerus bangsanya, jika dari sekarang kita rajin belajar dan menjadi orang sukses baik secara material dan rohaniah maka negara kita akan menjadi maju dan menjadi percontohan banyak bangsa lainnya di masa mendatang, terutama di bidang dunia pendidikan. Karena bagusnya kualitas progam pendidikan suatu negara maka akan terbentuklah sebuah negara yang peradaban bangsanya yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsanya.***
ADVERTISEMENT
Dzikra Sifa Mufti, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.