Konten dari Pengguna

Keperawatan Paliatif dan Peran Perawat pada Penderita Kanker Payudara

Muhammad Faiq Febriansyah Sulaiman
Mahasiswa Keperawatan Universitas Jember
17 November 2024 13:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Faiq Febriansyah Sulaiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perawat paliatif (Sumber : https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perawat paliatif (Sumber : https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Pendahuluan : Kanker Payudara dan Keperawatan Paliatif
Menurut Kemenkes (2022), Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita di Indonesia dan menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker. Berdasarkan data Globocan pada tahun 2020, terdapat 68.858 kasus baru kanker payudara yang berkontribusi sebesar 16,6% dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Jumlah kematian akibat kanker payudara tercatat lebih dari 22 ribu orang. Salah satu pengobatan kanker payudara adalah kemoterapi. Kemoterapi sering kali menjadi langkah awal pengobatan sebelum pengobatan lainnya dilakukan. Namun, tindakan tersebut dapat merusak sel-sel sehat dan menimbulkan perubahan pada tubuh, yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien kanker payudara (Rajagopal et al., 2022). Dengan adanya lonjakan kasus kanker payudara tersebut diperlukan adanya perawatan paliatif yang dapat mendukung supaya kualitas hidup pasien tetap terjaga baik.
ADVERTISEMENT
Perawatan Paliatif bagi Penderita Kanker Payudara dalam Memperbaiki atau Mempertahankan Kualitas Hidup
Penyedia perawatan paliatif untuk pasien kanker payudara sering kali menghadapi berbagai masalah yang dialami pasien dan keluarganya. Perawatan ini mencakup manajemen gejala, dukungan psikososial dan spiritual, serta konseling untuk menghadapi akhir hayat. Salah satu elemen penting dalam perawatan paliatif adalah kemampuan untuk mendengarkan dengan baik. Tim kesehatan yang terlatih dapat membantu pasien dan keluarganya mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah yang mereka hadapi (Yumni et al., 2023).
a. Manajemen Gejala
Fokus utama perawatan paliatif adalah pengendalian gejala, terutama nyeri. Para ahli di bidang ini telah menemukan bahwa nyeri yang melemahkan sering kali bisa dikelola dengan tepat. Penggunaan opioid adalah bagian penting dari manajemen nyeri, dan pendekatan ini mengikuti Tangga Analgesik Nyeri WHO, yang membagi nyeri menjadi tiga tingkatan dengan penanganan yang sesuai pada setiap tingkatan.
ADVERTISEMENT
b. Dukungan Psikososial
Selain menangani gejala fisik, pasien dan keluarga sering menghadapi perubahan dalam dinamika keluarga, stigma sosial, depresi, dan tantangan emosional lainnya. Dukungan psikososial dari tim interdisipliner—termasuk pekerja sosial, psikoterapis, dan konselor keagamaan—dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Dukungan dari sesama pasien yang mengalami kondisi serupa juga sangat penting, karena bisa membantu pasien baru untuk memahami bahwa kehidupan tetap bisa berlanjut setelah diagnosis.
c. Dukungan Spiritual
Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan komponen inti dalam perawatan paliatif. Banyak program berkolaborasi dengan konselor keagamaan atau organisasi berbasis agama untuk menyediakan dukungan spiritual. Ini membantu pasien dan keluarganya dalam mempersiapkan akhir hayat serta memberikan kenyamanan kepada keluarga setelah kehilangan. Dalam komunitas yang memiliki tradisi agama yang kuat, dukungan psikososial dan spiritual sering kali berjalan beriringan.
ADVERTISEMENT
d. Dukungan Perawatan Akhir Hayat
Perencanaan perawatan lanjut diperlukan untuk membantu keluarga dalam membuat keputusan saat kondisi pasien memburuk. Ini termasuk penunjukan pengambil keputusan untuk urusan kesehatan dan keuangan, perencanaan pemakaman, serta pengaturan aset. Pada tahap akhir kehidupan, perhatian lebih diberikan pada kebersihan, kenyamanan, dan pengendalian nyeri yang mungkin memerlukan peningkatan dosis morfin. Tim kesehatan yang terampil dapat mendukung pasien dan keluarganya dalam menghadapi tantangan ini.
Setelah pasien meninggal, dukungan berkabung untuk keluarga seringkali dilanjutkan hingga setahun. Layanan ini bisa meliputi kelompok pendukung, kegiatan rekreasi, serta kunjungan dari penasihat spiritual atau sukarelawan. Keterlibatan sederhana seperti menghadiri pemakaman atau mengirim kartu pada peringatan kematian dapat membantu keluarga merasa didukung dan diingat.
ADVERTISEMENT
Peran Perawat dalam Keperawatan Paliatif
Peran perawat dalam perawatan paliatif sangat berbeda dari spesialisasi lain karena mereka menyediakan perawatan holistik yang berlangsung 24 jam bagi pasien yang berada di tahap akhir kehidupan. Selain tugas konvensional, perawat paliatif memainkan berbagai peran sebagai berikut (Yumni et al., 2023):
1. Edukator: perawat engajarkan klien dan keluarga tentang kondisi kesehatan pasien dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola situasi di rumah.
2. Konselor: Memberikan dukungan emosional dan komunikasi terapeutik untuk membantu klien mengungkapkan perasaan mereka tanpa merasa dihakimi.
3. Pemberi Asuh: Bertanggung jawab atas kebutuhan harian klien, mulai dari mengelola nyeri hingga membantu aktivitas sehari-hari.
4. Advokator: Mengadvokasi kepentingan klien terutama terkait keputusan medis yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan klien, dan membantu keluarga menuju penerimaan.
ADVERTISEMENT
5. Messenger: Menyampaikan pesan atau keinginan terakhir klien kepada keluarga, terutama bila klien merasa tidak nyaman mengungkapkannya sendiri.
Perawat paliatif memberikan dukungan yang komprehensif, berfokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga di masa sulit mereka agar kualitas hidup mereka agar tetap terjaga dengan baik hingga akhir hidupnya.
Kesimpulan
Kanker payudara adalah salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, menjadi penyebab kematian tertinggi di antara jenis kanker lainnya. Dengan meningkatnya jumlah kasus, diperlukan pendekatan perawatan yang tidak hanya berfokus pada pengobatan medis, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup pasien. Keperawatan paliatif menjadi solusi yang penting untuk pasien kanker payudara, menawarkan dukungan holistik yang mencakup manajemen gejala fisik, dukungan psikososial dan spiritual, serta perencanaan perawatan akhir hayat.
ADVERTISEMENT
Peran perawat dalam keperawatan paliatif sangat signifikan, melibatkan berbagai fungsi mulai dari edukator, konselor, pemberi asuh, advokator, hingga messenger, yang semuanya bertujuan untuk memastikan pasien dan keluarganya mendapatkan kualitas hidup yang baik hingga akhir kehidupan. Dengan dukungan yang tepat, pasien kanker payudara dapat menghadapi tantangan penyakit ini dengan lebih nyaman dan bermartabat.
Daftar Pustaka
Kemenkes RI. (2022). Kanker Payudara Paling Banyak di Indonesia, Kemenkes Targetkan Pemerataan Layanan Kesehatan. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220202/1639254/kanker-payudaya-paling-banyak-di-indonesia-kemenkes-targetkan-pemerataan-layanan-kesehatan/
Rajagopal, R., Ganesan, P., & Veeraiah, S. (2022). Does Perceived Social Support, Psychological Problems, and Fatigue Impact Quality of Life of Geriatric Patients with Cancer?. Indian Journal of Cancer, 59(3), 360–367. https://doi.org/10.4103/ijc.IJC_821_19.
Yumni, F. L., Priyantini, D., Prabawati, C. Y., & Wijaya, S. A. (2023). Perawatan paliatif berbasis pemberdayaan wanita pada pasien kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Muhammad Faiq Febriansyah Sulaiman, Mahasiswa Keperawatan Universitas Jemeber.