Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Post-Truth dan Filsafat Bahasa: Best Father atau Basic Father
22 Juli 2024 16:38 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari MUH FHAJAR FEBRYAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini ramai di media sosial atas berita meninggalnya sosok selebgram bernama Dalli Wassink atau kerap disapa Papa Dali. Papa Dali juga kerap disapa sebagai sosok “Best Father” oleh para penggemarnya, karena kedekatan dan kasih sayangnya terhadap anaknya yang bernama Kamari Sky Wassink dan istrinya Jennfer Coppen.
ADVERTISEMENT
Penyebab kematiannya sendiri diakibatkan oleh motor yang dikendarai oleh Papa Dali yang tidak dapat dikendalikan akibat kecepatan yang tinggi, yang mengakibatkannya tewas pada Kamis, 18 Juli 2024 sekitar pukul 02:00 Wita, jelas Kasi Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi. Kematian dari Papa Dali viral, dan melahirkan berbagai macam opini tentang sosok pria yang dijuluki “Best Father” itu.
ADVERTISEMENT
Pro-kontra dimulai oleh akun bernama @rasjawa, yang mengatakan
“Orang meninggal karena kebut2an disebut “best father” Best father apaan udah tau punya istri sama anak masih kecil, tapi masih hobi trek2an kebut2an di jalan....”
Hal ini direspon oleh para penggemar Papa Dali melalui akun Tiktok @segalakata, oleh @ANAK EMAK, berkomentar bahwa penggunaan kata “best father” itu pantas karena sudah berhasil menemani sang anak dalam segala keadaan. Bahkan ada pula yang mengatakan mereka yang kontra adalah sosok laki-laki patriarki.
Mari kita masuk dengan maksud dari judul artikel ini, best father atau basic father? Maksud dari judul tersebut adalah bentuk sarkasme yang berarti bahwa, penggunaan kata “best father” terkesan dispesialisasi, karena bentuk kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya, padahal bentuk kasih sayang dan tanggung jawab adalah bentuk keharusan dan dasar (basic) yang harus dimiliki seorang ayah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pandangan sekitar saya dan sosial media, panggilan itu datang dipengaruhi oleh lingkungan atau Indonesia karena fenomena fatherless, yang merujuk pada keadaan di mana sosok ayah memiliki peran yang sangat kecil dalam tumbuh kembang anak, atau bahkan tidak memiliki peran apa-apa. Hal tersebut yang mengakibatkan penurunan standar terjadi pada sosok ayah, di mana hal yang seharusnya menjadi dasar untuk seorang ayah, sudah dianggap sebagai tindakan terbaik (best father)
Dari yang saya perhatikan, mereka yang kontra terhadap penggilan tersebut, merasa bahwa penggunaan “Best Father” terhadap Papa Dali terkesan hiperbola atau berlebihan. Hal ini dikarenakan itu dasar, dan karena para penggemarnya termakan konten medsos (media sosial). Banyak pula yang berpendapat bahwa ada banyak sosok ayah di luar sana yang bertanggung jawab dan sayang terhadap anaknya, tapi tidak dianggap sebagai sosok best father, akibat tidak terkonten saja. Walaupun ini terkesan subjektif, tapi tentu ada indikator dari hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Alasan berikutnya yang menjadi sorotan adalah kecelakan yang dialami Papa Dali akibat kecepatan tinggi tersebut dianggap sebagai salah satu alasan pemberian sebutan “Best Father” berlebihan. Berlebihan karena kita harus ingat peran sebagai ayah itu akan selalu melekat di mana pun dan kapan pun, maka ketika sedang dalam kecepatan tinggi, posisi Papa Dali tentu masih sebagai seorang ayah dan suami, maka dari itu seharusnya mempertimbangkan tindakannya karena dampaknya tidak hanya kepada diri sendiri, tapi kepada sang buah hati, istri dan orang sekitar jalan.
Maka dari itu letak konsep post-truth pada artikel ini, terletak pada penggemarnya yang dipengaruhi emosi, tidak ingin menerima fakta objektif dan opini kontra melalui argumentasi logis dan tidak dipengaruhi dogma intuitif bahwa, pemberian “Best Father” itu berlebihan, terspesialisasi dan tidak tepat.
ADVERTISEMENT
Penggunaan “Best Father" tidak tepat, karena seolah-olah menggeneralisasi bahwa Papa Dali adalah sosok ayah terbaik yang pernah ada atau di Indonesia, kalaupun dikata sosok ayah terbaik untuk sang buah hati, maka penggunaan itu saya pikir, dengan menggunakan pendekatan filsafat bahasa tidak tepat, karena kata “terbaik” adalah bentuk perbandingan terhadap subjek lainnya, jika hanya merujuk pada sosok ayah untuk sang buah hati, maka siapa subjek lain tersebut? Tentu tidak ada.
Hal lainnya yang membuat beberapa netizen geram dari apa yang saya perhatikan, adalah pembelaan mati-matian yang dilontarkan oleh para penggemarnya hanya karena pandangan yang sudah dipengaruhi emosi dan konten di media sosial. Menyukai itu sah-sah saja, tapi alangkah baiknya emosi tidak memengaruhi cara berpikir rasional kita.
ADVERTISEMENT
Tentu saya pun berduka dan berempati terhadap para keluarga dan kerabat korban terhadap meninggalnya sosok Papa Dali, tapi jika salah tetaplah salah. Letak kesalahan itu ada pada penggunaan motor dengan kecepatan tinggi oleh Papa Dali. Saya bahkan menemui seorang penggemar yang berusaha menyangkal kesalahan tersebut dengan berbagai alasan, baik itu karena kangen terhadap orang rumah, dll. Ada pula yang mengaitkan mereka yang kontra dengan sikap patriarkis. Yang terburuk adalah dengan mengatakan sebaiknya mereka pihak kontra lah yang meninggal, kenapa harus Papa Dali. Komentar tersebut bisa kalian temui di unggahan Tiktok @segalakata
Apa yang dilakukan para penggemarnya justru hanya akan merusak nama baik dari Papa Dali sendiri, jadi sebaiknya bijak dalam menjadi seorang penggemar, jangan sampai cara berpikir yang dihalangi oleh pengaruh emosi mengaburkan rasionalitas kita semua. Dari berita Papa Dali kita juga banyak belajar.
ADVERTISEMENT
Yang pertama adalah tingkat fatherless di Indonesia sangat terlihat dari penurunan standar seorang ayah, kedua sebagai seorang manusia yang terikat akan hubungan sosial, kita semestinya berhati-hati pada diri sendiri karena dampaknya bisa memengaruhi orang lain, ketiga jadilah penggemar dan netizen yang bijak, bagi yang kontra pun juga semoga tidak kehilangan empati terhadap korban. Lalu terakhir adalah, ada baiknya kita berperilaku objektif terhadap suatu hal, dengan cara mampu memisahkan antara pribadi seseorang dengan kesalahan yang diciptakan. Yang berarti kesalahan itu tidak membuat dia buruk sebagai pribadinya sendiri secara keseluruhan.
Terakhir kita harus ingat Papa Dali adalah sosok manusia biasa, maka pasti terdapat kesalahan yang beliau pernah lakukan, semoga keluarga dan kerabat beliau diberi kekuatan dan kesabaran terhadap kabar buruk dari Papa Dali. Dan semoga Papa Dali diberikan tempat terbaik di kehidupan selanjutnya, amin.
ADVERTISEMENT
"Manusia suka memvalidasi dirinya bersama kebenaran, dari pada mencari kebenaran itu sendiri" - Shany Zihni