Sesat Pikir dalam Cinta

MUH FHAJAR FEBRYAN
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Konten dari Pengguna
13 April 2024 17:40 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUH FHAJAR FEBRYAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dua boneka lucu yang mengilutrasikan kisah cinta seseorang (Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dua boneka lucu yang mengilutrasikan kisah cinta seseorang (Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tidak tahu cinta? Cinta adalah satu kata yang pasti tidak pernah luput dari kehidupan sehari-hari kita. Kata yang digunakan untuk mengutarakan isi hati dari manusia kepada sesama makhluk hidup. Tapi dalam konteks tulisan kali ini, merujuk pada cinta terhadap lawan jenis. Pada artikel kali ini, saya akan memberikan statement yang sering kita perhatikan di sosial media maupun yang keluar langsung dari mulut orang-orang sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Sekiranya ada beberapa yang akan saya bahas. Hal ini saya pikir menjadi penting, agar kita punya cara pandang yang tidak sesat terhadap cinta. Yang pertama, saya tergelitik dengan salah satu unggahan yang ada di Tiktok, dengan nama @nottheux di mana ada akun yang mengunggah di mana seorang laki-laki tidak ingin mengikuti balik akun Instagram temannya karena memang dia hanya mengikuti satu perempuan saja, yaitu pacarnya. Hal itu dia lakukan karena tidak ingin pacarnya overthinking atau berpikir berlebihan.
Lantas terdapat suatu keanehan sekaligus pertanyaan dalam hal ini. Yang pertama, kenapa hanya pacarnya saja yang dia ikuti? Apa salahnya mengikuti perempuan lain? Yang kedua, dia melakukan itu atas nama cinta, cinta seperti apa sebenarnya yang dia pahami selama ini? Ketiga, kenapa dia harus takut pacarnya overthinking? Dan kenapa pacarnya harus overthinking jika memang sudah cinta?
ADVERTISEMENT
Kita coba bedah satu-satu, tapi sebelum itu, alangkah baiknya kita coba memahami apa itu cinta berdasarkan pandangan filsuf. Bagi Simone de Beauvior, cinta itu menekankan pentingnya kesetaraan dan kemandirian dalam hubungan, menolak ide bahwa cinta harus membuat seseorang bergantung pada pasangannya. Baginya, cinta sejati membutuhkan kebebasan dan penghargaan terhadap diri sendiri dan pasangan. Sedangkan saya sendiri mengartikan cinta sebagai perasaan yang dilandasi rasa kepercayaan kepada orang lain dan suka rela. Hal itu yang membedakannya dengan orang lain. Kita terkadang meletakkan rasa ketidakpercayaan terhadap orang lain, tapi hal itu seharusnya tidak kepada orang yang kita cintai, dan itulah letak keistimewaannya.
saya tahu pasti kalian bisa saja mengatakan “oh aku punya pandangan tersendiri karena cinta, kan cinta itu subjektif”. Ya memang tidak salah, tapi justru itu bisa menjadi menjadi masalah, ketika pemahaman kalian tentang cinta justru terkesan menuju pada kesesatan berpikir. Apa maksudnya sesat berpikir? Bahasa lain dari sesat berpikir adalah logical fallacy. Kalian bisa baca penjelasan tersebut di artikel saya sebelumnya, yang berjudul Rockygerungnism: Filsafat dan Logika.
ADVERTISEMENT
Tapi saya akan coba jelaskan poin pentingnya saja dan kaitkan dengan artikel kali ini. Sesat berpikir yang saya maksud di sini ketika terdapat kontradiksi akal dengan cintai itu sendiri. Kalian mungkin akan tergelitik dan memberikan pertanyaan “kok bisa cinta mau dihubungkan dengan akal”. Jawabannya tentu bisa, cinta itu masih bisa dirasionalkan, walaupun orang mengklaim cinta berasal dari hati atau perasaan kita, tapi perasaan kita masih bisa dirasionalkan dengan alasan atau argumentasi.
Contoh simpelnya saja, ketika ada yang mampu menjelaskan tentang cinta atau mendefinisikannya, berarti hal tersebut masih bisa dikaitkan dengan akal, karena dengan akal lah kita bisa mendefinisikan suatu hal atau menjelaskannya. Itu yang membedakan kita dengan binatang. Perasaan ilfeel kita terhadap orang lain juga terkadang bisa mematikan perasaan kita, atau perbuatan yang dia lakukan itu benar-benar salah, tentu kita mampu mematikan rasa cinta kita. Hal ini bisa terjadi karena apa? Ya, benar karena akal kita merespon hal tersebut tidak baik yang sekaligus bisa kita hubungkann dengan moralitas.
ADVERTISEMENT
Balik kepada kasus di awal, terdapat kesesatan berpikir di situ, di mana dia mengklaim bahwa dia lakukan itu karena dia cinta dan takut pacarnya akan overthinking. Status mereka berpacaran, kita anggap saja dua orang itu saling cinta. Nah letak kesesatannya adalah, kenapa harus overthinking? Toh cinta dilandasi rasa kepercayaan. Kalau belum percaya sepenuhnya, berarti tidak cinta namanya, hal itu sudah menjadi kontradiksi dalam cinta itu sendiri. Si laki-laki itu juga sebenarnya bisa masuk dalam kesesatan berpikir jika dia lakukan itu dengan kekangan atas dirinya sendiri atau secara tidak langsung oleh pacarnya, yang seharusnya dia lakukan secara suka rela.
Jadi di situ sudah terdapat kesesatan berpikir, kontradiksi antara rasa kepercayaan, kebebasan dan juga klaim cinta. Belum lagi pacarnya overthinking, berarti itu sudah suudzon yang berlebih, karena kata over menandakan lebih. Itu baru satu kasus, coba kita ke kasus lain, yaitu ungkapan bahwa cintai itu tanpa alasan. Bagaimana mungkin cinta itu tanpa alasan? Kalau memang cinta itu tanpa alasan, ya kamu bisa dengan mudah sekali jatuh cinta terhadap siapa saja tanpa peduli dia siapa. Misal saya, jika memang cinta tanpa alasan, saya sudah pasti bisa dengan mudah jatuh hati dengan perempuan di kelas saya, siapa saja tanpa peduli orangnya seperti apa.
ADVERTISEMENT
Tapi nyatanya saya jatuh hati pada sosok perempuan yang lebih muda dan setahun di bawah saya di dunia perkuliahan, dan terdapat beberapa alasan lain kenapa saya jatuh hati dengannya. Hal ini sudah menandakan bahwa cinta itu pasti ada alasan. Kalimat lain dari cinta tanpa alasan adalah cinta apa adanya. Padahal nyatanya kita cinta karena ada apanya, bukan apa adanya. Ya memang ada pembuktian secara saintifik bahwa cinta mampu membuat nalar kita menjadi lebih tumpul dibanding sebelum jatuh cinta, hal ini pernah disampaikan Ferry Irwandi.
Tapi hal tersebut tidak betul-betul mematikan akal sehat kita, hanya menumpulkannya saja, jadi klaim bahwa orang cinta akan membuat bodoh itu adalah benar secara saintifik. Tapi bukan berarti absolut bodoh, dan jangan pula dijadikan pegangan kamu untuk terus bodoh karena cinta, justru itu mampu membuat kamu lalai dan mampu merugikan diri kamu dan pasangan kamu. Jadi bijaklah dalam jatuh cinta.
ADVERTISEMENT
Rocky Gerung mengatakan terdapat 3 syarat dalam melatih logika, salah satunya adalah bukan pemaksa kebenaran. Nah hal ini yang sering terjadi pada seseorang yang telah jatuh cinta, yaitu memaksa klaim cinta yang dia pahami sebagai suatu kebenaran dan menolak pernyataan dari orang lain. Memang maklum saja ketika ada seseorang yang terkadang melakukan hal yang terkesan tidak begitu rasional demi orang yang dia cintai, tapi selama hal tersebut tidak bertentangan dengan logika dan cinta itu sendiri, maka tidak termasuk dalam sesat berpikir. Contohnya ada laki-laki atau perempuan yang rela 3 hari ke depan makan mie karena habis mentraktir pasangan mereka makan makanan yang bahkan mungkin tidak akan mereka makan jika mereka single.
ADVERTISEMENT
Jadi kesimpulannya adalah, sebaiknya kita terus hidupkan akal sehat kita ketika sedang jatuh cinta. Sebaiknya cinta dan akal sehat dibarengi, agar tidak terjadi sesat berpikir percintaan. Jangan sampai karena klaim cinta yang sesat, membuat kita jatuh dalam kedunguan.
“Someone asking me what is my favorite thing about philosophy of love. I answer with your name”
- Muh. Fhajar Febryan