Konten dari Pengguna

KOOPERATIF, SOLUSI YANG TEPAT...!

17 Juni 2017 14:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muh.Wahyuddin S. Adam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KOOPERATIF, SOLUSI YANG TEPAT...!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah pedekatan baru dan menjanjikan terhadap isu kontroversial yang merupakan salah satu cara mencegah pembiasaan guru yang condong pada salah satu pihak dalam diskusi, memaksimalkan partisipasi siswa dan menuai keuntungan dari pembelajaran kooperatif yang kontroversial berjenjang.
ADVERTISEMENT
David dan Roger Johnson sebagai pakar pembelajaran kooperatif menyederhanakan model kooperatif sebagai berikut:menetapakan kontroversi sebagai masalah yang menarik untuk dipecahkan daripada situasi menang dan kalah. Johnson bersaudara menolak format debat klasik dengan keunggulan format kooperatif yang mana siswa bekerja sama daripada bermusuhan. Mereka pun mengilustrasikan prosedur format kooperatif mereka sebagai berikut:
1. Tugas: Guru menugaskan siswa empat orang dalam satu grup yang terdiri dari dua orang tim advokasi. Setiap grup diperintahkan untuk mempersiapkan judul laporan”peran regulasi dalam pengaturan sampah berbahaya”.
2. Perencanaan: Selama periode kelas pertama dua orang tim menerima materi dari guru yang mendukung posisi mereka. Mereka bertanya”rencanakan bagaimana untuk mempersentasikan posisimu sehingga kamu dan tim lawan di grupmu akan mengerti posisimu dengan baik sebagai cara menemukan keyakinan.”
ADVERTISEMENT
3. Advokasi: Selama periode kedua dua kelompok mempersentasikan pendapat mereka satu sama lain kemudian mereka terikat dalam diskusi umum dimana mereka mengadvokasi pendapatnya, embantah dan mencoba untuk mendapat kesimpulan yang terbaik yang mungkin tentang kebutuhan tentang manjemen hal berbahaya yang tidak berguna.
4. Pergantian Posisi: Pada periode ketiga setiap tim bertukar posisi, berdebat pendapat merupakan silang pendapat.
5. Mendapatkan Konsensus: selama periode keempat, empat grup mempersatukan apa yang mereka lihat sebagai informasi terbaik dan beralasan dari dua sisi ke dalam sebuah situasi konsensus. Mereka kemudian menulis dan menyerahkan laporan kelompok.
6. Akuntabilitas personal: Ketika laporan konsensus telah dilengkapi setiap siswa mengambil sebuah tes yang berisikan informasi faktual dari materi membaca.
ADVERTISEMENT
Johnson bersaudara pun merekemomendasikan guru untuk meminta siswanya berkomitmen dengan cara berikut:
1. Kritis dalam mengemukakan ide.
2. Fokus dalam pembuatan keputusan terbaik, bukan fokus pada kemenangan.
3. Menyemangati semua orang untuk berpartisipasi dan menguasai semua informasi yang relevan.
4. Mendengar ide semua siswa walaupun tidak setuju.
5. Mengulang pertanyaan dari apa yang siswa katakan jika dirasa tidak jelas.
6. Diawal mengemukakan semua ide dan fakta yang mendukung kedua belah pihak dan kemudian mencoba untuk menyimpan ide-ide yang masuk akal.
7. Mencoba untuk mengerti isu dari kedua sisi.
8. Mengubah pemikiran ketika kejelasan terlihat dan mengharuskan untuk berbuat begitu.
Johnson bersaudara telah melakukan penelitian kelas selama sepuluh tahun, dalam prosesnya mereka berkata telah menemukan bahwa siswa:
ADVERTISEMENT
1. Memperoleh kemampuan mengungkapkan pendapat.
2. Mengungkapkan kebenaran dan penyimpangan dari masalah ketika itu benar daripada berdebat atau belajar secara individual.
3. Menghasilkan solusi yang berkualitas dari suatu masalah.
4. Membuktikan kecenderungan siswa partisipan dan penghargaan diri akademik yang lebih tinggi
5. Mengembangkan sikap positif yang lebih dalam menghadapi subjek kontroversi dan proses itu sendiri.
6. Hasil yang mengagumkan ini menyarankan bahwa kontroversi akademis yang terstruktur membutuhkan tempat dalam suatu program yang menuntut siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis dengan mempelajari kontroversi, namun harapan-harapan tersebut untuk meminimalisir efek konflik dari nilai konflik.