Konten dari Pengguna

Persepsi Sama Tapi Alasan Berbeda

11 Juni 2017 14:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muh.Wahyuddin S. Adam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Pandangan moral dari siswa itu sendiri pun berbeda. Walaupun pada hakekatnya moral menurut mereka itu sama tapi alasan mereka tentang perkembangan moral itu berbeda-beda. Misalnya saja dalam konteks menyontek. Siswa sepakat bahwa menyontek iu dilarang karena itu merupakan sikap tercela. Tapi ketika ditanya alasannya. Mereka pun berbeda-beda. Berikut ulasan dari mereka berdasarkan teori perkembangan alasan moral menurut Kohlberg:
ADVERTISEMENT
Tahapan 1: Menghindari Hukuman”Apakah aku akan terkena masalah”?
Persepsi siswa kekinian kebanyakan taat aturan karena takut akan konsekuensi atau hukuman yang akan diterima jika mereka melanggar. Kalau mereka menyontek, mereka akan mendapatkan nilai jelek. Maka kebanyakan mereka pun lebih memilih menaatinya daripada melanggarnya. Alasan inilah alasan moral yang paling terendah.
Tahapan 2: Balas jasa untuk keadilan”Apa yang ada untuk aku”?
Persepsi siswa yang satu ini tidak menilai moral karena takut hukuman. Tapi melihat benefit yang dia dapatkan. Kalau dia tidak menyontek, apa yang dia dapatkan?jelas,nilai yang bagus.
Tahapan 3: Kesetiaan Interpersonal”Apa yang orang pikirkan tentang aku”?
Persepsi siswa yang satu ini sangat menekankan jiwa loyalitasnya. Dia setia dengan aturan tidak menyontek karena akan berdampak dengan status pribadi dia dengan teman-temannya bahkan gurunya. Alasan moral ini pun berada di tingkat menengah.
ADVERTISEMENT
Tahapan 4: Memperhatikan konsekuensi bermasyarakat”Bagaimana jika setiap orang melakukannya”?
Persepsi siswa yang satu ini tentang pentingnya moralitas itu ditujukan kepada khalayak semua orang. Yaitu dia membayangkan jikalau semua orang itu menyontek, apa yang akan terjadi nantinya?walaupun semua akan mendapatkan nilai bagus tapi orang jujur yang ada di negeri ini akan semakin merajalela dan akan membuat negeri ini hancur seketika karena sikap ketidakjujurannya yang tertanam sejak kecil.
Tahapan 5:
Persepsi siswa yang paling tinggi tingkatannya terhadap alasan moralitas adalah siswa yang sangat menghargai orang lain. Sikap menghargai hak orang lain sangat dijunjung tinggi dari segalanya. Dia tidak menyontek, karena itu jawaban orang lain itu bukan haknya untuk dimiliki. Karena jawaban dari temannya bukan berasal dari murni pikirannya. Hal inilah yang menyebabkan kesadaran terhadap nilai-nilai kejujuran itu menjadi sangat sempurna.
ADVERTISEMENT
Ada di tingkatan berapakah kita?silahkan direnungkan!!!