Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Kamuflase Rengginang dalam Kaleng Khong Guan di Rumah Nenek
1 April 2025 9:06 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhaimin Yasin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Momen lebaran selalu membawa kehangatan yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata. Setiap tahun, mudik ke rumah nenek menjadi titik temu bagi sanak saudara, kerabat, dan handai taulan. Suasana riuh suara anak-anak berlarian di halaman, semerbak aroma opor ayam yang menggoda dari dapur, serta tawa renyah para orang tua yang saling bertukar cerita setelah sekian lama tak bersua. Di tempat inilah segala kisah bermula, di rumah nenek yang selalu menjadi pusat keakraban dan kehangatan keluarga.
ADVERTISEMENT
Sebagai cucu yang beranjak dewasa, saya merasa bahwa rumah nenek bukan sekadar tempat singgah semata. Akan tetapi, sebuah arena petualangan masa kecil yang penuh tantangan. Mulai dari berburu buah-buahan di pekarangan hingga menjelajah dalam lorong permainan tradisional, semuanya menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Beragam seru yang memiliki makna tersendiri hanya bisa ditemukan di sini. Seolah rumah nenek menyimpan ribuan cerita yang siap untuk diajak bernostalgia setiap kali kami berkunjung.
Namun di balik keseruan itu, ada satu momen lebaran di rumah nenek yang selalu menjadi kejutan tak terduga. Yakni fenomena "kamuflase rengginang dalam kaleng Khong Guan". Sejak belia, saya bersama kerabat seumuran sudah terbiasa melihat kaleng legendaris ini terpajang manis di meja ruang tamu. Gambarnya yang ikonik—seorang ibu dan dua anaknya menikmati biskuit dengan penuh kebahagiaan. Pemandangan yang seolah memberikan harapan besar dalam benak kami. Bagaimana tidak? Biskuit Khong Guan adalah simbol kemewahan masa kecil, kenikmatan yang selalu dinanti saat lebaran tiba.
ADVERTISEMENT
Namun, harapan itu sering kali berujung pada kekecewaan. Dengan penuh antusias, kami membuka tutup kalengnya, berharap menemukan aneka biskuit yang renyah dan menggugah selera. Tapi, apa yang terjadi? Bukannya menemukan biskuit lezat, yang kami lihat justru tumpukan rengginang yang tersusun rapi. lebih parah lagi, jajanan pasar seperti keripik singkong dan kacang bawang yang mengintip dari dalam.
"Nah kan, Kena prank!" seru salah satu sepupu dengan nada sedikit putus asa.
Drama itu selalu terjadi hampir setiap tahun. Rasa penasaran, ekspektasi, dan akhirnya kepasrahan menjadi ritual yang terus berulang. Lucunya, meskipun kami tahu bahwa peluang menemukan biskuit di dalam kaleng itu kecil, tetap saja kami tak kapok.
Setiap tahun, skenario yang sama terulang. Ada yang berusaha mengintip ke dalam sebelum membuka secara utuh, ada pula yang mengguncang kalengnya dengan harapan bisa menebak isinya. Namun, ujung-ujungnya tetap sama, kecewa bercampur tawa.
ADVERTISEMENT
Suatu ketika, salah seorang sepupu mencoba strategi baru. "Mungkin kalau kita buka kaleng yang belum tersentuh, kita akan menemukan biskuit asli" katanya penuh semangat. Kami pun berburu kaleng Khong Guan yang terlihat masih tersegel rapat. Tapi nyatanya? Isinya tetap rengginang. Bahkan ada satu kaleng yang berisi benang dan jarum, warisan nenek yang disimpannya dengan rapi.
Kami pun menyerah. Hal ini sudah menjadi bagian dari kehidupan keluarga kami. Bukan lagi tentang biskuit atau rengginang, melainkan tentang kebersamaan yang dibangun di sekitarnya. Kekecewaan yang diiringi gelak tawa adalah perekat yang membuat momen-momen kecil ini begitu berharga.
Kaleng Khong Guan yang selalu menjadi "jebakan" di rumah nenek sebenarnya bukanlah misteri yang tak terpecahkan. Faktanya, biskuit di dalamnya memang pernah ada, tetapi habis lebih dulu sebelum kami sempat membukanya. Kemungkinan besar, para orang tua atau bahkan nenek sendiri telah lebih dulu menikmati isinya sebelum Lebaran tiba.
ADVERTISEMENT
Biskuit Khong Guan ini memang terkenal sebagai camilan favorit yang sering disantap pelan-pelan saat bersantai, menemani obrolan ringan, atau sekadar menemani teh hangat di sore hari. Maka, tidak heran jika sebelum kami tiba, kaleng-kaleng itu sudah dalam kondisi kosong. Namun, alih-alih membuangnya, nenek dengan bijak memanfaatkannya sebagai wadah penyimpanan untuk berbagai makanan lain seperti rengginang, keripik, hingga jajanan pasar lainnya.
Mungkin nenek berpikir bahwa wadah yang kokoh dan kedap udara seperti kaleng Khong Guan adalah tempat terbaik untuk menjaga camilan tetap renyah. Atau bisa jadi, ini hanyalah kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi, kaleng biskuit selalu berubah fungsi begitu isinya habis.
Jadi, setiap kali kami membuka kaleng itu dengan penuh harapan, sebenarnya kami hanya terlambat datang. Biskuitnya sudah lebih dulu dinikmati orang lain. Yang tersisa hanyalah "kejutan" yang membuat kami tertawa setiap tahun. Dan pada akhirnya, meskipun ekspektasi kami pupus, tradisi ini justru menjadi bagian paling manis dari kenangan Lebaran di rumah nenek.
ADVERTISEMENT
Namun, jika dipikir-pikir lagi, kejadian ini sebenarnya adalah gambaran kecil dari kehidupan. Kadang kita berharap sesuatu yang besar dan indah, tetapi kenyataannya bisa sangat berbeda. Kita menantikan kemewahan, tetapi justru menemukan kesederhanaan. Dan di balik itu semua, ada hikmah yang bisa dipetik. Rengginang yang keras saat belum digoreng, tetapi mekar dan renyah setelah matang, bisa diibaratkan sebagai kesabaran dan proses dalam hidup. Bahkan, di balik kekecewaan karena tak menemukan biskuit, ada kehangatan yang lebih besar. Momen kebersamaan yang membuat semua tawa dan keluhan menjadi kenangan indah yang akan kami rindukan di kemudian hari.
Lebaran di rumah nenek memang selalu penuh kejutan. Ada tradisi, ada kenangan, dan ada kehangatan yang tak tergantikan. Meskipun kami sering mengeluh soal isi kaleng Khong Guan yang mengecewakan, dalam hati kami tahu bahwa justru di sanalah letak keistimewaannya. Setiap tahun, kami akan kembali, duduk bersama di ruang tamu, dan mengulangi ritual yang sama. Kami akan membuka kaleng dengan penuh harap, meski tahu bahwa isinya kemungkinan besar bukan biskuit.
ADVERTISEMENT
Dan pada akhirnya, tak peduli apa pun isinya, satu hal yang selalu pasti: kaleng Khong Guan akan selalu ada di meja ruang tamu, siap menyambut siapa pun yang datang dengan sejuta ekspektasi dan sejuta cerita yang akan menyertainya.