Sistem Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Virus Covid-19

Muhamad Aziz Nasrulloh
Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta
Konten dari Pengguna
20 Mei 2021 20:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Aziz Nasrulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/illustrations/belajar-online-laptop-pria-menulis-868815/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/illustrations/belajar-online-laptop-pria-menulis-868815/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi virus Covid-19 telah berdampak pada banyak aspek, salah satunya adalah dalam penerapan sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang sebelumnya berlangsung secara tatap muka atau langsung, berubah menjadi sistem Pembelajaran Jarak Jauh atau yang biasa disebut dengan PJJ.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, sistem ini sudah mulai diberlakukan sejak awal masuknya pandemi virus Covid-19. Hal ini sesuai dengan surat edaran nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Dikutip dari https://www.kemdikbud.go.id/ tentang Pedoman Penyelenggaran Belajar Dari Rumah, Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Regulasi, Chatarina Muliana Girsang menyampaikan surat edaran nomor 15 ini untuk memperkuat surat edaran Mendikbud nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Corona virus Disease (Covid-19).
“Saat ini layanan pembelajaran masih mengikuti SE Mendikbud nomor 4 tahun 2020 yang diperkuat dengan SE Sesjen nomor 15 tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan BDR selama darurat Covid-19,” disampaikan Chatarina pada bincang sore secara daring di Jakarta, pada Kamis (28/05/2020).
ADVERTISEMENT
Tujuan dikeluarkannya surat edaran tersebut antara lain adalah untuk memastikan pemenuhan hak peserta didik dalam mendapatkan layanan pendidikan selama pandemi virus Covid-19, melindungi masyarakat dari dampak buruk virus Covid-19, mencegah penyebaran dan penularan virus Covid-19 di satuan pendidikan, serta untuk memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua.
Seiring berjalannya waktu, sistem baru ini dinilai kurang efektif bagi anak. Perubahan sistem pembelajaran yang terlalu dini, cepat, dan terkesan dipaksakan karena keadaan, menimbulkan banyak masalah-masalah baru yang justru menimbulkan pertanyaan "apakah sistem belajar baru ini efektif bagi anak atau justru malah menimbulkan banyak efek negatif bagi anak?". Pertanyaan-pertanyaan seperti itu wajar muncul karena masyarakat atau warga negara kita belum terbiasa dengan sistem pembelajaran yang baru diterapkan ini.
ADVERTISEMENT
Beberapa dampak buruk sistem pembelajaran jarak jauh ini antara lain adalah menyebabkan banyak anak yang kecanduan dengan gadget karena mengharuskan mereka untuk terus menggunakan gadget selama sistem belajar ini diterapkan. Karena hal ini, banyak anak yang menyalahgunakannya untuk hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran sekolah mereka.
Banyak anak yang kecanduan untuk bermain game-game online yang sedang viral, seperti free fire, mobile legends, PUBG, dan game-game online lain. Kecenderungan anak-anak untuk merasa berkompetisi dan mengikuti trend-trend bermain game online dengan teman sebayanya juga membantu menyebabkan ketidakefektifan sistem belajar ini.
Selain kecanduan game online, banyak juga anak yang bermain aplikasi edit video online yang sedang viral, yaitu tiktok. Sebenarnya banyak konten edukasi dan bermanfaat di dalam aplikasi ini. Tetapi, banyak anak-anak yang menyalahgunakannya untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Mereka yang menyalahgunakannya menggunakan aplikasi tersebut untuk menari-nari mengikuti trend tarian yang sedang ramai dibuat.
ADVERTISEMENT
Di lingkungan rumah saya sendiri, kedua hal di atas menjadi permasalahan terbesar yang menyebabkan kenapa sistem pembelajaran jarak jauh saat ini tidak efektif untuk diterapkan. Di waktu yang seharusnya merupakan waktu untuk belajar malah dipergunakan untuk bermain game online. Saat sedang bermain game online, anak-anak itu sering mengeluarkan kata-kata kasar yang seharusnya tidak pantas untuk mereka ucapkan. Hasilnya, apa yang mereka lakukan itu berdampak buruk pada kehidupan nyata mereka.
Keluhan-keluhan yang ada tersebut tidak hanya saya rasakan secara langsung di sekitar saya, tetapi di sosial media pun banyak remaja, orang tua, serta para pengajar yang mengeluhkan hal ini walaupun mau tidak mau mereka tetap harus mengikuti aturan yang diberikan oleh pemerintah. Walaupun dirasa kurang efektif, hal ini juga dilakukan guna membantu pemerintah dalam menghambat serta mengurangi penyebaran virus covid-19.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi dampak atau efek negatif yang ada, para orang tua memiliki peran besar dalam membantu penerapan sistem ini agar dapat terlaksana dengan baik. Kurangnya peran aktif dari orang tua untuk mengawasi serta membimbing anak-anaknya, menjadi salah satu faktor kenapa sistem ini dinilai berjalan kurang efektif. Mungkin banyak dari orang tua yang memiliki kesibukan masing-masing sehingga tidak bisa terus mengawasi anaknya. Akibatnya, anak bebas melakukan apa pun dengan gadgetnya karena merasa tidak diawasi.
Oleh karena itu, orang tua dituntut untuk memastikan setiap anaknya melaksanakan pembelajaran dengan aman, memberi semangat pada anaknya agar mengikuti seluruh sesi pembelajaran yang dilaksanakan, dan melakukan komunikasi intensif dengan guru atau para pengajar di sekolah.
Dengan demikian, maka bukan tidak mungkin sistem pembelajaran yang baru diterapkan ini ke depannya akan berjalan lebih baik lagi karena adanya peran aktif dari orang tua yang merupakan pengawas serta pembimbing anak-anaknya di rumah dalam mengikuti sistem pembelajaran ini, sementara untuk tanggung jawab penyampaian materi dan langkah-langkah pembelajaran, tetap menjadi tanggung jawab para guru di sekolah.
ADVERTISEMENT