Konten dari Pengguna

Dunia Hitam Putih

Muhamad Fadlulloh
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
26 Oktober 2022 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Fadlulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber : dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Kita menatap langit yang sama, mengarungi arus kehidupan yang tidak abadi. Pernahkah kita pada satu waktu di dunia yang sama menatap langit saling melambungkan doa dan harapan masing-masing? Apakah aku hanya berharap pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi? Atau kebetulan akan mempertemukan doa-doa kita. Cinta yang sebenarnya dan harapan yang tidak pernah sirna, pikiran itu tiba-tiba datang bak malaikat pencabut nyawa, tetapi anehnya pikiran itu tidak pernah hilang dari dalam kepalaku. Brengsek, menghambat pergerakanku untuk menjalani hidup dengan sebagaimana mestinya saja. Kalau aku berpikir secara rasional, mungkin aku akan terima saja, tetapi aku memilih menghadapi semua itu dengan keberanian yang tidak seberapa. Apakah ada yang salah dengan cintaku? Atau aku yang terlalu arogan untuk menghadapi cinta yang suci itu?.
ADVERTISEMENT
Malam ini aku berada di pojok taman dengan penerang yang tidak begitu benderang, kebisingan mahasiswa selepas kuliah selalu menggangguku untuk menyendiri, sebatang rokok yang meredam segala amarahku selalu menemaniku, menyendiri memang pilihanku bukan berarti aku merasa terasingkan, tetapi memang aku memilih untuk sendiri. Kepalaku sudah berisik, kalau aku duduk di tengah keramaian kepalaku makin berisik. Aku muak dengan kehidupan yang penuh dengan sandiwara, aku memiliki panggung ku sendiri di dunia ini, kerumunan yang penuh dengan drama memang bukan panggungku, aku merasa tidak cocok ketika aku berada di keramaian itu.
Siapa yang sanggup untuk mewarnai kehidupanku yang hitam putih? Menjelma apa dia? Apakah sesosok manusia atau sesosok malaikat menjelma manusia? Ah tidak penting semua itu, yang terpenting adalah bagaimana aku menerima sosok yang ingin mewarnai hidupku dengan pewarna terbaiknya. Cinta, menurutku yang cocok untuk mewarnai kehidupanku yang hitam putih adalah cinta, tetapi pertanyaannya adalah siapa yang membawa cinta itu ke dalam kehidupanku? Datang dengan sebongkah harapan-harapan yang mengagumkan, tapi sialnya aku malah di cemooh oleh temanku. Katanya, kamu sibuk menunggu seseorang yang mengisi ruang kosong di hatimu tetapi kamu lupa untuk mencari cinta itu sendiri. Aku manusia yang ingin serba instan, segalanya ingin aku dapatkan tanpa berusaha untuk mencarinya sendiri, sewaktu-waktu aku berpikir untuk mengubah idealismeku yang bodoh itu, bagaimana jika aku yang berusaha menemukan cintaku sendiri.
ADVERTISEMENT
Cinta yang sesungguhnya, semakin aku mencari malah semakin merusak kesucian cinta itu sendiri, aku bertemu dengan banyak manusia dan berusaha menuju cinta tetapi malah mengotori cinta itu dengan kebodohan-kebodohan yang kami lakukan, malah terbesit pertanyaan di kepalaku seperti apa cinta yang semua orang cari? Bagaimana cinta yang ideal? Apakah sudah ada yang menemukan cinta yang seperti itu? Tolol, bukannya mencari malah mempertanyakan hal yang sebetulnya sedang aku tuju. Manusia memang begitu, bukannya memikirkan apa yang sudah datang malah mempertanyakan sesuatu yang belum pasti.
Aku mencari arti cinta yang sesungguhnya, cinta yang membawaku pada kebahagiaan, cinta yang menuntunku hanyut dalam ketenangan hidup. Cinta mana yang aku maksud? Apakah cinta Tuhan, ataukah cinta kepada makhluknya. Perjalanan hidupku menemukan cinta yang Abstrak, Cinta yang palsu, cinta yang membawaku pada kesengsaraan hati. Apakah aku yang salah dalam mengartikan Cinta ini, atau orang-orang yang aku temukan yang salah bertemu denganku. Sampai saat ini pun aku masih belum menemukan apa arti cinta yang sesungguhnya, aku hanya bisa merasakan ketika aku cinta terhadap sesuatu, rasanya seperti kita sedang di hukum mati, pasrah terhadap apa yang akan terjadi. Selanjutnya, kita akan mati dengan perasaan-perasaan bersalah, ataukah kita akan mati dalam kebahagiaan.
ADVERTISEMENT