Konten dari Pengguna

Gerbang Kehidupan

Muhamad Fadlulloh
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
4 November 2022 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Fadlulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber : dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Tiba hari di mana saya harus menghadapi konsekuensi dari apa yang saya perbuat, penerimaan dan penolakan yang menjaga jiwa saya mulai berdebat tentang kemampuan untuk menerima ataupun menolak sesuatu yang akan datang menimpa hidup saya. Di mana saya harus menggunakan seluruh kemampuan saya untuk memilih langkah yang akan saya ambil, faktor eksternal tidak terlalu berpengaruh untuk permasalahan yang seperti ini. Langkah saya akan terhenti di sini atau takdir akan mempertemukan saya pada banyak hal.
ADVERTISEMENT
Dunia yang hitam, yang selalu dibicarakan orang sesuatu hal yang sangat menakutkan dan lebih menakutkan dari apa pun di dunia ini, entah yang saya hadapi sekarang ini adalah dunia yang sering di bicarakan atau memang kapasitas diri saya yang terlalu kecil untuk membicarakan dunia hitam itu, dunia yang menakutkan dan siapa pun yang memasuki dunia itu akan tenggelam dalam kegelapan, tersesat dan tidak akan pernah kembali.
Konon, dunia itu lahir karena perbuatan kita selama menjalani hidup, dunia sudah tidak mampu menunggu sampai manusia seperti itu mati, dan dunia memberikan hitamnya sebelum kita meninggalkan dunia ini, dunia akan meluapkan kemarahannya dan ditarik semua yang sudah di berikan entah itu kebahagiaan, kesedihan, keindahan, atau hal hal lain yang bersifat duniawi.
ADVERTISEMENT
Saya rasa saya sedang menuju ke dalam dunia hitam itu, mungkin saya baru menginjakkan kaki di dalam dunia hitam itu. Dunia saya tidak putih ataupun hitam, bisa dibilang masih abu-abu dan mungkin masih bisa terselamatkan ataupun bisa tenggelam dalam dunia hitam. Mungkin, banyak faktor yang akan menentukan saya akan ke mana, gerbang keduanya sudah terlihat tinggal bagaimana saya melangkahkan kaki saya.
Dunia putih, bagaimana isi dari dunia yang putih? Dunia yang menurut orang di dalamnya berisi kebahagiaan ataupun kesenangan, dunia yang di mana manusia bisa bebas tertawa ataupun tersenyum, manusia bebas melakukan apa pun tanpa memikirkan dampak dari apa yang mereka perbuat, kesenangan selalu menyelimuti orang-orang yang ada di dalam dunia itu. Konon katanya dunia itu tidak ada sedikit pun kesedihan.
ADVERTISEMENT
Saya bertanya tanya mengapa saya bisa di hadapkan pada dua kemungkinan itu, gerbang yang bisa melahirkan sesuatu, membuat kita sangat menyedihkan atau bahkan membuat kita sangat bahagia, gerbang yang menuntun kita pada mati dalam keadaan menyedihkan ataupun mati dalam kebahagiaan. Apakah mungkin karena itu? Hidup memang serangkai kebetulan, dan kebetulan adalah Takdir yang menyamar.
Jatuh dan cinta, ketika kita mencintai sesuatu atau seseorang, kita harus bersiap akan kedua kata itu. Jatuh adalah ketika kita gagal mencintai sesuatu atau seseorang, kita akan mengalami patah hati yang menuntun kita pada kegelapan. Patah hati bisa membuat kita tersesat arah, kebingungan mencari jalan dan kita akan masuk ke dalam dunia yang hitam, dunia yang sangat menyedihkan, hidup tanpa percaya akan adanya cinta adalah kebodohan yang absolut. Bagaimana seseorang bisa hidup tanpa adanya cinta? Dan akhirnya, manusia yang jatuh dan mati karena gagal cintanya dalam hidup, akan mati dengan sangat menyedihkan.
ADVERTISEMENT
Cinta, ketika seseorang berhasil menemukan cintanya dalam hidup ini, alangkah kebahagiaan akan menyelimuti kehidupannya, seseorang akan dituntun menuju kebahagiaan yang ada dalam dunia ini. Semesta akan memeluk orang yang sedang jatuh cinta, langit akan selalu cerah agar bisa tersenyum di setiap detik hidup yang ia lewati. Dunia akan menuntun jalan hidupnya hingga mati dalam kebahagiaan.
Apakah gerbang yang saya bicarakan adalah cinta? Yang menuntun saya pada dua kemungkinan tersebut? Gerbang yang sudah ada di depan mata saya ketika dunia yang sedang berhadapan dengan saya adalah dunia yang abu-abu, mungkin iya atau mungkin juga bukan. Saya masih mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang ada di kepala saya tentang kedua dunia tersebut. Saya melangkahkan kaki agar mengetahui jawaban dari apa yang saya takutkan selama ini. “fatum Brutum Amorfati, kehidupan dengan segala konsekuensi, problematik yang terus menghantui hingga menimbulkan banyak tragedi, kita ini apa selain makhluk yang takut akan kejadian di luar ekspektasi?”.
ADVERTISEMENT