Konten dari Pengguna

Cerita Mahasiswa IPB University Sukses Bantu Perluas Pemasaran UMKM Dapur Pala

Muhamad Husni Tamami
Sedang mengetik...
3 Juni 2024 22:13 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Husni Tamami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa IPB University bersama pendiri UMKM Dapur Pala. (Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa IPB University bersama pendiri UMKM Dapur Pala. (Istimewa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berawal dari tugas tapi bisa menjadi suatu hal yang luar biasa. Mungkin itulah satu kalimat istimewa yang bisa digambarkan dalam kejadian ini. Berawal dari salah satu mata kuliah kami yaitu Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan Sosial, kami ditugaskan untuk mencari mitra untuk didampingi selama penugasan kami berlangsung.
ADVERTISEMENT
Kami mencari mitra lewat berbagai media sosial hingga ketemulah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang cukup unik lewat YouTube.
Kenapa cukup unik? Karena di UMKM tersebut fokus dalam melakukan pengolahan terhadap tanaman pala sehingga dinamakan sebagai UMKM Dapur Pala. Bahkan tempat mereka produksi olahan pala dinamakan gedung pala.
UMKM Dapur Pala didirikan oleh Ibu Euis Roswati pada tahun 2020 disaat pandemi Covid-19. Latar belakang berdirinya UKM Dapur Pala pun cukup unik, mulai dari Ibu Euis sendiri yang menggeluti perkebunan tanaman pala hingga akhirnya memikirkan suatu ide terkait bagaimana cara supaya tanaman pala ini bisa zero waste.
Tentu hal tersebut bukanlah hal yang mudah, butuh waktu hingga akhirnya Ibu Euis dapat memanfaatkan seluruh bagian dari buah pala agar dapat diolah dan tidak terbuang secara percuma.
ADVERTISEMENT
Olahan pertama diawali dari sari pala yang memanfaatkan dagin buah pala di rendam dan disimpan hingga ada sari nya. Kemudian dilanjut dengan olahan lain seperti manisan buah pala, kerupuk buah pala, minyak buah pala, dan yang saat ini sedang dikembangkan adalah briket yang terbuat dari ampas biji pala yang telah digunakan untuk pembuatan minyak.
Kami pertama kali bertemu Ibu Euis pada tanggal 23 Februari 2024 di hari Jumat. Saat pertama kami datang Ibu Euis menyambut kami dengan penuh rasa senang karena ada mahasiswa yang datang ke tempat beliau katanya. Kami pun langsung disuguhkan berbagai camilan yang tentu berasal dari olahan tanaman pala yang Ibu Euis buat.
Ibu Euis, pendiri UMKM Dapur Pala. (Istimewa)
Ada banyak sekali camilan yang beliau siapkan untuk kami sehingga kami pun mau tidak mau mencicipi semua makanan tersebut. Sambil mencicipi kami pun mewawancarai Ibu Euis terkait permasalahan yang sekiranya beliau rasakan saat ini dalam mengurus usahanya.
ADVERTISEMENT
Ia menceritakan bahwa sedikit terkendala di bagian pemasaran karena umurnya yang juga sudah cukup tua dan anggota UKM Dapur Pala juga yang belum terlalu banyak sehingga tidak bisa mempromosikan lebih jauh. Beliau berharap kepada kami untuk mencari solusi agar pasar tempat beliau menitipkan dagangannya bisa tersebar luas bahkan berharap agar olahannya bisa sampai ke luar negeri.
Akhirnya pulang dari wawancara dengan Ibu Euis kami pun segera melakukan diskusi di kemudian hari untuk mencari cara menyelesaikan masalah yang ada pada mitra kami. Sambil menikmati dinginnya udara di Rumah Ekologis, kami pun mendapatkan beberapa ide yang cukup menarik untuk hal ini.
Mulai dari ide salah satu anggota kelompok kami yaitu Azraq yang menyarankan untuk memperluas pemasaran di Ecology Coffee dan Kebun Merdesa.
ADVERTISEMENT
Kemudian Tiara yang mencoba untuk mendiskusikan hal ini kepada agrianita supaya bisa diperjualkan dagangan ini kepada ibu-ibu agrianita. Serta Tri Ratna yang mencari informasi dari STP terkait dukungan fasilitator dan inkubasi startup. Jangan lupa ada Saadul yang menjadi penghubung kami dengan Ibu Euis yang juga memiliki peran yang sangat penting.
Akhirnya perjalanan kami pun dimulai untuk bantu menjawab permasalahan Ibu Euis. Hal pertama yang dilakukan adalah menjalankan ide yang muncul dari Tri Ratna yaitu mendaftarkan UKM Ibu Euis pada program inkubasi startup yang diselenggarakan oleh STP IPB.
Perjalanan pertama kami tidak lancar, karena ternyata program yang ingin diikuti telah tutup pada 24 maret. Akan tetapi karena Tri Ratna tidak mau menyerah begitu saja, ia pun menghubungi secara langsung narahubung yang tertera untuk menanyakan apakah masih bisa untuk kami mendaftarkan mitra di program tersebut.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah kami mendapatkan respons yang sangat baik dari Ibu narahubung STP yang akhirnya mengizinkan kami untuk mengikuti program tersebut walaupun sudah H-2 pelaksanaan wawancara seleksi, saat itu kami akhirnya langsung mengebut semua output yang diharuskan dan akhirnya wawancara inkubasi tersebut berjalan lancar.
Program STP (Istimewa)
Saat itu Ibu Euis wawancara ditemani oleh salah satu anggota UMKM-nya karena kami tidak bisa ikut hadir pada saat itu. Setelah wawancara Ibu Euis bercerita bahwa beliau sangat senang sekali karena bisa bertemu banyak orang bahkan dosen-dosen yang sangat tertarik akan olahan tanaman pala milik beliau.
Ibu Euis pun bilang ke kami kalau ada dosen yang menantang beliau untuk menjual olahan pala kepada dosen tersebut “katanya ibu berani jual ke saya berapa banyak, saya jawab ya semampu saya lah pak, hehe, takut saya nya juga ga kuat. Terus bapaknya ketawa, pintar banget Ibu jawabnya” ujar Ibu Euis saat mengobrol dengan kami.
ADVERTISEMENT
Setelah program STP kami pun beranjak ke ide selanjutnya, yaitu memasarkan dagangan Ibu Euis di Ecology Coffee dan juga Kebun Merdesa. Hal yang pertama kami lakukan adalah menghubungi Bang Rajib untuk menanyakan apakah bisa menjual dagangan di Ecology Coffee.
Alhamdulillah beliau menjawab bisa dan diserahkan ke pengelola Ecology Coffee itu sendiri yaitu Mas Widdy. Mas Widdy merespon dengan baik untuk dagangan yang akan kami titipkan di sana.
Sebelum menjual, kami pun memberikan tester kepada Mas Widdy untuk dicoba terlebih dahulu dan betapa senangnya kami bahwa beliau mempersilahkan kami untuk memperdagangkan dagangan Ibu Euis di Ecology Coffee. Sayangnya kami belum bisa memperdagangkan olahan ini di Kebun Merdesa karena saat ini tempat tersebut masih dalam tahap renovasi.
ADVERTISEMENT
Rencana kedua kami pun telah sukses dijalankan dan akhirnya dengan tidak diduga tiba-tiba salah satu anggota kami mengirimkan brosur mengenai bazaar yang dilaksanakan oleh Agrianita IPB. Setelah kami mengirimkan brosur ini ke Ibu Euis, beliau pun langsung menghubungi narahubung bazaar agrianita untuk mengikuti bazar tersebut.
Akan tetapi, Ibu Euis mendapatkan penolakan dari bazaar karena sudah sold out untuk tenant yang disediakan. Tentu bukan kelompok kami namanya kalau tidak menyerah, kami pun mencari cara bagaimana cara supaya Ibu Euis dapat ikut berjualan di bazaar ini.
Akhirnya kami berhasil bergabung bersama tenant dari Agrianita Fakultas Ekologi Manusia, betapa senangnya kami bisa bergabung di bazaar ini dan tentunya Ibu Euis yang banyak-banyak berterima kasih kepada kami karena berhasil menjawab dari masalah yang Ibu Euis sampaikan saat pertama kali kami bertemu.
Produk UMKM Dapur Pala. (Istimewa)
Ibu Euis pun akhirnya berjualan di tempat tersebut, bahkan teman kami yaitu Waliid diberikan minuman pala oleh Ibu Euis secara percuma saat kami melewati bazaar tersebut.
ADVERTISEMENT
Kata Mas Waliid, minumannya segar seperti soda tapi terbuat secara alami. Kalau Tri Ratna yang bilang sih, “Ayoo dicoba minuman pala nya. Belanda aja ngejajah kita 350 tahun buat nyoba pala masa kita gamau nyoba pala sih."
Kejutan itu ternyata tidak berhenti sampai di situ. Besok malamnya Saadul mengirimkan kami pesan di grup, katanya ada undangan dari IDBOTANI NUSANTARA kepada Ibu Euis untuk pengajuan kerjasama UMKM.
Berbekal dengan relasi yang kami miliki, kami mencari berbagai cara hingga akhirnya bisa sampai mengetahui hal ini. Akhirnya diundang-lah UKM Dapur Pala ini untuk menjalin kerja sama dengan IDBOTANI NUSANTARA.
Tentu hal ini sangat berkesan bagi kelompok kami dan juga Ibu Euis, karena hal ini diawali hanya dengan tugas mata kuliah ELKS saja bisa menjadi jauh seperti ini. Apalagi kalau diseriuskan, hehe.
ADVERTISEMENT
Untuk menutup cerita kali ini, kami ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya tentu kepada pihak yang telah mendukung kami, seperti Ecology Coffee, STP IPB, Agrianita IPB, IDBOTANI NUSANTARA, Mas Widdy, Bang Rajib, Kak Avila, Pak Murdianto, dan juga seluruh civitas akademika mata kuliah Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan Sosial.
Tentu kami juga berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada mitra kami yaitu Ibu Euis yang udah mau menjalin kerjasama dengan kami, karena kalau tidak ada beliau tentu semua ini tidak akan berjalan sampai sejauh ini. Kami kelompok 1 ELKS P3 yang beranggotakan Ratna, Tiara, Saadul, dan Azraq mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa di lain cerita menarik lainnya. (*)