Sultan Hamengkubuwono II Sang Sinuhun Sepuh

Muhamad Ibnu Fauzan
Mahasiswa UIN syarif hidayatullah jurusan sejarah peradaban islam
Konten dari Pengguna
8 November 2022 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Ibnu Fauzan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustarasi keraton Yogyakarta dilihat dari atas (sumber : Adobe stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustarasi keraton Yogyakarta dilihat dari atas (sumber : Adobe stock)
ADVERTISEMENT
Yogyakarta dan Surakarta adalah dua kerajaan yang berbeda, kedua kerajaan ini adalah pecahan dari kerajaan mataram. Di tahun 1792 kesultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono (HB) II sedangkan Surakarta dipegang oleh Sultan Pakubuwono (PB) IV. Sultan Pakubuwono IV dari Surakarta sangat tidak menyukai Yogyakarta dan ini adalah awal dari sebuah musibah.
ADVERTISEMENT
Di masa mudanya HB II tidak memiliki kecakapan dalam mengurus kerajaannya. Ia sesuka hati dalam mengganti petinggi-petinggi kerajaan dengan orang yang ia sukai sehingga hal ini menimbulkan pertikaian sang sultan dengan saudaranya Natakusuma yang menjabat sebagai penasihat. Dengan ini Yogyakarta mengalami masalah internal ditambah masalah eksternal yang disebabkan oleh kesultanan Surakarta. PB IV berusaha untuk mengisolasi Yogyakarta dan meminta Belanda untuk melawan balik Yogyakarta.
Kondisi Belanda di Eropa
Belanda yang di danai oleh VOC sejatinya mudah untuk dikalahkan karena kondisi yang buruk terjadi di eropa. Ditambah dengan perang inggris yang membuat VOC bangkrut serta penyerangan Prancis terhadap Belanda sehingga Belanda kehilangan hak dalam daerah jajahannya.
Di sisi lain PB IV mulai mengambil hati Belanda dan berpura-pura ramah terhadap Yogyakarta karena PB IV tahu hubungan HB II dengan Belanda sedang memburuk sehingga dengan mudah merekayasa kehancuran Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dengan jatuhnya Belanda di tangan Prancis maka kepemimpinan belanda diserahkan kepada adik dari kaisar Prancis, Louis Bonaparte. Louis mengirim marsekal Herman Willem Deandels ke Batavia dan merubah sistem yang telah berjalan di Hindia belanda. Hal ini menuai pro-kontra, PB IV selaku sultan Surakarta setuju dengan kebijakan ini berlainan dengan HB II yang menolak. Ditambah dengan pemberontakan yang terjadi oleh saudara sultan terhadap belanda sehingga menyulitkan posisi sultan HB II itu sendiri. Maka belanda meng-ultimatum HB II untuk setuju dengan kebijakan sistem yang sedang diberlakukan ini akan tetapi sultan tetap menolak.
Pelengseran sultan Hamengkubuwono II
Desember 1810, Deandels bergerak menuju Yogyakarta memaksa HB II untuk lengser dan diganti dengan anaknya. Maka sang sultan pun lengser dengan paksaan belanda diganti dengan anaknya, Hamengkubuwono III, akan tetapi Hamengkubuwono III mensyaratkan pada Belanda agar ayahnya tetap bisa tinggal di istana kerajaan dan Belanda pun setuju. Perang yang terjadi di Eropa merambat memasuki Indonesia kapal-kapal inggris berdatangan ke Indonesia. Perang berkali-kali terjadi antara pasukan Belanda di Indonesia dengan Pasukan Inggris. Kota demi kota berhasil direbut Inggris hingga masuk ke daerah jawa tengah. HB II memanfaatkan perang ini untuk mengambil alih kuasanya Kembali dari anaknya. PB IV melibatkan diri dalam konflik HB II, melalui surat-menyurat, PB IV berjanji untuk ada di pihak Hamengkubuwona, akan tetapi ini hanya agar HB II mengundang kehancuran kerajaannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pihak inggris mengetahui surat-menyurat ini lantas mengambil Tindakan perundingan dengan putra mahkota untuk menghancurkan Yogyakarta. Maka pada bulan Juni 1812 pasukan Eropa berhasil menduduki istana Yogyakarta, PB IV yang telah berjanji membantu hanya menempatkan pasukannya pada posisi netral sehingga Yogyakarta Hancur.
Kekalahan HB II ini berimbas pada kehancuran Yogyakarta, perampokan harta kerajaan, perpustakaan, dan arsip kerajaan. Serta pemakzulan HB II dari kekuasaan, kemudian HB II diasingkan ke Pinang. Dengan itu pihak Eropa menyerahkan kekuasaan pada Hamengkubuwono III sang putra mahkota.
Sultan Sepuh yang naik tahta kembali
Hamengkubuwono III berkuasa sampai ia wafat, digantikan oleh putranyanya yang bernama Raden Mas Ibnu Jarot yang bergelar Hamengkubuwono IV. Sayangnya Hamengkubuwono IV ini tewas secara misterius dalam usianya yang sangat muda. Maka, putra mahkota yang masih belia pun naik tahta bergelar Hamengkubuwono V.
ADVERTISEMENT
Belanda menurunkan paksa Hamengkubuwono V dari tahta karena masih belia. Belanda membutuhkan keputusan sultan untuk melawan pemberontakan Diponegoro, yang sebenarnya adalah kerabat kesultanan.
Pilihan Belanda jatuh pada HB II yang sedang berada di pengasingan. Belanda mencoba memecah belah dukungan rakyat pada diponegoro dengan menaikan HB II. Situasi dilematis dialami HB II disatu sisi HB II harus menaati Belanda akan tetapi di sisi lain ia sangat mendukung cucunya, Diponegoro. HB II selalu mencari alasan untuk menolak Keinginan Belanda untuk membujuk cucunya menyerah. Akhirnya belanda menggunakan tipu daya untuk menangkap diponegoro. Alhasil perang jawa pun usai.
2 tahun sebelum perang jawa usai, Hamengkubuwono II meninggal di usianya yang ke 77 tahun. Ia dijuluki sebagai Sinuhun Sepuh (Raja Tua) dan berkuasa selama tiga masa. maka dengan ini tahta dikembalikan kepada Hamengkubuwono V.
ADVERTISEMENT