Konten dari Pengguna

Warkop, Kunci Mahasiswa Untuk Tetap Bersosialisasi

Muhamad Ilham
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Nasional
20 Oktober 2021 13:13 WIB
comment
162
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Ilham tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warkop. Sumber Foto Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warkop. Sumber Foto Kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah tidak aneh lagi jika tempat nongkrong paling ekonomis adalah Warung kopi biasa kita sebut Warkop atau ada yang menyebutnya juga Warmindo. Kecintaan akan Warkop membuat saya ikut bercerita dan menuliskannya di acara UMKM Indonesia Kesukaan Kamu mengenai Warkop.
ADVERTISEMENT
Banyak warga urban Jakarta yang semakin hari gengsi semakin tinggi, dan menambah macam-macam kebiasaan gaya nongkrong anak urban Jakarta, bahkan beberapa tempat berlomba-lomba betapa estetik dan instagramable tempat nongkrong tersebut. Seperti Coffee Shop, Restaurant, ataupun Mall, yang mana bagi saya tidak nyaman di dompet.
Karena memang isi dompet mahasiswa seperti saya getar getir melihat daftar menu harganya, dirasa kalau sekali nongkrong di tempat tersebut itu bisa menguras uang jajan saya untuk 7 hari. Menurut saya itu kurang efisien ditambah lagi saya masih menjadi beban keluarga. Sebagai pembelajaran, untuk terus ikut menjalin relasi dan koneksi bersama teman memerlukan solusi. Dan solusi saya bukan berhenti untuk nongkrongnya melainkan mengubah denah cara kita menghabiskan uang jajan di tempat yang lebih efisien dan ekonomis yaitu Warkop.
ADVERTISEMENT
Warkop Adalah Pilihan
Ya, akhirnya saya bisa memutuskan untuk tetap menjadi konsumen setia di Warkop, bisa berbahagia ikut mensupport UMKM di Indonesia, dan membagikan pengalaman saya di acara UMKM Indonesia Kesukaan Kamu dan Festival UMKM kumparan di platform Kumparan.com.
Dari harganya yang terjangkau membuat Warkop tidak pernah sepi akan pengunjung, bahkan tidak sedikit juga Warkop sebagai basecamp atau tempat peristirahatan driver ojek online sekaligus menunggu orderan.
Bukan hanya sekedar nilai ekonomisnya saja tapi dari beberapa segi, Warkop masih menjadi utama bagi saya. Contohnya dari segi obrolan, misalkan kita nongkrong di Coffee shop, ketika kita datang sendiri, kemungkinan besar kita tidak menemukan interaksi dengan manusia lain, karena ada kesan gengsi dan sok asik antar customer lain, dan memang bangkunya dibuat sedemikian mungkin untuk percircle.
ADVERTISEMENT
Tapi kalau di Warkop bangkunya dibuat agar para customer bisa berinteraksi langsung dengan customer lain yang tidak dikenal, untuk orang yang seperti saya yang suka ngomong sangat refreshing, entah itu dari basa basi, membahas issue hangat, bahkan sampai curhat. Dari situ saya mendapatkan banyak pelajaran salah satunya yaitu pelajaran observasi manusia yang susah untuk didapat di dunia digital sekarang.
Apalagi kalau nongkrong di Warkopnya bareng temen-temen, obrolan bisa dari A-Z, dari obrolan santun sampai bobrok, gak kenal namanya waktu tiba-tiba aa warkopnya udah ngusir aja “Lu pada cuma pesen kopi item doang, gak pulang-pulang lagi!”. Ditambah kalau aa Warkop tersebut asik, mau bergaul dengan kita. Aa Warkop sering menjadi saksi cerita rahasia orang yang nongkrong di sana.. -Kenyaman ini membuat karakter dari Warkop membuat banyak candaan.
ADVERTISEMENT
Ciri Khas Warkop Kebanyakan
Warkop/ Sumber foto : Muhamad Ilham
Warkop ini selalu mempunyai ciri khas yaitu kursi panjangnya, kehangatan panci bubur layaknya duduk di bartender, dan suara ngorok dari pekerja yang shift siang. Memang tidak semua Warkop seperti ini.
Jadi struktur sistem pekerja kebanyakan di Warkop itu ada 2 shift, biasanya 1 tempat Warkop tersebut ada 2 pekerja dan mereka secara independen mengatur secara demokrasi jam kerja mereka masing-masing. Jam tidur mereka harus teratur karena sangat berpengaruh dengan performa esok harinya. Anak muda yang nongkrongnya malam otomatis akan akrab dengan pekerja shift malam atau sebaliknya.
Makanan dan minumannya pun sangat bervariatif, walaupun kebanyakannya itu dari sasetan, tapi soal rasa selalu berbeda dengan yang kita buat dirumah, salah satu contohnya yaitu mie goreng/rebus bungkusan yang kita buat dirumah dengan di warkop sangat berbeda, seperti ada rahasia mantra tersembunyi. Mie yang dibuat aa warkop punya ciri khas tersendiri yang tidak bisa kita tiru sembarang.
ADVERTISEMENT
Gak hanya cuma makanan/minuman sasetan melainkan banyak juga kok makanan hasil olahan sendiri, contohnya bubur kacang hijau, bubur ayam, roti bakar, pancong, dan bahkan sampai goreng-gorengan pun ada, bervariasi, sangat lengkap, dan yang paling penting, cocok dengan lidah orang Indonesia.
sumber : https://kumparan.com/lampu-edison/otot-pada-lidah-manusia

Bagi saya Warkop tidak hanya sebagai tempat singgah sesaat, tapi bisa menjadi rumah kedua. Banyak pelajaran yang saya dapatkan di Warkop dari sedih, gelisah, bahagia, sampai marah. Dari banyak pelajaran yang saya dapat dari Warkop, saya juga ingin sekali membangun usaha membuat Warkop. Menurut saya Warkop tidak hanya segmented untuk satu kalangan tapi semua kalangan bisa merasakannya.

Jadi saya mengajak bareng temen-temen untuk ikutan bareng di event Festival UMKM kumparan pada 26-28 Oktober 2021.
Sumber : Kumparan
Yuk temen-temen para millennial, untuk berkontribusi terhadap ekonomi nasional kalian bisa dengan memulai usaha, masih bingung mau mulai darimana? Jangan khawatir Festival UMKM kumparan hadir untuk kalian. Banyak tokoh-tokoh ternama yang pastinya keren-keren, daftar secepatnya dan catat tanggal, jangan sampai ketinggalan ya.
ADVERTISEMENT