Konten dari Pengguna

Masalah-Masalah Krusial Pendidikan Nasional Indonesia

Muhamad Ilham
Saya sebagai mahasiswa di universitas Pamulang
7 Oktober 2024 9:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Ilham tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam suatu sistem tentunya akan selalu ada kelebihan serta kekurangan, tetapi kinerja pada sistem akan menghasilkan kualitas seperti apa jika dijalankan sebaik mungkin tentunya akan banyak sekali hal positif dan hasilnya yang baik.
ADVERTISEMENT
perdidikan di Indonesia masih belum bisa dikatakan maksimal dalam perancangan sistemnya, pasalnya masih banyak masalah yang terjadi pada sistem pendidikan di Indonesia.
Hal tersebut di akibatkan beberapa faktor yang menunjang baik buruk kualitas pendidikan di Indonesia, karena faktor tersebut masih belum bisa berjalan maksimal maka pendidikan di Indonesia masih terbilang kualitas rendah.
berikut beberapa faktor yang menjadi masalah pendidikan di Indonesia:
1. Mahalnya biaya pendidikan dan pentingnya mewujudkan pendidikan gratis
Pada pengamatan menunjukkan bahwa negara masih belum sepenuhnya menggratiskan pendidikan dasar dan lanjutan, dalam praktiknya masih banyak Sekolah Negeri membebankan biaya pendidikan atas nama sumbangan pendidikan dan pada level pendidikan tinggi kewajiban negara untuk menyelenggarakan pendidikan gratis masih jauh dari panggang api. Polemik mengenai penentuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin mahal selalu menjadi akar permasalahan yang menahun oleh banyak Universitas-Universitas Negeri dengan statusi PTNBH. Atas persoalan pembiayaan pendidikan kampus justru 'menjebak' peserta didik dalam jerat pinjaman online dan akan di akses oleh mahasiswa apabila tidak mampu membayar SPP.
ADVERTISEMENT
2. Kesejahteraan guru, dosen dan tenaga pendidikan belum Terpenuhi
Eksistensi guru dan dosen sebagai tenaga profesional yang dibebankan untuk mengembangkan potensi peserta didik tidak sebanding dengan kesejahteraan yang seharusnya di dapat, Hal ini tercermin dalam pengamatan yang menunjukkan bahwa upah guru honorer berkisar 1,5 juta sampai 2 juta di kota-kota besar, sementara di daerah berkisar 300 ribu sampai 1 juta. Hal tersebut juga terjadi pada dosen, Riset Kesejahteraan Dosen yang dilakukan oleh Serikat Pekerja Kampus menunjukkan bahwa sebanyak 42,9% dosen menerima upah dibawah 3 juta perbulan dan 58% tenaga pendidikan merasa penghasilan tidak mencukupi kebutuhan hidup. Permasalahan ini tidak terjawab oleh anggaran pendidikan yang setiap tahunnya meningkatkan sebanyak 6%.
ADVERTISEMENT
3. Korupsi pendidikan
Sektor pendidikan masih menjadi sektor yang berpotensi besar sebagai ladang korupsi bagi penyelenggara pendidikan yang disebabkan oleh lemahnya sistem pengawasan serta penegakan hukum, perilaku koruptif seperti banyaknya kasus pungutan liar, gratifikasi, kolusi ketika melakukan pengadaan barang dan nepotisme di saat penerimaan peserta didik baru masih menjadi tren tindakan koruptif.
4. Politisasi pendidikan dan ancaman kebebasan akademik
Beberapa waktu belakangan, kritik para guru besar, dosen, beserta sivitas akademika yang gelisah terhadap problematika kenegaraan berujung pada ancaman dan teror baik fisik maupun bahkan melibatkan aparat keamanan negara. Hal tersebut adalah bentuk pembungkaman terhadap kebebasan akademik dan bagian dari upaya negara untuk mendisiplinkan kebebasan akademik.
5. Kualitas pendidikan
ADVERTISEMENT
Kualitas pendidikan di Indonesia masih buruk, Hal itu memperingatkan Indonesia pada peringkat ke-54 dari 75 negara yang masuk dalam pemeringkatan pendidikan dunia. Indonesia masih tertinggal dari negara serumpun di Asia Tenggara yaitu Singapura di posisi 21, Malaysia 38, dan Thailand 46. Selama ini permasalahan sistem pendidikan yang meliputi kurikulum yang terus berganti dan sarana prasarana yang belum memadai dan merata masih menjadi persoalan yang tidak kunjung mendapatkan penyelesaian dan berpengaruh pada kualitas pendidikan, Belum lagi bicara terkait dengan sistem pendidikan dan sarana prasarana untuk pendidikan inklusi bagi kelompok rentan yang masih sangat membutuhkan dukungan.
Muhamad Ilham, Mahasiswa S-1 Teknik Informatika Universitas Pamulang.