Konten dari Pengguna

Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk

Muhammad Iqbal
Aku - Kamu - Berita
1 Januari 2019 6:35 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kamu ingin tahu dampak tsunami Selat Sunda? Datang saja langsung ke pesisir Banten. Jaraknya hanya sekitar 3 jam dari Jakarta. Saya alhamdulillah sudah menyusuri pesisir Banten itu pada Sabtu kemarin (29/12)--curi-curi waktu di libur sehari.
ADVERTISEMENT
Tujuan ke sana bukan untuk melihat dampak tsunami, tapi menyerahkan bantuan yang saya dan keluarga terima. Ada puluhan headlamp, tikar, odol, sajadah, bawang putih, mainan, dan lain-lain. Sebagai orang yang lahir di Serang, saya merasa punya tanggung jawab lebih untuk ke sana. Keluarga saya seluruhnya asli Banten.
Menuju ke pesisir Banten, saya berangkat dari rumah di Ciracas melalui Ciomas, Padarincang, dan muncul di Carita, sekitar Pantai Sambolo tepatnya. Jalur ini akan mengambil pinggir pantai yang berseberangan langsung dengan Gunung Krakatau, dan Gunung Anak Krakatau di baliknya.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (1)
zoom-in-whitePerbesar
Cuaca gerimis menyambut begitu saya menyusuri pesisir yang masuk Kabupaten Pandeglang itu. Saya tengok kiri kanan mencari tahu dampak tsunami, dan ternyata di sepanjang garis pantai itu sebetulnya tak semuanya rata terkena tsunami. Bahkan, tsunami hanya sebagian kecil di beberapa titik saja.
ADVERTISEMENT
Bangunan yang rusak di bibir pantai mayoritas gubuk-gubuk dari kayu. Dari tempat saya mengaspal, sebelah kanan bibir pantai, kiri rumah warga. Nah, hanya pada beberapa titik saja air tsunami menerjang rumah warga di sebelah kanan seperti di bawah ini.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (2)
zoom-in-whitePerbesar
Tak sekali juga saya melihat anggota TNI, terutama Zeni dengan alat berat sedang membersihkan puing-puing. Cuaca saat itu hujan hingga kendaraan yang saya bawa tiba di Labuan, Pandeglang.
Nah, di sinilah ramai posko-posko bantuan baik yang dibangun pemerintah maupun swasta. Saya mendatangi salah satu posko, berbincang dan melihat-lihat hingga mendapati fakta: Bantuan sudah menumpuk.
Saya lalu diminta membawa bantuan itu ke posko lain di Menes, Pandeglang. Tapi setelah berkoordinasi, ada beberapa bantuan yang saya bawa bisa diturunkan dan dibutuhkan warga di Labuan, seperti headlamp dan mukena.
ADVERTISEMENT
Sebelum ke Menes, di jalan saya mampir ke posko besar di pinggir jalan di mana terdapat beberapa tenda pengungsian yang dibangun TNI. Setelah berbincang dengan warga, saya mendapati fakta lain lagi bahwa warga yang datang ke posko tak hanya korban tsunami, tapi ada korban banjir atau bahkan warga tidak terdampak. Ya, mereka sama-sama mengambil bantuan.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (3)
zoom-in-whitePerbesar
Di posko itu, mata saya tertuju pada bantuan baju bekas yang layak, namun menumpuk. Begini kondisinya, entah mereka korban atau bukan, baju itu bebas dipilih.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (4)
zoom-in-whitePerbesar
"Setiap ada bantuan langsung diserbu. Baju-baju bagus mah langsung habis," kata warga yang mengaku korban tsunami tapi memilih tak ikut mencari pakaian.
Saya dan keluarga lalu menemui pengungsi di salah satu tenda yang mereka memang korban tsunami. Kebetulan adik saya senang dengan anak-anak. Dia bawakan bantuan mainan dari donatur dan menghibur anak-anak di sana.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (5)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi ini spontan karena siapa saja bisa menemui pengungsi. Tentu tetap dalam pengawasan TNI yang di situ mengisi salah satu tenda. Meski terlihat cerita, namun para pengungsi ini bisa saling berebutan jika kamu datang membawa bantuan.
ADVERTISEMENT
"Anak saya belum dapat.", "Mba, saya juga belum," kata salah seorang ibu yang menyembunyikan tangannya ke belakang karena sudah kebagian mainan untuk anaknya. Miris.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (6)
zoom-in-whitePerbesar
Dalam perjalanan menuju Menes sekitar 1 jam, saya tak henti berpikir betapa Indonesia dianugerahi penduduk yang sangat toleran, peduli, dan berjiwa sosial. Bantuan itu terus berdatangan.
Bahkan sejak malam saya berangkat dari Jakarta, di sepanjang jalan banyak iringan-iringan mobil membawa bantuan untuk korban tsunami. Bayangkan, setiap lembaga/perusahaan berdatangan membawa bantuan. Belum lagi komunitas hingga warga yang berinisiatif sendiri membawa bantuan.
Bagaimana mengelola bantuan begitu banyak? Kamu tentu ada penggalangan bantuan/dana untuk korban tsunami baik di kantor atau di grup Whatsapp.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (7)
zoom-in-whitePerbesar
"Bantuan ini cuma untuk seminggu dua minggu, habis itu siapa yang pikirin nasib pengungsi?" cerita paman yang tinggal di Pandeglang.
ADVERTISEMENT
Dia sempat menghubungi saya beberapa hari sebelumnya dan menyarankan sebaiknya bantuan tidak dibawa ke Labuan, tapi dibawa ke Sumur yang lebih parah terdampak tsunami.
Dia menceritakan fakta lain.
"Bantuan untuk pengungsi mah banyak, tapi enggak ada yang pikirin bantu korban di rumah sakit. Mereka dirawat, tapi enggak ada bantuan. Siapa yang bantu makan, baju untuk korban sama keluarganya di rumah sakit?" lanjutnya.
Saya diam. Korban tsunami yang dirawat di rumah sakit tidak terpikirkan.
Di perjalanan menyusuri posko itu, saya melihat salah satu posko yang dibangun di ruko pinggir jalan menyimpan bantuan sangat banyak yang bertumpuk. Ada dalam karung dan dus-dus bertumpuk. Sangat banyak.
Duh, sebegitu banyak bantuan. Saya bersyukur, tapi harus ada yang mengelola. Harus juga ada yang memikirkan nasib pengungsi di rumah sakit, dan nasib mereka beberapa minggu ke depan. Harus ada yang memikirkan tempat tinggal setelah posko-posko tak lagi berdiri.
ADVERTISEMENT
------
Oya, tas masukan paman, kami (keluarga) hari ini ke Sumur karena ada yang menitipkan bantuan lain. Saya tak ikut bergabung karena harus ke Cipanas.
Melihat Dampak Tsunami di Pandeglang dan Bantuan yang Menumpuk (8)
zoom-in-whitePerbesar